KEJADIAN 12:1-3 (BERKAT ABRAHAM, BERKAT ORANG BERIMAN)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Bdk. Mazmur 105:12-15 - “(12) Ketika jumlah mereka tidak seberapa, sedikit saja, dan mereka orang-orang asing di sana, (13) dan mengembara dari bangsa yang satu ke bangsa yang lain, dari kerajaan yang satu ke suku bangsa yang lain, (14) Ia tidak membiarkan seorangpun memeras mereka, raja-raja dihukumNya oleh karena mereka: (15) ‘Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabiKu!’”.
“(Kejadian 12:1) Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. (3) Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’”(Kejadian 12:1-3)
I) Abraham diberkati oleh Allah.
Kejadian 12:2 - “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat”.
Bagaimana mungkin Abraham, atau siapapun juga, bisa diberkati? Bukankah semua orang berdosa, dan karena itu dikutuk oleh Allah? Jelas, bahwa pengorbanan / penebusan yang dilakukan Kristus di atas kayu salib yang memungkinkan terjadinya hal itu.
Calvin (tentang Kejadian 12:3): “‘In thee shall all families of the earth be blessed.’ ... the blessing was promised him in Christ, ... God (in my judgment) pronounces that all nations should be blessed in his servant Abram because Christ was included in his loins. ... there should be an understood antithesis between Adam and Christ. For whereas, from the time of the first man’s alienation from God, we are all born accursed, here a new remedy is offered unto us. ... the whole human race is obnoxious to a curse, and therefore that the holy people are blessed only through the grace of the Mediator. Whence he concludes, that the covenant of salvation which God made with Abram, is neither stable nor firm except in Christ” [= ‘Dalam engkau semua keluarga dari bumi akan diberkati’. ... berkat itu dijanjikan kepadanya dalam Kristus, ... Allah (dalam penilaian saya) mengumumkan bahwa semua bangsa akan diberkati dalam pelayanNya Abram karena Kristus termasuk dalam tubuhnya. ... di sana harus dimengerti adanya suatu kontras antara Adam dan Kristus. Karena sekalipun sejak saat pertama pengasingan / penjauhan manusia dari Allah, kita semua dilahirkan dalam keadaan terkutuk, di sini suatu obat yang baru ditawarkan kepada kita. ... seluruh umat manusia adalah menjijikkan pada suatu kutuk, dan karena itu orang-orang kudus diberkati hanya melalui kasih karunia dari sang Pengantara. Dari mana ia menyimpulkan, bahwa perjanjian keselamatan yang Allah buat dengan Abram, tidak stabil ataupun teguh, kecuali dalam Kristus].
Galatia 3:8-14 - “(8) Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: ‘Olehmu segala bangsa akan diberkati.’ (9) Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. (10) Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’ (11) Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: ‘Orang yang benar akan hidup oleh iman.’ (12) Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya. (13) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’ (14) Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu”.
Karena itu, kalau saudara menginginkan berkat yang bersifat rohani dan kekal, percayalah kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!
II) Allah akan memberkati orang yang memberkati Abraham, dan mengutuk orang yang mengutuk Abraham.
1) Ini bukan hanya berlaku untuk Abraham, tetapi juga untuk semua orang yang beriman / anak Tuhan.
Calvin (tentang Kejadian 12:3): “For although he here addresses one man only, he elsewhere declares the same affection towards his faithful people. We may therefore infer this general doctrine, that God so embraced us with his favor, that he will bless our friends, and take vengeance on our enemies” (= Karena sekalipun Ia di sini menujukan kepada satu orang saja, di tempat lain Ia menyatakan kasih / perasaan yang sama kepada umatNya yang setia. Karena itu kita bisa menyimpulkan doktrin umum ini, bahwa Allah begitu memeluk kita dengan kebaikanNya, sehingga Ia akan memberkati teman-teman kita, dan membalas musuh-musuh kita).
Sebagai bukti adalah: kata-kata yang sama diberikan kepada Yakub pada saat Ishak memberkatinya (Kej 27:29), dan juga kepada Israel pada waktu Bileam ‘memberkati’ mereka (Bil 24:9).
Kejadian 27:29 - “Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia.’”.
Bilangan 24:9 - “Ia meniarap dan merebahkan diri sebagai singa jantan, dan sebagai singa betina; siapakah yang berani membangunkannya? Diberkatilah orang yang memberkati engkau, dan terkutuklah orang yang mengutuk engkau!’”.
