IMAN DAN KEYAKINAN KESELAMATAN

Pdt.Budi Asali, M.Div.
IMAN DAN KEYAKINAN KESELAMATAN
PENDAHULUAN.

Iman yang sejati mencakup 3 elemen:

o Notitia, yaitu adanya pengertian tentang Injil.

Yang menjadi problem adalah bahwa kita tak tahu seberapa banyak informasi yang perlu dimengerti seseorang!

o Assensus, yaitu persetujuan/kepercayaan tentang kebenaran Injil, baik secara intelektual maupun secara emosional.

o Fiducia, yaitu adanya tindakan mempercayakan diri kepada Kristus.
Kalau 3 elemen ini benar-benar ada dalam diri seseorang, sukar dibayangkan bahwa orang itu bisa tak mempunyai keyakinan keselamatan! Bagaimana mungkin ada assensus, tetapi tak ada keyakinan keselamatan? Dan bagaimana mungkin ada Fiducia/trust kepada Yesus, kalau orangnya tak yakin bahwa dalam Kristus ada keselamatan?

I) MACAM-MACAM IMAN.

1) Historical faith (iman yang bersifat sejarah).
· Orang yang mempunyai iman jenis ini hanya menerima kebenaran tentang Kristus dengan cara yang sama seperti ia menerima ­fakta-fakta sejarah tentang Napoleon, Hitler, dsb.
· Ini hanya merupakan pengertian intelektual tentang kebenaran, tetapi tidak ada tujuan moral / rohani (tidak ada tujuan supaya bisa dekat pada Tuhan, dosa diampuni, masuk surga, hidup suci, dsb).
· Orang yang mempunyai iman jenis ini tidak mempunyai hubun­gan pribadi dengan Kristus.
· Iman seperti ini bisa timbul dari tradisi, pendidikan, lingkungan / keluarga kristen.

2) Miraculous faith (iman mujijat).
· Merupakan kepercayaan / keyakinan bahwa Allah akan melakukan mujijat untuk dia / untuk kepentingannya / melalui dirinya (Matius 15:28 Matius 17:20).
· Iman seperti ini bukan iman yang menyelamatkan (saving faith). Iman seperti ini memang bisa disertai oleh saving faith seperti Matius 8:10-13, tetapi bisa juga tidak, seperti dalam Lukas 17:11-19 (untuk yang 9 orang kusta).

3) Temporary faith (iman sementara).
· Berbeda dengan historical faith, karena di sini emosi ikut dilibatkan.
Bdk. Matius 13:20-21 - “(20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad”.
· Tujuan / motivasi orangnya adalah kesenangan / kenikmatan pribadi, bukan kemuliaan Allah.
· Kadang-kadang, atau bahkan seringkali, iman ini sukar dibedakan dari saving faith / iman yang menyelamatkan.
· Kalau dalam Kitab Suci diceritakan tentang orang-orang yang ‘murtad’ (seolah-olah hilang keselamatannya), seperti misalnya Ibr 6:4-6, maka iman dari orang-orang seperti itu adalah temporary faith (iman sementara).

Ibrani 6:4-6 - “(4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6) namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum”.

Bandingkan dengan 1Yohanes 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.

4) True saving faith (iman yang menyelamatkan yang benar).

a) Iman ini harus didahului oleh regeneration (= kelahiran kembali).

· Kitab Suci menggambarkan manusia sebagai mati rohani.
Yoh 10:10b - “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.

Yang Yesus maksudkan dengan ‘mereka’ adalah orang-orang yang saat itu masih hidup (secara jasmani). Jadi, pada waktu Yesus mengatakan bahwa Ia datang supaya mereka mempunyai hidup, maksudnya adalah hidup secara rohani. Jadi pada saat itu mereka sedang dalam keadaan mati secara rohani.

Efesus 2:1 - “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu”.

· Karena itu, ia tidak akan mau dan tidak akan bisa memberi tanggapan terhadap Firman Tuhan / Injil.

1Korintus 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.

Yoh 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.

· Jadi supaya manusia yang mati rohani itu bisa dan mau percaya kepada Yesus, Roh Kudus harus melahirkan dia kembali. Kelahiran kembali merupakan pekerjaan Roh Kudus saja. Jadi di sini kita bisa melihat dengan jelas akan pentingnya doa dalam Pemberitaan Injil. Tanpa doa, Roh Kudus tidak akan bekerja, dan tanpa pekerjaan Roh Kudus, orang yang kita injili itu tidak akan bisa / mau percaya kepada Yesus.

b) Iman merupakan aktivitas manusia.
Memang iman bisa ada karena pekerjaan Roh Kudus dan iman merupakan anugerah Allah.

1Kor 12:3b - “tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus”.

Matius 16:15-17 - “(15) Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ (16) Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17) Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga”.

Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.

Tetapi ingat bahwa Allah tidak beriman untuk kita. Kitalah yang beriman!

II) ELEMEN-ELEMEN IMAN YANG BENAR.

