BELAJAR DARI KISAH PENGUNGSIAN YESUS (MATIUS 2:13-23)

Pdt. Esra Alfred Soru, MPdK.
Matius 2:13-23 – (13) Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." (14) Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu- Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, (15) dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." (16) Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. (17) Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: (18) "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi." (19) Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: (20) "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati." (21) Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. (22) Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. (23) Setibanya di sana ia pun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.
BELAJAR DARI KISAH PENGUNGSIAN YESUS (MATIUS 2:13-23)
gadget, bisnis, otomotif
Minggu lalu (dalam khotbah “ 3 MACAM KETAATAN YUSUF) saya sudah bahas teks ini dengan tekanan utama pada ketaatan Yusuf yang saya sebut sebagai ketaatan yang sejati di mana : (1) Ketaatan yang sejati adalah ketaatan yang langsung / segera. (2) Ketaatan yang sejati adalah ketaatan yang terus menerus / tekun. (3) Ketaatan yang sejati adalah ketaatan yang tidak mengabaikan peranan akal budi / akal sehat. Meskipun demikian ada beberapa hal di dalam teks ini yang belum kita singgung / kita bahas. Untuk itu maka pada kesempatan ini saya akan mengangkat lagi beberapa hal dalam teks ini yang dapat menjadi pelajaran bagi kita.

Ada 2 hal yang akan kita pelajari :

I. CARA ALLAH MENOLONG / MENYELAMATKAN.

Yang dimaksudkan dengan cara Allah menolong / menyelamatkan di sini adalah cara Allah menolong / menyelamatkan bayi Yesus (termasuk Yusuf dan Maria) dari tangan Herodes. Lalu bagaimana caranya?

Matius 2:13 – “…nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."

Jadi cara Allah menolong Anak-Nya dan juga Yusuf dan Maria adalah menyuruh mereka lari ke Mesir. Ini tentu sesuatu yang tidak masuk akal. Mengapa demi menyelamatkan Yesus, Allah menyuruh mereka melarikan diri? Bukankah Allah yang Mahakuasa itu sanggup menyelamatkan bayi Yesus dengan menggunakan cara-cara yang ajaib dan spektakuler tanpa harus melarikan diri ke Mesir? Bukanlah dalam sejarah Allah sering melakukan hal-hal seperti itu untuk menolong umat-Nya atau utusan-utusan-Nya? Misalnya :

 Ia pernah menolong Israel dengan membelah laut (Keluaran 14:15-31)

 Ia pernah menurunkan api dari langit untuk membakar orang-orang yang mau menangkap nabi-Nya (2 Raja-raja 1:1-12).

2 Raja-raja 1:10 - Tetapi Elia menjawab, katanya kepada perwira itu: "Kalau benar aku abdi Allah, biarlah turun api dari langit memakan engkau habis dengan kelima puluh anak buahmu." Maka turunlah api dari langit memakan dia habis dengan kelima puluh anak buahnya.

Tidak bisakah dalam kasus ini Ia menurunkan api untuk menghanguskan Herodes dan semua bala tentaranya?

 Ia pernah membutakan orang-orang kafir yang mau menangkap nabi-Nya (2 Raja-raja 6:8- 23).

2 Raja-raja 6:18 - Ketika orang-orang Aram itu turun mendatangi dia, berdoalah Elisa kepada TUHAN: "Butakanlah kiranya mata orang-orang ini." Maka dibutakan-Nyalah mata mereka, sesuai dengan doa Elisa.

Tidak bisakah dalam kasus ini Ia membutakan mata dari Herodes dan semua bala tentaranya?

 Dsb.

Mengapa sekarang untuk menyelamatkan Anak-Nya sendiri, Allah menggunakan cara yang begitu ‘lemah’?

Matthew Henry – Bila anak ini memang benar Anak Allah seperti yang disampaikan kepada kita, apakah tidak ada jalan lain lagi untuk menyelamatkan diri-Nya dari manusia yang hanya cacing belaka ini, selain melarikan diri dengan cara yang buruk dan hina seperti ini? Tidak bisakah Ia memanggil pasukan malaikat untuk menjadi pengawal-Nya, atau kerubim dengan pedang menyala untuk menjaga pohon kehidupan ini? Tidak mampukah Ia memukul mati Herodes atau melemahkan tangan yang terulur untuk mencelakakan-Nya, sehingga…tidak perlu bersusah payah menyingkir?" (Injil Matius 1-14, hal.41).