Calvin (tentang Bil 24:9): “‘Blessed is he that blesseth thee.’ This mode of expression signifies that the Israelites were elected by God, on these terms, that He would account as conferred upon Himself whatever injury or benefit they might receive. Nor is there anything new in this, that God should declare that He would be an enemy to the enemies of His Church; and, on the other hand, a friend to her friends, which is a token of the high favor with which He regards her. Hence, however, we are taught, that whatever good offices are performed towards the Church, are conferred upon God Himself, who will recompense them faithfully: and, at the same time, that believers cannot be injured, without His avenging them: even as He says; ‘He that toucheth you toucheth the apple of my eye.’ (Zechariah 2:8.)” [= ‘Diberkatilah orang yang memberkati engkau’. Cara pernyataan ini menunjukkan bahwa orang-orang Israel dipilih oleh Allah, dengan ketentuan-ketentuan ini, bahwa Ia akan menganggap sebagai dilakukan terhadapNya sendiri apapun kerugian atau keuntungan yang mereka terima. Juga tidak ada sesuatu yang baru dalam hal ini, bahwa Allah menyatakan bahwa Ia akan menjadi seorang musuh bagi musuh-musuh dari GerejaNya; dan pada sisi yang lain, seorang sahabat bagi sahabat-sahabat dari Gerejanya, yang merupakan suatu tanda dari kebaikan / kesenanganNya yang tinggi dengan mana Ia memandang pada GerejaNya. Karena itu, kita diajar, bahwa jasa baik apapun dilakukan kepada Gereja, dilakukan terhadap Allah sendiri, yang akan memberikan imbalan kepada mereka dengan setia: dan, pada saat yang sama, bahwa orang-orang percaya tidak bisa dilukai / dirugikan, tanpa pembalasanNya terhadap mereka: seperti pada saat Ia berkata: ‘siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mataNya’ (Zakharia 2:8)].
2) Arti dari ‘memberkati’ dan mengutuk’.
Kata ‘memberkati’ dan ‘mengutuk’ bisa diartikan sebagaimana adanya / secara hurufiah, tetapi:
a) Bisa juga kata ‘memberkati’ diartikan sebagai:
1. Bersikap baik / bersahabat.
2. Mengharapkan kebaikan, memberikan kata-kata yang baik dan ramah kepadanya, berbicara baik tentang dia, dan sebagainya.
b) Sedangkan kata ‘mengutuk’ bisa diartikan sebagai:
1. Bersikap jahat / memusuhi.
2. Memfitnah, berbicara buruk tentang dia, dan sebagainya.
Ini terlihat dari banyak contoh dimana sekalipun orang-orang tertentu bukan betul-betul memberkati Abraham / orang percaya, dan hanya bersikap baik kepada Abraham / orang percaya, tetapi Allah tetap memberkati / bersikap baik terhadap mereka. Dan sebaliknya, banyak juga kasus dimana ada orang-orang yang bukan betul-betul mengutuk Abraham / orang percaya, dan hanya bersikap jahat, memfitnah dsb, tetapi mereka dihukum / dihajar oleh Tuhan.
Dan kalau kita melihat ayat-ayat di bawah ini, maka kelihatannya kata ‘memberkati’ memang dikontraskan dengan ‘berbuat jahat’ dan ‘mencaci maki’.
1Petrus 3:9 - “dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat”.
1Korintus 4:12 - “kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar”.
Calvin (tentang Kejadian 12:3): “it appears that to bless or curse in any one, is nothing else than to wish good or evil to another, ... I acknowledge, that what they say is often, but not always true” (= Kelihatannya ‘memberkati’ atau ‘mengutuk’ dalam siapapun, tidak lain dari ‘mengharapkan kebaikan atau bencana bagi orang lain’, ... Saya mengakui, bahwa apa yang mereka katakan itu sering, tetapi tidak selalu benar).
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Kejadian 12:3): “I will bless them that bless thee. His friends and his enemies would be regarded as the friends and enemies of God, who would reward their kindness and avenge their wrongs done to him as done to Himself” (= ‘Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau’. Sahabat-sahabatnya dan musuh-musuhnya akan dianggap sebagai sahabat-sahabat dan musuh-musuh Allah, yang akan memberi upah atas kebaikan mereka dan membalas kesalahan-kesalahan yang dilakukan kepadanya seperti dilakukan kepadaNya sendiri).