1) Pikiran.

a) Orang yang beriman itu harus mempunyai pengetahuan / pengertian yang benar tentang Injil / dasar-dasar kekristenan.

Kalau dia tidak pernah mendengar Injil yang benar dan mengertinya, dia tidak mungkin bisa mempunyai iman yang benar.

Roma 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.

Matius 13:23 - “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu DAN MENGERTI, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’”.

Perhatikan bahwa ayat ini ada dalam kontext perumpamaan tentang seorang penabur yang menabur di 4 golongan tanah. Tanah yang baik ini adalah satu-satunya yang dikatakan ‘mendengar dan mengerti’.

Karena itu, saya tidak bisa menerima penginjilan yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak bisa mengerti seperti:

· Orang gila.
Orang yang betul-betul gila tidak bisa mengerti pembicaraan kita dan karena itu juga tidak mungkin bisa diinjili. Kalau gilanya bisa disembuhkan, barulah dia bisa diinjili.

· Orang yang idiot.
Ini berbeda dengan orang yang bodoh / ber-IQ rendah. Kalau sekedar bodoh, mempunyai IQ rendah, masih bisa diinjili dengan cara yang sederhana (diberi banyak illustrasi). Tetapi orang yang betul-betul idiot, sama sekali tidak bisa diajak bicara, karena mereka tidak bisa mengertinya. Jadi, mereka tidak mungkin bisa diinjili.

· Anak dibawah 3 tahun.
Sekalipun anak usia 3 tahun sudah bisa diajak bicara, tetapi pembicaraan tentang dosa, Allah, penebusan, iman, pertobatan dsb, merupakan hal-hal yang terlalu abstrak baginya untuk bisa dimengerti. Mungkin ada perkecualiannya, yaitu kalau IQ anak itu sangat tinggi sehingga pada usia itu sudah bisa mengerti. Tetapi secara umum tidak mungkin melakukan penginjilan terhadap anak di bawah 3 tahun.

b) Orang yang beriman itu harus percaya / setuju secara intelektual pada apa yang diketahui / dimengerti di atas.

2) Emosi / perasaan.
Tidak cukup kita hanya mengerti dan percaya secara inte­lektual saja. Perasaan juga harus terlibat. Misalnya: sedih karena dosa (bandingkan dengan Petrus yang menangis setelah menyangkal Yesus), merasakan kasih Allah, merasa sukacita karena penebusan Kristus, merasa yakin akan keselamatan, dsb.

3) Kemauan / kehendak.
Sekalipun pikiran sudah mengerti dan percaya, perasaan sudah terlibat, tetapi kalau kita tidak mau ikut Kristus, kita bukan orang kristen.

Bdk. Matius 19:21-22 - “(21) Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya”.

Seandainya pemuda kaya itu tidak mempercayai kebenaran kata-kata Yesus, maka tidak mungkin ia pergi dengan sedih. Bahwa ia pergi dengan sedih, jelas menunjukkan bahwa sebenarnya ia percaya bahwa kata-kata Yesus itu benar. Tetapi ia lebih mencintai hartanya dari pada hidup kekal itu, dan karena itu ia tetap tidak mau ikut Yesus, dan ia pergi dengan sedih.

Dalam Lukas 15:17-20, pertobatan anak bungsu mengandung 3 elemen tersebut di atas.

Lukas 15:17-21 - “(17) Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. (18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, (19) aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. (20) Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. (21) Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa”.

Kata ‘menyadari’ dalam ay 17 menunjukkan bahwa elemen pikiran tercakup, dan pemikirannya dalam ay 18-19 jelas menunjukkan bahwa elemen perasaan juga tercakup. Lalu tindakan dan kata-katanya dalam ay 20-21 menunjukkan bahwa elemen kehendak juga ada dalam dirinya.

III) ‘TO BELIEVE’ DAN ‘TO TRUST’.

‘To believe’ = percaya.
‘To trust’ = mempercayakan.
Tidak adanya ‘trust’ sebetulnya menunjukkan ‘unbelief’ / ‘ketidak-percayaan’.

Illustrasi: Seorang pemain akrobat di atas air terjun Niagara mengatakan bahwa ia bisa membawa seseorang di atas kereta dorong menyeberangi tambang yang melintasi air terjun. Lalu ia bertanya kepada penonton: ‘Percayakah kamu akan hal itu?’. Penonton serempak menjawab: ‘Percaya!’. Lalu ia berkata kepada salah satu dari mereka: ‘Kamu naik ke atas kereta ini’. Orang itu tersentak, dan ia menolak. Ini menunjukkan bahwa ia tidak ‘trust’ / mempercayakan dirinya kepada si pemain akrobat, dan juga menunjukkan bahwa sebetulnya ia tidak percaya kata-kata si pemain akrobat itu.
Kita baru bisa disebut mempunyai iman yang sejati kalau kita bukan sekedar percaya, tetapi kalau kita mau mempercayakan hidup kita setelah kematian, dan juga segala dosa-dosa kita, kepada Kristus.

IV) OBJECT OF FAITH (OBYEK DARI IMAN).