Pikiran-pikiran itu mungkin ada di dalam benak Yusuf dan Maria atau juga ada di dalam pikiran kita, tetapi faktanya Allah tidak menyelamatkan bayi Yesus dengan cara yang ajaib / spektakuler. Ia menyelamatkan-Nya dengan cara yang sangat biasa, sangat manusiawi yakni melarikan diri. Ini menunjukkan kepada kita bahwa tidak selamanya Allah mau menolong umat-Nya atau hamba-hamba-Nya dengan cara yang bersifat mujizat. Ia tentu bisa dan kadang melakukan itu tetapi tidak selamanya Ia melakukan dengan cara itu.

Dalam pelayanan-Nya di kemudian hari Yesus juga melakukan hal yang sama. Ia pernah menyelamatkan diri-Nya bukan dengan cara mukjizat tetapi dengan cara biasa seperti menyingkir atau menghindar.

Matius 12:14-15 – (14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. (15) Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana….”

Yohanes 7:1 - Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di

Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.

Yohanes 11:53-54 – (53) Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. (54) Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya.

Dalam ajaran-Nya kepada murid-murid-Nya, Ia juga menganjurkan agar mereka menyelamatkan diri dengan cara yang biasa yakni melarikan diri daripada mengharapkan adanya mujizat yang spektakuler.

Matius 10:23 - Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain;….

Semua ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah memang bisa menolong / menyelamatkan seseorang dengan cara-cara yang adikodrati atau yang bersifat mukjizat tetapi sering juga Ia tidak melakukan dengan cara itu. Ia juga sering menolong / menyelamatkan dengan cara-cara yang biasa, yang kodrati, yang manusiawi. Karena itu apabila kita mengharapkan pertolongan dari Tuhan, jangan berpikir bahwa Tuhan akan selalu menolong dengan cara yang bersifat mukjizat sehingga kita lalu membuang / mengabaikan cara-cara lain yang biasa yang mana Tuhan bisa gunakan cara itu.

Ini penting untuk ditekankan karena ada banyak orang terlalu gila mukjizat sehingga merasa bahwa mukjizat adalah satu-satunya cara Tuhan menolong / menyelamatkan atau menjawab doa seseorang. Dan karena itu mereka menghendaki mukjizat terus menerus setiap hari. Ini salah! Pertama-tama perlu diperhatikan bahwa mukjizat itu artinya peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam atau bertentangan dengan apa yang biasanya terjadi. Misalnya manusia tidak bisa berjalan di atas air. Ini adalah hukum alam dan inilah yang biasanya terjadi. Pada saat Yesus dan Petrus bisa berjalan di atas air, itu bertentangan dengan hukum alam / apa yang biasanya terjadi. Jadi, itu adalah mukjizat. Sekarang, kalau mukjizat itu harus selalu terjadi (terus menerus), maka mukjizat itu menjadi sesuatu yang biasa terjadi dan mukjizat itu bukan lagi mukjizat!

John Stott – “... definisi mujizat adalah suatu kejadian yang luar biasa, suatu penyimpangan dari cara kerja Allah yang normal dan alamiah. Kalau mujizat itu menjadi sesuatu yang biasa  / terjadi sehari-hari, maka mujizat itu berhenti menjadi mujizat. (Baptism and Fullness, hal. 96).

Misalnya semua orang bisa berjalan di atas air, bukankah hal itu menjadi hal biasa / lumrah, dan bukan lagi merupakan mujizat? Dan sebaliknya bukankah orang yang tenggelam justru menjadi sesuatu yang luar biasa / mujizat? Jadi, menghendaki mujizat terjadi terus menerus adalah suatu omong kosong.

Bahkan pada zaman Yesus dan rasul-rasul pun mujizat tidak terjadi secara terus menerus! Bacalah Matius 26:53-54; Kisah Para Rasul 4:1-22; 5:26-42; 7:57-60; 9:23-25; 12:1-2; 14:19-20; 27, dll. Dalam semua ayat-ayat ini tidak terjadi mujizat padahal bisa dikatakan ‘dibutuhkan mujizat’ karena adanya kematian, atau bahaya / penganiayaan di depan mata.

Karena itu jangan percaya ajaran populer bahwa mujizat selalu terjadi. Dan karena itu pula jangan selalu mengharapkan pertolongan Tuhan yang bersifat mujizat. Tuhan bisa menolong dengan cara yang luar biasa tetapi juga Ia bisa menolong dengan cara yang biasa. Misalnya pada waktu saudara sakit, janganlah menentukan bahwa Tuhan harus menyembuhkan saudara dengan menggunakan mujizat kesembuhan ilahi. Tuhan bisa menggunakan cara yang biasa, yaitu melalui dokter, obat, olahraga, istirahat, terapi, dsb. Coba bandingkan dengan nasihat Paulus kepada Timotius yang sakit.