Barnes’ Notes (tentang Kej 12:3): “‘I will bless them that bless thee, and curse him that curseth thee.’ Here the Lord identifies the cause of Abram with his own, and declares him to be essentially connected with the weal or woe of all who come into contact with him” (= ‘Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau’. Di sini Tuhan menyamakan perkara Abraham dengan perkaraNya sendiri, dan menyatakan Dia sebagai berhubungan secara hakiki dengan kesejahteraan atau kesengsaraan dari semua orang yang berhubungan dengan dia).
Calvin (tentang Kejadian 12:3): “‘And I will bless them that bless thee.’ ... For this is the accustomed form of covenants between kings and others, that they mutually promise to have the same enemies and the same friends. This certainly is an inestimable pledge of special love, that God should so greatly condescend for our sake. ... We are, moreover, warned by this passage, that however desirous the sons of God may be of peace, they will never want enemies. Certainly, of all persons who ever conducted themselves so peaceably among men as to deserve the esteem of all, Abram might be reckoned among the chief, yet even he was not without enemies; because he had the devil for his adversary, who holds the wicked in his hand, whom he incessantly impels to molest the good. There is then, no reason why the ingratitude of the world should dishearten us, even though many hate us without cause, and, when provoked by no injury, study to do us harm; but let us be content with this single consolation, that God engages on our side in the war. Besides, God exhorts his people to cultivate fidelity and humanity with all good men, and, further, to abstain from all injury. For this is no common inducement to excite us to assist the faithful, that if we discharge any duty towards them, God will repay it; nor ought it less to alarm us, that he denounces war against us, if we hurt any one belonging to him” (= ‘Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau’. ... Karena ini adalah bentuk perjanjian yang biasa di antara raja-raja dan orang-orang lain, bahwa mereka saling berjanji untuk mempunyai musuh yang sama dan sahabat yang sama. Ini jelas merupakan suatu janji yang tidak ternilai dari kasih yang khusus, bahwa Allah begitu merendahkan diri demi kita. ... Selanjutnya, kita diperingatkan oleh text ini, bahwa bagaimanapun anak-anak Allah menginginkan damai, mereka tidak akan pernah kekurangan musuh-musuh. Pastilah bahwa dari semua orang yang pernah bertingkah laku begitu penuh damai di antara manusia sehingga layak dihargai oleh semua orang, Abraham boleh dianggap sebagai salah satu yang terutama, tetapi bahkan ia bukanlah tanpa musuh-musuh; karena ia mempunyai Iblis sebagai musuh, yang memegang orang-orang jahat di tangannya, yang dengan tak henti-hentinya ia dorong untuk mengganggu / menganiaya orang-orang baik / saleh. Maka, tidak ada alasan mengapa sikap tidak tahu terima kasih dari dunia harus mengecilkan hati kita, sekalipun banyak orang membenci kita tanpa alasan, dan pada saat tidak diprovokasi oleh kerugian / luka apapun, memikirkan untuk merugikan kita; tetapi hendaklah kita puas dengan satu penghiburan ini, bahwa Allah berperang di pihak kita. Disamping itu, Allah mendesak umatNya untuk mengusahakan kesetiaan dan kemanusiaan dengan semua orang-orang baik / saleh, lebih jauh lagi, untuk menjauhkan diri dari tindakan merugikan orang lain. Karena ini merupakan suatu perangsang yang luar biasa untuk menggairahkan kita untuk membantu orang-orang yang setia, karena kalau kita melaksanakan kewajiban apapun terhadap mereka, Allah akan membayarnya kembali; juga ini seharusnya menakutkan kita, bahwa Ia menyatakan perang terhadap kita, jika kita melukai siapapun yang adalah milikNya).
III) Orang yang ‘memberkati’ orang percaya.
1) Orang kafir ‘memberkati’ orang percaya.
Dalam kasus seperti ini, Allah tetap ‘memberkati’ orang kafir itu. Contohnya adalah kasus Potifar yang ‘memberkati’, dalam arti ‘bersikap baik’ terhadap Yusuf, sehingga lalu diberkati oleh Allah.
Kejadian 39:3-5 - “(3) Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, (4) maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf. (5) Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, TUHAN memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang”.
2) Orang kristen KTP ‘memberkati’ orang percaya.
Yang inipun diberkati oleh Allah. Sebagai contoh adalah kasus Laban yang (mula-mula) berbaik hati terhadap Yakub, sehingga ia diberkati oleh Allah.
Kejadian 30:27,29-30 - “(27) Tetapi Laban berkata kepadanya: ‘Sekiranya aku mendapat kasihmu! Telah nyata kepadaku, bahwa TUHAN memberkati aku karena engkau.’ ... (29) Sahut Yakub kepadanya: ‘Engkau sendiri tahu, bagaimana aku bekerja padamu, dan bagaimana keadaan ternakmu dalam penjagaanku, (30) sebab harta milikmu tidak begitu banyak sebelum aku datang, tetapi sekarang telah berkembang dengan sangat, dan TUHAN telah memberkati engkau sejak aku berada di sini; jadi, bilakah dapat aku bekerja untuk rumah tanggaku sendiri?’”.
Perlu diperhatikan, bahwa baik dalam kasus Potifar ‘memberkati’ Yusuf (orang kafir ‘memberkati’ orang percaya), maupun dalam kasus Laban ‘memberkati’ Yakub (orang kristen KTP ‘memberkati’ orang percaya), maka sekalipun Allah memang membalas ‘kebaikan’ mereka dengan memberkati mereka, tetapi berkat dari Allah itu hanyalah berkat jasmani / sekuler! Karena mereka ada di luar Kristus, maka tidak mungkin bisa ada berkat rohani / kekal bagi mereka, tidak peduli mereka berbuat baik kepada orang-orang percaya!
Tetapi Calvin mempertanyakan: mengapa Bileam tidak diberkati sekalipun ia memberkati bangsa Israel? Ia menjawab sendiri pertanyaan itu: karena Bileam sebetulnya ingin mengutuk Israel, tetapi ia dipaksa memberkati Israel oleh Allah.
Tentang Bileam yang ingin mengutuk tetapi dipaksa memberkati, bandingkan dengan Mazmur 62:5 - “Mereka hanya bermaksud menghempaskan dia dari kedudukannya yang tinggi; mereka suka kepada dusta; dengan mulutnya mereka memberkati, tetapi dalam hatinya mereka mengutuki. Sela”.
Sudah tentu kalau yang seperti ini, Tuhan tidak memberkati mereka. Jadi, keinginan sesungguhnya, maksud hatinya, dan ketulusan atau kemunafikannya, harus diperhitungkan sebelum Tuhan mau memberkati mereka yang memberkati orang-orang percaya.
3) Orang percaya ‘memberkati’ orang percaya.
Contoh:
a) Janda di Sarfat yang ‘memberkati’ Elia sehingga lalu diberkati oleh Allah.
1Raja-raja 17:7-16 - “(7) Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. (8) Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’ (10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: ‘Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.’ (11) Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: ‘Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.’ (12) Perempuan itu menjawab: ‘Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.’ (13) Tetapi Elia berkata kepadanya: ‘Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. (14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.’ (15) Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. (16) Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkanNya dengan perantaraan Elia”.
b) Mat 10:40-42 - “(40) Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. (41) Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.
c) Matius 25:34-40 - “(34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Jadi, kita melihat bahwa kalau orang percaya ‘memberkati’ / berbuat baik kepada orang percaya, maka Tuhan akan memberkati orang percaya yang berbuat baik itu. Dan dari text yang terakhir kita melihat bahwa berkat Tuhan itu bukan hanya dalam hal sekuler / sementara, tetapi secara rohani dan kekal!
IV) Orang yang ‘mengutuk’ orang percaya.
1) Orang percaya ‘mengutuk’ orang percaya.
Ini tidak seharusnya terjadi, tetapi dalam dunia ini tak ada yang sempurna / ideal, sehingga dalam faktanya ini banyak terjadi! Pendeta satu memusuhi / membenci / memfitnah pendeta lain; dan demikian juga orang Kristen satu dengan yang lain. Ada banyak pendeta yang justru bersukacita kalau ada berita buruk tentang saingan mereka, tak peduli berita itu benar / terbukti atau tidak. Kelihatannya mereka tak pernah membaca 1Tim 5:19, yang berbunyi sebagai berikut: “Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi”.
Sekarang bagaimana kalau orang percaya ‘mengutuk’ orang percaya? Mari kita melihat kasus di bawah ini.
Bilangan 12:1-10 - “(1) Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. (2) Kata mereka: ‘Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?’ Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. (3) Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. (4) Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: ‘Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan.’ Maka keluarlah mereka bertiga. (5) Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya. (6) Lalu berfirmanlah Ia: ‘Dengarlah firmanKu ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diriKu kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. (7) Bukan demikian hambaKu Musa, seorang yang setia dalam segenap rumahKu. (8) Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hambaKu Musa?’ (9) Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia. (10) Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!”.