1 Timotius 5:24. Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu menjadi lemah.

Anggur pada waktu itu adalah obat sehingga di sini ketika Timotius sakit, Paulus tidak melakukan mujizat penyembuhan melainkan menyarankannya untuk meminum obat.

Karena itu pada waktu saudara minta tolong kepada Tuhan, saudara tidak boleh mendikte Dia dengan cara apa Ia harus menolong saudara. Biarlah Ia yang memilih dan menentukan cara- Nya dan saudara harus percaya bahwa cara yang diberikan itu adalah yang terbaik.

Ada suatu tempat yang terkena banjir yang hebat. Seorang Kristen naik ke atas atap rumahnya dan berdoa supaya Tuhan menyelamatkan dia. Sebentar lagi datang sebuah perahu, dan orang-orang di perahu mengajaknya naik perahu untuk menyelamatkan diri. Tetapi ia menolak naik perahu itu dan berkata: ‘Aku sudah berdoa kepada Tuhan dan Ia pasti akan menolong aku’. Perahu itu pergi, dan sebentar lagi datang sebuah perahu yang lain yang mau menolong dia. Tetapi ia lagi-lagi menolak dengan alasan / jawaban yang sama. Sebentar lagi datang sebuah helikopter yang menurunkan tali untuk menolongnya. Tetapi ia lagi-lagi menolak sambil berkata: ‘Aku sudah berdoa kepada Tuhan, dan Ia pasti akan menolong aku’. Banjir itu terus naik, dan akhirnya orang itu mati tenggelam. Pada waktu menghadap Tuhan, orang itu dengan penasaran bertanya kepada Tuhan: ‘Tuhan, aku berdoa supaya Engkau menyelamatkan aku. Mengapa Engkau tidak menyelamatkan aku?’. Tuhan lalu berkata: ‘Apa maksudmu Aku tidak menyelamatkan kamu? Aku mengirim 2 buah perahu dan sebuah helikopter, tetapi engkau menolak untuk Kuselamatkan!’.

Orang ini menganggap cara yang biasa bukanlah dari Tuhan. Karenanya ia menolak pertolongan dengan cara yang biasa itu, dan ia mengharapkan Tuhan menggunakan cara yang luar biasa, seperti mengirim malaikat, dsb. Akhirnya ia mati karena kebodohannya!

Ingat, Tuhan punya banyak cara untuk menyelamatkan / menolong / menjawab doa kita. Karena itu biarkan Ia menjawab doa kita / menolong kita dengan cara-Nya sendiri. Sekalipun itu dengan cara-cara yang biasa. Tuhan bekerja dalam cara-cara yang luar biasa maupun cara- cara yang biasa.

II. PENGGENAPAN NUBUATAN-NUBUATAN.

Jika kita meneliti teks kita, maka sesungguhnya teks ini menyolok dalam hal pemenuhan nubuatan nabi-nabi dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar atau atas diri Yesus. Contohnya :

 Pada waktu Ia harus diungsikan ke Mesir, Matius memberikan keterangan :

Matius 2:15 – “…Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."

 Pada waktu terjadi pembunuhan anak-anak di Betlehem oleh Herodes, Matius mencatat :

Matius 2:17-18 - (17) Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi

Yeremia: (18) "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."

 Pada waktu Yusuf pulang dari Mesir tetapi tidak pergi ke Betlehem (karena Arkhelaus anak Herodes sudah menjadi raja), melainkan membawa Yesus untuk tinggal di kampung Nazaret, Matius mencatat :

Matius 2:23 – “….Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi- nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.

Jadi Matius mencatat adanya 3 nubuatan para nabi yang terpenuhi dalam peristiwa pengungsian Yesus ke Mesir, pembunuhan anak-anak Betlehem dan tinggalnya Yesus di Nazaret.

Sekarang saya akan menyoroti 3 nubuatan ini satu per satu :

a. Nubuatan yang berkaitan dengan pengungsian Yesus ke Mesir.

Mari perhatikan kembali kata-kata Matius.

Matius 2:15 – “…Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."

Nabi siapakah yang dimaksudkan oleh Matius di sini? Di sini Matius mengacu pada kata- kata Tuhan melalui nabi Hosea.

Hosea 11:1 - Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.

Sebenarnya konteks dari Hosea 11:1 ini tidak berbicara secara khusus tentang Yesus melainkan kepada bangsa Israel. Perhatikan ayat-ayat selanjutnya yang tidak mungkin cocok dengan Yesus.

Hosea 11:1-2 – (1) Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu. (2) Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung.

Kata-kata dalam ayat 2 ini tidak mungkin cocok dengan Yesus bukan? Lalu mengapa Matius mengaitkan ayat ini dengan peristiwa mengungsinya Yesus ke Mesir? Studi yang mendalam terhadap Injil Matius dalam kaitannya dengan nubuatan-nubuatan PL menunjukkan pada kita bahwa memang itu adalah cara Matius di dalam membuktikan bahwa Yesus adalah penggenapan dari semua nubuatan PL. Untuk mencapai tujuan itu, Matius selalu melihat ayat-ayat PL yang secara hurufiah cocok dengan apa yang dialami oleh Yesus atau dilakukan oleh / pada Yesus sekalipun ayat itu aslinya tidak dimaksudkan untuk Yesus. Perhatikan komentar Barclay tentang hal ini :

William Barclay – Kita dapat melihat bahwa dengan kutipan yang lengkap dari Hosea 11 ayat 1 tadi, kata-kata Hosea itu aslinya tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan Yesus. Dan juga tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan pengungsian ke Mesir. Ucapan itu tidak lebih dari suatu ucapan sederhana tentang bagaimana Allah melepaskan umat Israel dari perhambaan dan penindasan di tanah Mesir. Kita akan sering kali melihat, bahwa cara pengutipan seperti itu merupakan cara yang khas Matius. Matius selalu mengutip Perjanjian Lama dengan cara seperti itu. Ia siap untuk memakai setiap nubuat yang terdapat di dalam Perjanjian Lama yang secara hurufiah cocok untuk Yesus, meskipun aslinya ucapan-ucapan dan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama tersebut tidak mempunyai hubungan langsung dan juga tidak pernah dimaksudkan untuk menubuatkan Yesus. Matius mengetahui, bahwa cara satu-satunya yang bisa dipakai untuk meyakinkan orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan oleh Allah, adalah membuktikannya bahwa Yesus adalah pemenuhan nubuat Perjanjian Lama.

Dan di dalam usahanya yang penuh semangat untuk melakukan hal itu, ia menemukan banyak nubuat di dalam Perjanjian Lama yang dianggapnya menunjuk kepada Yesus, meskipun aslinya tidak demikian. Kalau kita membaca perikop seperti ini kita harus ingat, bahwa meskipun nampaknya aneh dan kurang meyakinkan, perikop itu dipakai oleh Matius untuk menyapa orang Yahudi. Dan cara yang dipakai oleh Matius itu nampaknya berhasil. Dan itulah yang dimaksudkan oleh Matius ketika ia menulis kitab Injilnya. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil Matius 1-10, hal. 56-57).

Dan saya kira benar kata Barclay ini. Jadi Matius memang tidak peduli apakah kata-kata dalam PL itu dimaksudkan untuk Yesus, tetapi apabila kata-kata itu secara hurufiah cocok dengan kisah Yesus, ia mengutipnya dan mengenakannya pada Yesus sekalipun ayat itu mungkin sudah ada penggenapannya pada kasus yang lain sehingga ayatnya lalu memiliki penggenapan ganda.

Sebagai orang percaya kita percaya bahwa ada inspirasi Roh Kudus dalam penulisan Kitab Suci sehingga tentunya apa yang dilakukan Matius ini tidak bisa kita salahkan karena pasti Roh Kuduslah yang menuntunnya dalam penulisan seperti ini.

Tuhan memberi tugas kepada bangsa Israel untuk menjadi pelayan-Nya. Waktu bangsa Israel gagal juga, nabi-nabi mulai berkata tentang suatu "sisa" dari bangsa Israel, yang akan bertobat kepada Tuhan. Tetapi pada akhirnya hal itu "dipersempit" kepada satu orang saja: Yesus Kristus menjadi orang yang satu-satunya yang melayani Tuhan dengan sempurna. Dengan jalan itu Tuhan Yesus menjadi "inti sari" dari bangsa Israel, sebab itu ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang berbicara tentang Israel dapat dikenakan oleh Matius di tempat ini. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 29-30).

Ya, bangsa Israel pernah ada di tanah Mesir dan tiba saatnya Allah lalu mengeluarkan mereka dari sana / memanggil pulang mereka dari sana. Tidak selamanya mereka akan ada di Mesir. Ada saatnya Allah berfirman dan membawa mereka kembali ke tanah perjanjian. Hal ini juga cocok dengan Yesus yang untuk sementara waktu ada di Mesir tetapi akan tiba saatnya Allah berfirman dan membawa kembali Anak-Nya itu ke tanah Israel. Suatu gambaran yang cocok dengan pengalaman bangsa Israel. Dengan demikian ayat Hos 1:11 itu dianggap mendapatkan penggenapannya juga dalam diri Yesus Kristus.

b. Nubuatan yang berkaitan dengan pembunuhan anak-anak Betlehem.