Dalam cerita ini ada beberapa hal yang perlu diketahui:
a) Tidak diragukan bahwa bukan hanya Musa, tetapi juga Miryam dan Harun, adalah orang-orang percaya yang sejati.
b) Para penafsir saling bertentangan tentang perempuan Kush yang diambil istri oleh Musa. Ada yang mengatakan itu bukan Zipora (dengan demikian Musa melakukan polygamy), tetapi kebanyakan (termasuk Calvin) menganggap perempuan itu adalag Zipora.
c) Siapapun perempuan Kush itu, dan tak peduli Musa bersalah atau tidak, jelas bahwa kritikan yang diberikan oleh Miryam dan Harun didasari oleh rasa iri hati dan persaingan dengan adik mereka. Ini terlihat dengan jelas dari ay 2a: “Kata mereka: ‘Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?’”. Karena itulah Miryam dihajar dengan berat oleh Allah. Mengapa Harun tidak? Karena Miryam yang menghasut (terlihat dari namanya disebut dulu dalam ay 1).
Ini membuat orang Kristen, khususnya para hamba Tuhan, harus sangat berhati-hati dalam mengkritik / menyerang orang Kristen / hamba Tuhan yang lain. Introspeksi dulu sebelum mengkritik / menyerang! Apa motivasinya? Kalau motivasinya benar, itu tidak disalahkan, seperti pada waktu Paulus mengkritik / menegur Petrus dengan keras di depan umum (Galatia 2:11-14). Tetapi kalau motivasinya adalah iri hati / persaingan, maka itu merupakan tindakan yang membahayakan, karena bisa mengundang hajaran Tuhan, seperti dalam kasus Miryam dan Harun ini! Kalau ia memang adalah orang percaya yang sejati, ia tidak akan pernah bisa dihukum atau dibuang ke dalam neraka oleh Tuhan. Tetapi Tuhan tetap bisa menghajarnya!
2) Orang kristen KTP ‘mengutuk’ orang percaya.
a) Kejadian 31:22-25,29 - “(22) Ketika pada hari ketiga dikabarkan kepada Laban, bahwa Yakub telah lari, (23) dibawanyalah sanak saudaranya bersama-sama, dikejarnya Yakub tujuh hari perjalanan jauhnya, lalu ia dapat menyusulnya di pegunungan Gilead. (24) Pada waktu malam datanglah Allah dalam suatu mimpi kepada Laban, orang Aram itu, serta berfirman kepadanya: ‘Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah katapun.’ (25) Ketika Laban sampai kepada Yakub, - Yakub telah memasang kemahnya di pegunungan, juga Laban dengan sanak saudaranya telah memasang kemahnya di pegunungan Gilead - ... (29) Aku ini berkuasa untuk berbuat jahat kepadamu, tetapi Allah ayahmu telah berfirman kepadaku tadi malam: Jagalah baik-baik, jangan engkau mengatai Yakub dengan sepatah katapun”.
Catatan: saya menganggap Laban sebagai orang kristen KTP karena kalau dilihat dalam perjanjian antara Yakub dan Laban, Laban bersumpah demi nama Yahweh / Allah dari Abraham (Kejadian 31:48-53). Tetapi dari kehidupannya (ia mempunyai berhala / terafim), kelihatannya ia bukan orang percaya yang sejati.
b) Korah, Datan dan Abiram yang dibinasakan oleh Allah karena melawan dan mengata-ngatai Musa (Bilangan 16:1-35).
c) Matius 25:41-46 - “(41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
Catatan: saya menganggap kambing-kambing di sini bukan sebagai orang kafir total, tetapi sebagai orang kristen KTP, karena mereka menyebut Yesus sebagai ‘Tuhan’ (ay 44). Juga kata-kata mereka dalam ay 44 kelihatannya menunjukkan bahwa dalam hidup mereka mereka merasa mereka menghormati / mengasihi Yesus.
3) Orang kafir ‘mengutuk’ orang percaya.
Saya akan memberikan beberapa contoh:
a) Zakharia 2:8 - “Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, yang dalam kemuliaanNya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mataNya”.
Calvin mengatakan bahwa ayat ini bisa ditafsirkan dengan dua arti:
1. Orang yang menjamah orang percaya berarti menjamah biji matanya sendiri (biji mata orang itu).
2. Orang yang menjamah orang percaya berarti menjamah biji mata Allah.
Calvin setuju dengan penafsiran yang kedua, karena adanya dukungan dari dua ayat di bawah ini:
· Ulangan 32:10 - “DidapatiNya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. DikelilingiNya dia dan diawasiNya, dijagaNya sebagai biji mataNya”.
· Mazmur 17:8 - “Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayapMu”.