Mari kita perhatikan kembali nubuatannya.

Matius 2:17-18 - (17) Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: (18) "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."

Di sini dengan jelas dikatakan oleh Matius bahwa firman itu disampaikan oleh nabi Yeremia. Tepatnya dalam Yer 31:15.

Yeremia 31:15 – Beginilah firman TUHAN: Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak- anaknya, sebab mereka tidak ada lagi.

Lagi-lagi firman / nubuatan ini tidak secara khusus membicarakan Yesus tetapi membicarakan peristiwa yang akan terjadi di Rama ketika Nebuzaradan kepala pasukan Babel itu membawa banyak tawanan ke Rama setelah ia menghancurkan Yerusalem di mana nabi Yeremia dilepaskan.

Yesaya 40:1 - Firman yang datang dari pada TUHAN kepada Yeremia, sesudah ia dilepaskan dari Rama oleh Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, yang telah menyuruh untuk mengambilnya terbelenggu pada tangannya di tengah-tengah semua orang buangan dari Yerusalem dan Yehuda yang hendak diangkut ke dalam pembuangan ke Babel.

Pada waktu itu ada banyak orang Israel yang dibawa ke pembuangan di Babel tetapi tidak sedikit juga yang dibunuh. Pembunuhan ini begitu sadis yang menimbulkan tangisan yang banyak dari ibu-ibu yang kehilangan putera-putera mereka. Saking sedihnya dikatakan bahwa Rahel (istri Yakub) nenek moyang bangsa Israel juga turut sedih dan menangis di dalam kuburannya.

Yeremia 31:15 – Beginilah firman TUHAN: Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak- anaknya, sebab mereka tidak ada lagi.

Tetapi mengapa pembunuhan di Rama ini dikaitkan dengan Rahel? Karena Rama itu bersebelahan dengan Betlehem dan Rahel dikubur di sana.

Kejadian 35:19 - Demikianlah Rahel mati, lalu ia dikuburkan di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem.

Dengan kata lain mau dikatakan dalam nubuatan itu bahwa pembunuhan yang akan terjadi di Rama begitu hebat sampai-sampai nenek moyang bangsa Israel yakni Rahel sendiri yang dikuburkan di kampung sebelah turut menangis dengan pedihnya. Jikalau Rahel sampai menangisi pembunuhan anak-anak di kampung sebelah yakni di Rama, tidakkah Rahel juga akan lebih lagi menangis karena pembunuhan anak-anak di Betlehem dan sekitarnya (termasuk di Rama) yang dilakukan oleh Herodes? Dengan demikian Matius melihat adanya penggenapan ganda dari Yeremia 31:15 itu di mana penggenapan awal terjadi saat Nebuzaradan membunuh banyak anak Israel di Rama dan penggenapan keduanya terjadi ketika Herodes membunuh anak-anak di Betlehem dan sekitarnya (termasuk Rama).

c. Nubuatan yang berkaitan dengan tinggalnya Yesus di Nazaret.

Mari perhatikan nubuatannya :

Matius 2:23 – “….Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi- nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.

Jikalau 2 nubuatan sebelumnya dengan mudah dapat dilacak ayat aslinya dalam PL, maka berbeda dengan nubuatan ketiga ini. Silahkan dicari, ayat manakah di dalam PL yang menyebutkan bahwa Yesus akan disebut orang Nazaret? Tidak ada! Jangankan itu, bahkan kata “Nazaret” sendiri tidak pernah muncul dalam PL. Ini jelas memusingkan semua penafsir Alkitab sebagaimana kata Barclay :

William Barclay – Matius mengutip satu nubuat “Ia akan disebut orang Nazaret”. Dengan kutipan ini Matius ternyata mengajukan satu soal yang sulit untuk dipecahkan. Soal itu ialah bahwa di dalam PL tidak ada ayat yang berbunyi seperti yang dikutipnya itu. Bahkan nama Nazaret pun sebenarnya tidak pernah disebut di dalam PL. Sampai sekarang tidak ada seorang ahli pun yang berhasil memecahkan persoalan ini. Sangat sulit menduga, bagian PL yang mana yang ada dalam benak Matius ketika ia mengutip nubuatan tersebut. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil Matius 1-10, hal.63).

Lalu bagaimana? Sejauh ini ada 2 pandangan :

1). Ada yang menganggap bahwa kata-kata “Orang Nazaret” dalam Matius 2:23 itu tidak ada hubungannya dengan nama kota “Nazaret” tempat di mana Yesus dibesarkan melainkan di sini Matius hanya sedang melakukan permainan kata dalam bahasa Ibrani saja.

Para penafsir yang memegang pandangan ini juga tidak sepakat dalam hal kata apa / ayat mana yang sedang diacu oleh Matius dalam permainan katanya itu.

 Ada yang menghubungkan ini dengan Yes 11:1.

Yesaya 11:1 - ‘Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah’.

Kata Ibrani untuk ‘taruk’ di sini adalah “NETZER”.

Nah mungkin Matius sedang melakukan permainan kata terhadap kata ‘orang Nazaret’ dan kata ‘NETZER’; dan bahwa ia ingin mengatakan pada satu saat bahwa ‘Yesus datang dari Nazaret’ dan bahwa ‘Yesus adalah sang NETZER’, taruk yang dijanjikan dari keturunan Isai, keturunan Daud, Raja yang diurapi yang dijanjikan oleh Allah.

Pandangan ini dipegang misalnya oleh Barclay.

 Ada yang menghubungkan ini dengan kata “NAZIR” yang berarti seseorang yang dikhususkan bagi Allah.

Hak 13:5 - Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki- laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin."

Jadi “Yesus Orang Nazaret” artinya Yesus adalah orang dikhususkan bagi Allah. Seorang nazir Allah.

Jika dalam Hak 13:5 Simson dikhususkan bagi Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel dari tangan orang Filistin, maka Yesus adalah seorang yang dikhususkan bagi Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa.

Tetapi kata “NAZIR” juga bisa berarti orang yang istimewa.

Kejadian 49:26 - Berkat ayahmu melebihi berkat gunung-gunung yang sejak dahulu, yakni yang paling sedap di bukit-bukit yang berabad-abad; semuanya itu akan turun ke atas kepala Yusuf, ke atas batu kepala orang yang teristimewa di antara saudara-saudaranya.

Kata-kata “orang yang teristimewa” di sini dalam bahasa Ibraninya adalah “NAZIR”.

Jadi “Yesus Orang Nazaret” artinya Yesus adalah orang yang istimewa. Ia berbeda dengan orang-orang lain di dunia ini.

Jadi, baik Simson maupun Yusuf adalah nazir, dan mereka berdua adalah Type dari Kristus, sehingga pada waktu Kristus disebut nazir, maka itu berarti bahwa Hakim 13:5 dan Kejadian 49:26 tergenapi.

Karena itulah Matius menulis ‘nabi-nabi’ (bentuk jamak) dalam ayat 23 yang menunjukkan lebih dari satu bagian Perjanjian Lama yang digenapi.

Matius 2:23 – “….Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.

Pandangan ini dipegang misalnya oleh John Calvin.

2). Ada yang menganggap bahwa kata-kata “Orang Nazaret” di dalam Mat 2:23 memang dikaitkan dengan nama tempat / kota di mana Yesus tinggal yakni Nazaret yang terletak di wilayah Galilea.

Matius 2:22-23 – (22) “…Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea (23) Setibanya di sana ia pun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.

Nazaret pada zaman Yesus itu dianggap daerah / tempat yang hina / rendah oleh orang-orang Yahudi. Mengapa? Karena selain kotanya yang sangat kecil dan tidak maju (terkebelakang), ia juga terletak di wilayah Galilea. Wilayah Galilea adalah wilayah pertemuan bangsa-bangsa karena di sanalah terdapat jalan raya yang menghubungkan Damascus dan Mesir, terus ke Afrika. Dan bagi seorang Yahudi yang sangat anti terhadap bangsa lain, jelas Galilea adalah tempat yang tidak baik karena menjadi tempat pertemuan dengan orang-orang bangsa lain yang dianggap najis / kafir. Karena itu kehidupan beragama dari masyarakat Galilea termasuk Nazaret sangat diragukan oleh orang Yahudi pada umumnya. Bagi mereka tidak mungkin ada hal baik yang bisa datang dari Galilea / Nazaret, dan bahkan Tuhan pun tidak akan membangkitkan seorang nabi dari daerah seperti Galilea / Nazaret.

Yohanes 1:45-46 – (45) Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." (46) Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"

Yohanes 7:40-41 – (40) Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: "Dia ini benar-benar nabi yang akan datang." (41) Yang lain berkata: "Ia ini Mesias." Tetapi yang lain lagi berkata: "Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea!

Yohanes 7:52 - Jawab mereka: "Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea."

Jadi dapat disimpulkan bahwa bagi orang Yahudi, Nazaret adalah tempat yang rendah dan hina. Jikalau Yesus disebut “Orang Nazaret”, maka itu berarti Yesus adalah orang yang hina. Dan PL menubuatkan bahwa Yesus adalah seorang yang hina.

Mazmur 22:7-9 – (7) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak. (8) Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: (9) "Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?"

Yesaya 53:2-3 – (2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.