Calvin (tentang Zakharia 2:8): “God cannot otherwise set forth how much and how ardently he loves us, and how careful he is of our salvation, than by comparing us to the apple of his eye. There is nothing, as we know, more delicate, or more tender, then this is in the body of man; for were one to bite my finger, or prick my arm or my legs, or even severely to wound me, I should feel no such pain as by having my eye or the pupil of my eye injured. God then by this solemn message declares, that the Church is to him like the apple of his eye, so that he can by no means bear it to be hurt or touched” (= Allah tidak bisa menyatakan dengan cara lain betapa besar dan bagaimana bergairahnya Ia mengasihi kita, dan bagaimana hati-hatinya Ia tentang keselamatan kita, dari pada membandingkan kita dengan biji mataNya. Seperti kita ketahui, tidak ada apapun yang lebih lembut atau halus dari pada ini dalam tubuh manusia; karena seandainya ada seseorang menggigit jariku, atau menusuk lengan atau kakiku, atau bahkan melukai aku dengan hebat, aku tidak akan merasa sesakit seperti kalau mataku atau biji mataku dilukai. Maka Allah oleh berita / pesan yang khidmat ini menyatakan bahwa bagi Dia Gereja adalah seperti biji mataNya, sehingga Ia sama sekali tidak bisa tahan kalau Gereja disakiti atau disentuh).
b) Kisah Para Rasul 9:1-5 - “(1) Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, (2) dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. (3) Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. (4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu”.
Paulus / Saulus pada saat itu belum bertobat, dan karena itu ia jelas adalah orang kafir. Dan pada saat ia menangkapi / menganiaya / membunuhi orang-orang Kristen, Yesus menganggap bahwa hal-hal itu dilakukan terhadapNya sendiri!
Calvin (tentang Kisah Para Rasul 9:5): “it is not for nothing that he saith that he suffereth in our person; but he will have us to be assuredly persuaded of this, that he suffereth together with us, as if the enemies of the gospel should wound us through his side” (= bukan dengan sia-sia Ia mengatakan bahwa Ia menderita dalam pribadi kita; tetapi Ia menghendaki kita diyakinkan dengan pasti tentang hal ini, bahwa Ia menderita bersama-sama dengan kita, seakan-akan musuh-musuh injil melukai kita melalui sisiNya / pihakNya).
c) Sesuatu yang menarik adalah kasus Kejadian 12:10-20 Kejadian 20:1-18.
Kedua text ini mirip. Yang pertama Abraham berdusta dengan mengatakan Sarai sebagai saudaranya, sehingga Sarai mau diambil istri oleh Firaun. Yang kedua Abraham lagi-lagi berdusta dengan mengatakan Sarai sebagai saudaranya, sehingga Sarai mau diambil istri oleh Abimelekh. Dalam kedua kasus itu, Abraham yang adalah orang percayanya, bersalah dengan berdusta, dan orang kafirnya (Firaun dan Abimelekh) sebetulnya tidak terlalu bersalah, tetapi tetap saja Allah menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun (Kejadian 12:17), mengancam untuk membunuh Abimelekh dan menutup kandungan dari istri maupun semua perempuan di istana Abimelekh (Kejadian 20:3-7,17-18), sampai mereka mengembalikan Sarai.
Bdk. Mazmur 105:12-15 - “(12) Ketika jumlah mereka tidak seberapa, sedikit saja, dan mereka orang-orang asing di sana, (13) dan mengembara dari bangsa yang satu ke bangsa yang lain, dari kerajaan yang satu ke suku bangsa yang lain, (14) Ia tidak membiarkan seorangpun memeras mereka, raja-raja dihukumNya oleh karena mereka: (15) ‘Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabiKu!’”.
d) Mazmur 109:28 - “Biar mereka mengutuk, Engkau akan memberkati; biarlah lawan-lawanku mendapat malu, tetapi hambaMu ini kiranya bersukacita”.