Ayat-ayat ini adalah nubuatan tentang Yesus yang terhina. Dan karena itu apabila Yesus tinggal di kota Nazaret dan disebut ”Orang Nazaret” maka sejumlah nubuatan yang menyangkut kehinaan-Nya ini tergenapi. Kira-kira itulah yang ada dalam pikiran Matius.

Pandangan ini dipegang misalnya oleh William Hendriksen.

Kalau kita melihat 2 pandangan ini maka pandangan pertama yang menghubungkan kata “Nazaret” dengan kata “NETZER” (taruk) atau “NAZIR” (orang yang dikhususkan / istimewa) maka jelas Nazaret mempunyai makna positif dan mulia. Tetapi pandangan kedua yang menghubungkan kata “Nazaret” dengan kota Nazaret di Galilea jelas mempunyai makna negatif dan hina. Yang mana yang benar? Saya tidak tahu!

Menariknya bahwa orang Kristen seringkali disebut juga orang Nasrani.

Kisah Para Rasul 24:5 - Telah nyata kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte orang Nasrani.

Kata “Nasrani” ini berasal dari kata “Nazaret”. Jadi orang Nasrani adalah orang yang mengikuti seorang dari Nazaret yakni Yesus. Nah, jika Yesus “Orang Nazaret” ternyata memiliki arti yang positif dan mulia seperti pandangan pertama, maka kita orang Nasrani sebenarnya adalah orang-orang yang mulia, yang istimewa karena kita dipilih Allah untuk tujuan dan tugas khusus di dunia ini.

1 Petrus 2:9 - Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan- perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.

Tetapi apabila Yesus “Orang Nazaret” ternyata memiliki arti yang negatif dan hina seperti pandangan kedua, maka kita orang Nasrani sebenarnya adalah orang-orang yang dianggap hina oleh dunia ini sebagaimana kata-kata Paulus :

1 Korintus 4:11-13 – (11) Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara, (12) kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; (13) kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, Tetapi itu tidak boleh menyedihkan kita karena yang hina bagi dunia itu yang dipilih  Allah.

1 Korintus 1:28 - dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti

Yang mana yang benar saya tidak tahu! Mungkin juga dua-duanya sama-sama benar. Itulah 3 nubuatan yang muncul dalam teks kita.

Apakah kebenaran di balik semua yang sudah saya jelaskan ini? Kebenarannya adalah bahwa semua peristiwa yang terjadi pada saat itu sesungguhnya berada dalam rencana Tuhan. Jikalau peristiwa pengungsian Yesus ke Mesir menggenapi suatu nubuatan dalam PL berarti peristiwa pengungsian itu ada dalam rencana Allah. Jikalau peristiwa pembunuhan anak- anak Betlehem itu menggenapi suatu nubuatan dalam PL berarti peristiwa pembunuhan anak- anak Betlehem itu ada dalam rencana Allah. Jikalau peristiwa tinggalnya Yesus di Nazaret itu menggenapi suatu nubuatan dalam PL berarti peristiwa tinggalnya Yesus di Nazaret itu ada dalam rencana Allah. Jadi sebenarnya di balik semua tindakan jahat dari Herodes pun, rencana Allahlah yang terlaksana.

Sewaktu mendengar orang majus mencari Yesus, Herodes telah memanggil para ahli Taurat untuk menanyakan kepada mereka tentang nubuatan yang berkaitan dengan kelahiran Yesus.

Matius 2:4-6 – (4) Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. (5) Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: (6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."

Berarti Herodes telah tahu tentang adanya rencana Allah yang berkaitan dengan kelahiran Yesus. Dengan kata lain ia tahu bahwa kelahiran Yesus ada dalam rencana Allah. Dan sekarang dengan tindakannya yang hendak membinasakan Yesus, seolah-olah ia mau berusaha untuk menggagalkan rencana Allah. Tetapi kenyataannya adalah tindakan- tindakannya untuk membinasakan Yesus itu justru hanya menggenapi rencana-rencana Allah yang lain.
BELAJAR DARI KISAH PENGUNGSIAN YESUS (MATIUS 2:13-23)
Matthew Henry – Herodes mungkin menyangka bahwa ia telah mengacaukan semua nubuat Perjanjian Lama, merusak semua petunjuk dari bintang beserta ziarah orang-orang majus itu dengan memisahkan negeri tersebut dari Raja barunya itu. Dengan membakar sarangnya, ia menyangka telah berhasil membunuh ratu lebahnya. Tetapi Allah di sorga tertawa dan mengolok-oloknya. Apa pun rancangan jahat yang ada dalam hati manusia, keputusan TUHANlah yang terlaksana. (Injil Matius 1-14, hal.48).