Calvin (tentang Maz 109:28): “David, having already presented his petitions to God, and being secure in his favor, seems now rather to boast that their cursing will do him no harm; for Thou, says he, wilt bless me. By this means, he proves how little and how lightly he regarded the menaces of his enemies, though they might assail him by the poison of the tongue, and the power of the sword. From the example of David, let us learn to form the resolution of engaging God on our side, who can baffle all the designs of our enemies, and inspire us with courage to set at defiance their malice, wickedness, audacity, power, and fury. ... Therefore, relying upon the grace of God, boldly setting at nought the machinations and attacks of his enemies, believing that they could not prevail against God’s blessing, David raises the shout of triumph even in the midst of the battle” [= Daud, setelah menyampaikan permohonannya kepada Allah, dan merasa aman dalam kebaikanNya, kelihatannya sekarang membanggakan bahwa kutuk mereka tidak akan merugikan dia, karena Engkau, katanya, akan memberkatiku. Dengan cara ini, ia membuktikan betapa kecil dan betapa ringannya ia memandang ancaman-ancaman dari musuh-musuhnya, sekalipun mereka menyerang dia dengan racun dari lidah, dan kuasa dari pedang. Dari contoh / teladan Daud, hendaklah kita belajar untuk membentuk keputusan untuk mengajak Allah di pihak kita, yang bisa membingungkan semua rancangan dari musuh-musuh kita, dan mengilhami kita dengan keberanian untuk menantang kedengkian / kebencian, kejahatan, keberanian, kuasa, dan kemarahan mereka. ... Karena itu, dengan bersandar pada kasih karunia Allah, dengan berani mengabaikan (?) akal bulus dan serangan-serangan dari musuh-musuhnya, dengan percaya bahwa mereka tak bisa menang terhadap berkat Allah, Daud menaikkan seruan kemenangan bahkan di tengah-tengah pertempuran].
Penerapan: karena itu, sekalipun kita tetap harus berdoa dan berusaha, tetapi kita tidak usah takut terhadap peraturan 2 menteri. Mereka memusuhi kita, berarti mereka memusuhi Yesus / Allah sendiri! Bisa saja Tuhan mengijinkan gereja kita ditutup, tetapi Dia akan tetap membimbing kita dalam mengikut Dia dan melayani Dia, dan Ia akan membalas orang-orang brengsek yang memusuhi / menutup gerejaNya!
Catatan Matthew Henry tentang Kejadian 12:1-3:
Di sini ada enam janji:
1. Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar. Ketika Allah mengambilnya dari bangsanya sendiri, Ia berjanji akan menjadikannya pemimpin bangsa lain. Ia memotongnya supaya tidak menjadi ranting pohon zaitun yang liar, supaya ia menjadi akar pohon zaitun yang baik. Janji ini merupakan,
(1) Suatu kelegaan besar bagi beban Abraham. Sebab, pada saat ini ia tidak mempunyai anak. Perhatikanlah, Allah tahu bagaimana menyesuaikan kebaikan-kebaikan-Nya dengan apa yang dibutuhkan anak-anak-Nya. Dia yang mempunyai perban untuk setiap luka akan menyediakan satu perban untuk luka pertama yang paling menyakitkan itu.
(2) Suatu ujian besar bagi iman Abraham. Sebab, istrinya sudah lama mandul, sehingga, jika ia percaya, ia harus percaya meskipun tidak ada harapan, dan imannya harus dibangun hanya berdasarkan kuasa yang dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu, dan menjadikan mereka sebagai sebuah bangsa yang besar. Perhatikanlah,
[1] Allah menjadikan bangsa-bangsa: oleh Dia mereka dilahirkan dalam satu kali (Yesaya 66:8), dan Ia berkata, untuk membangun dan menanam mereka (Yeremia 18:9). Dan,
[2] Jika sebuah bangsa dijadikan besar dalam kekayaan dan kekuasaan, Allah-lah yang menjadikannya besar.
[3] Allah dapat membangkitkan bangsa-bangsa yang besar dari tanah gersang, dan dapat membuat yang paling kecil menjadi kaum yang besar.
2. Aku akan memberkati engkau, secara khusus dengan berkat untuk beranak cucu dan bertambah banyak, sebagaimana Ia telah memberkati Adam dan Nuh, maupun secara umum, “Aku akan memberkati engkau dengan segala macam berkat, baik dari sumber-sumber di atas maupun sumber-sumber di bawah. Tinggalkanlah rumah bapakmu, maka Aku akan memberimu berkat sebagai bapa, yang lebih baik daripada berkat bapa-bapa leluhurmu.” Perhatikanlah, orang-orang percaya yang taat pasti akan mewarisi berkat.
3. Aku akan membuat namamu masyhur. Dengan meninggalkan negerinya, ia kehilangan namanya di sana. “Jangan khawatirkan itu,” firman Allah, “tetapi percayalah kepada-Ku, maka Aku akan menjadikan namamu lebih besar daripada yang dapat engkau miliki di sana.” Karena tidak mempunyai anak, ia takut kalau-kalau ia tidak akan meninggalkan nama. Tetapi Allah akan menjadikannya bangsa yang besar, dan dengan demikian membuat namanya besar. Perhatikanlah,
(1) Allah adalah sumber kehormatan, dan dari Dialah datang kemajuan hidup (1Samuel 2:8).
(2) Nama orang-orang percaya yang taat pasti akan dikenang dan dijadikan besar. Kesaksian terbaik adalah kesaksian yang diperoleh bapa-bapa leluhur dengan iman (Ibrani 11:2).
4. Engkau akan menjadi berkat. Yakni,
(1) “Kebahagiaanmu akan menjadi teladan kebahagiaan, sehingga jika orang-orang mau memberkati sahabat-sahabat mereka, mereka akan berdoa agar Allah mau menjadikan mereka seperti Abraham,” seperti dalam Rut 4:11. Perhatikanlah, cara-cara Allah berurusan dengan orang-orang percaya yang taat begitu baik dan penuh rahmat sehingga kita tidak perlu menginginkan yang lebih baik lagi bagi kita atau teman-teman kita. Jika Allah adalah Teman kita, itu sudah merupakan berkat yang cukup.
(2) “Hidupmu akan menjadi berkat bagi tempat-tempat di mana engkau akan tinggal sebagai orang asing.” Perhatikanlah, orang-orang baik adalah berkat bagi bangsa mereka, dan merupakan kehormatan serta kebahagiaan mereka yang tak terucapkan bahwa mereka dijadikan demikian.
5. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau. Pernyataan ini membuat Allah dan Abram seperti membentuk semacam tim, baik untuk menyerang maupun bertahan. Abraham dengan sepenuh hati mendukung kepentingan Allah, dan di sini Allah berjanji untuk melibatkan diri-Nya dalam kepentingannya.
(1) Ia berjanji akan menjadi Teman bagi teman-temannya, akan menerima kebaikan yang ditunjukkan kepadanya sebagai kebaikan yang diperbuat bagi diri-Nya sendiri, dan membalas mereka sesuai dengan itu. Allah akan memastikan agar tak seorang pun rugi pada akhirnya, karena suatu pelayanan yang dilakukan bagi umat-Nya. Bahkan secangkir air dingin sekalipun akan diberi imbalan.
(2) Ia berjanji akan bangkit melawan musuh-musuhnya. Ada orang-orang yang bahkan membenci dan mengutuk Abram sendiri. Tetapi, sementara kutuk-kutuk mereka yang tak beralasan tidak dapat menyakiti Abram, kutuk Allah yang benar pasti akan mengalahkan dan menghancurkan mereka (Bilangan 24:9). Ini merupakan alasan yang baik mengapa kita harus memberkati orang-orang yang mengutuk kita, sebab sudah cukup bahwa Allah akan mengutuk mereka (Mazmur 38:14-16).
6. Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Ini merupakan janji yang memahkotai semua janji lainnya. Sebab janji itu menunjuk pada Mesias, yang di dalam Dia semua janji adalah “ya” dan “Amin.”. Perhatikanlah,
(1) Yesus Kristus adalah berkat yang besar bagi dunia, berkat terbesar yang dengannya dunia pernah diberkati. Ia menjadi berkat bagi keluarga, dan oleh-Nya keselamatan dibawa ke dalam rumah (Lukas 19:9). Apabila kita menghitung-hitung segala berkat bagi keluarga kita, hendaklah kita menempatkan Kristus imprimis – di tempat pertama, sebagai berkat dari segala berkat. Tetapi bagaimanakah semua kaum di bumi diberkati di dalam Kristus, sementara begitu banyak orang masih menjadi orang-orang asing bagi-Nya? Jawabannya,
[1] Semua orang yang diberkati berarti diberkati di dalam Dia (Kisah Para Rasul 4:12).
[2] Semua orang yang percaya, dari kaum apa pun mereka berasal, akan diberkati di dalam Dia.
[3] Sebagian dari semua kaum di bumi diberkati di dalam Dia.
[4] Ada sebagian berkat yang dengannya semua kaum di bumi diberkati di dalam Kristus. Sebab keselamatan Injil adalah keselamatan bersama (Yudas 1:3).
(2) Adalah suatu kehormatan besar untuk dihubungkan dengan Kristus. Inilah yang membuat nama Abraham besar, bahwa Mesias akan lahir dari keturunannya, jauh lebih besar daripada kenyataan bahwa ia akan menjadi bapa bagi banyak bangsa. Adalah kehormatan bagi Abram untuk menjadi bapa-Nya secara alami. Dan akan menjadi kehormatan bagi kita untuk menjadi saudara-saudari-Nya oleh anugerah (Matius 12:50).
-AMIN-