Ya, semua ini mengajarkan kepada kita bahwa rencana Allah tidak bisa digagalkan manusia.

Mazmur 2:1-4 – (1) Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? (2) Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapiNya: (3) ‘Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita!’ (4) Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka”.

Ayub 42:1-2 - (1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’.

Mazmur 33:10-11 - (10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun”.


Yesaya 14:24,26-27 – (24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.

Karena itu hati-hati dengan ajaran yang mengatakan bahwa Allah bisa gagal dalam mencapai rencana-Nya. Ini adalah pandangan yang menghina Allah!

Secara khusus jika kita menyoroti apa yang dialami oleh Yesus, Yusuf dan Maria, maka sudah pasti rencana pembunuhan dari Herodes dan pengungsian ke Mesir membawa sejumlah kesulitan / penderitaan bagi mereka, tetapi melalui semua kesulitan / penderitaan itu, rencana Allah yang berkaitan dengan Yesus tergenapi. Dengan kata lain Allah menggenapi rencana-Nya melalui kesulitan yang dialami oleh Yesus, Yusuf dan Maria. Dan camkan ini! Inilah salah satu cara yang biasa dipakai oleh Allah di dalam menggenapi rencana-rencana-Nya yakni melalui kesulitan-kesulitan, problem-problem / penderitaan anak- anak-Nya. Misalnya dalam kasus Yusuf di PL. Allah tentu sudah merencanakan agar Yusuf menjadi Perdana Menteri di Mesir agar dapat menyelamatkan seluruh keluarga Yakub dari bahaya kelaparan. Ini terbukti dengan mimpi-mimpi yang diberikan kepada Yusuf sejak ia masih di rumah ayahnya seperti matahari, bulan dan bintang sujud menyembah dia. Tetapi Allah menggenapi rencana-Nya itu melalui kesulitan / penderitaan Yusuf yakni ketika ia dijual oleh saudara-saudaranya ke Mesir bahkan ketika ia harus menjadi narapidana karena fitnahan isteri Potifar.

Pengalaman kita sebagai orang percaya / gereja Tuhan pun mengkonfirmasi kebenaran ini. Contoh, Tuhan pasti sudah mempunyai rencana agar gereja Revival ada di Kupang melalui saya. Tetapi saat itu saya ada dan nyaman di gereja yang lama. Dan Allah menggenapi rencana-Nya itu melalui problem / kesulitan yang saya hadapi yakni ketika saya diskorsing atau dilarang melayani padahal saya justru membela / menyatakan kebenaran melalui perdebatan dengan orang katolik. Tuhan pasti mempunyai rencana bahwa gereja kita harus beribadah di tempat yang lebih baik daripada di gudang yakni di sebuah restoran ( Scott Galilea). Dan Ia menggenapi rencananya itu melalui sesuatu yang tidak enak yakni ancaman- ancaman yang kita terima di akhir tahun 2008 dan ultimatum agar kita harus meninggalkan gudang itu di Januari 2009. Akhirnya kita terpaksa keluar dari gudang dan lalu mendapatkan tempat yang lebih baik yakni di restoran Scott Galilea. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya. Karena itu boleh saya katakan bahwa penderitaan, kesulitan, problem atau kesedihan yang menimpamu sebenarnya adalah sayap-sayap Allah yang akan menerbangkan engkau kepada rencana-rencana-Nya.

Masalah, penderitaan atau kesulitan apakah yang sedang menimpamu saat ini? Pekerjaan yang macet? Usaha yang bangkrut? Rumah tangga yang kacau balau? Kehilangan orang- orang terkasih? Putus cinta? Cinta ditolak? Tes tertentu (misalnya tes PNS) yang tidak lulus?

Semuanya hanyalah sayap-sayap yang akan membawa engkau terbang menuju rencana- rencana Allah bagi hidupmu. Karena itu jangan kecewa, jangan berputus asa, jangan bersedih yang berlebihan karena Allah sedang melaksanakan rencana-Nya atas hidupmu. Percayalah Ia akan tetap memelihara engkau sebagaimana Ia memelihara Yusuf, Maria dan Yesus di Mesir melalui emas, kemenyan dan mur dari para majus.

Memang pemenuhan rencana itu bisa melibatkan orang-orang jahat seperti Herodes, tetapi kita tidak perlu kuatir karena justru orang-orang seperti itu juga dipakai oleh Tuhan untuk menggenapkan rencana-rencana-Nya untuk dirimu. Ya, percayalah kepada Tuhan, dan biarkan sayap-sayap-Nya menerbangkan engkau kepada rencana-rencana-Nya.
- AMIN -
Next Post Previous Post