Obyek dari iman adalah Yesus Kristus sendiri. Jadi, kita harus percaya kepada Kristus.

Ada perbedaan tentang 3 hal di bawah ini:

1) Percaya tentang Kristus (misalnya: tentang kelahiranNya, kematianNya, kebangkitanNya dsb). Ini perlu tetapi tidak cukup!

2) Percaya pada ajaran Kristus (misalnya: tentang mengasihi Allah dan sesama manusia). Ini juga penting tetapi tidak cukup!

3) Percaya kepada diri Kristus sendiri. Kalau ini ada barulah bisa timbul ‘trust’.

V) IMAN DAN KEYAKINAN KESELAMATAN.

1) Kekristenan bisa memberikan keyakinan keselamatan.
Semua agama lain, dan juga sekte-sekte / aliran-aliran sesat dalam kekristenan, yang mengandalkan perbuatan baiknya untuk selamat, tidak akan bisa mempunyai keyakinan keselamatan. Mengapa? Karena mereka tidak mungkin bisa tahu sebanyak apa perbuatan baik mereka, dan juga sebanyak apa dosa-dosa mereka, dan yang mana yang lebih banyak.

Tetapi kekristenan hanya mengandalkan iman kepada Yesus Kristus untuk selamat. Kita bisa tahu kalau kita beriman, dan karena itu kita bisa mempunyai keyakinan keselamatan.

2) Keyakinan keselamatan harus ada!
Orang yang betul-betul percaya kepada Kristus harus mempunyai keyakinan keselamatan, artinya mereka harus yakin masuk surga pada saat mereka mati.

Ada orang-orang yang berkata bahwa mereka percaya kalau Kris­tus sudah mati untuk semua dosa-dosa mereka, baik dosa-dosa yang lalu, yang sekarang, maupun yang akan datang, tanpa kecuali. Tetapi anehnya, mereka masih takut-takut bahwa kalau mereka mati akan dihukum Tuhan / masuk neraka. Ini jelas merupakan suatu kontradiksi. Ini menunjukkan bahwa keper­cayaannya bahwa Kristus mati untuk semua dosanya, tidak sungguh-sungguh. Kalau mereka memang percaya bahwa Kristus telah mati untuk membayar semua dosa mereka tanpa kecuali, lalu apa / dosa yang mana yang menyebabkan mereka harus dihukum / masuk neraka? ‘Percaya bahwa Kristus mati untuk semua dosanya’ dan ‘tidak yakin masuk surga / masih takut-takut akan masuk neraka’ merupakan 2 hal yang bertentangan, yang tidak bisa ada bersama-sama dalam diri satu orang. Jadi, orang kristen yang sejati, yang betul-betul percaya bahwa Yesus telah membayar semua dosanya, harus yakin bahwa kalau ia mati, ia pasti akan masuk surga.

1Yohanes 5:13 - “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.
Kata ‘tahu’ ini menunjukkan suatu keyakinan bahwa ia memiliki hidup kekal.

Roma 8:16 - “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”.

Calvin: “Paul means, that the Spirit of God gives us such a testimony, that when he is our guide and teacher, our spirit is made assured of the adoption of God; for our mind of its own self, without the preceding testimony of the Spirit, could not convey to us this assurance” (= Paulus memaksudkan bahwa Roh Allah memberi kita kesaksian sedemikian rupa, sehingga pada saat Ia adalah pembimbing dan guru kita, roh kita dibuat yakin tentang pengadopsian Allah; karena pikiran kita sendiri, tanpa kesaksian lebih dulu dari Roh, tidak bisa memberikan keyakinan ini kepada kita) - hal 299.

Memang ayat ini, maupun penafsiran Calvin, tidak berbicara tentang keyakinan keselamatan tetapi keyakinan tentang keberadaan kita sebagai anak-anak Allah. Tetapi kedua hal itu pasti berhubungan. Kalau kita yakin bahwa kita adalah anak-anak Allah, maka kita juga harus yakin bahwa kita akan masuk ke surga pada saat kita mati.

Ada banyak orang yang punya ‘hobby maju ke depan’ pada waktu ada ‘altar call’ (= pemanggilan untuk maju ke depan bagi yang mau percaya / menerima Yesus). Mereka berulang-ulang / selalu maju ke depan untuk menerima Yesus. Itu justru menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai keyakinan keselama­tan dan jelas belum sungguh-sungguh percaya.

3) Hanya Calvinisme yang betul-betul memberikan keyakinan keselamatan.
Arminianisme sebetulnya tidak memberikan keyakinan keselamatan, karena Arminianisme mempercayai bahwa keselamatan bisa hilang. Jadi, paling-paling para pengikut Arminianisme bisa yakin bahwa kalau saat ini mereka mati, mereka akan masuk surga. Tetapi kalau mereka mati tahun depan, atau 10 tahun lagi, mereka tidak bisa yakin. Mengapa? Karena mereka beranggapan bahwa mereka bisa saja murtad, lalu terhilang dan masuk neraka.

Saya tidak bisa mengerti bagaimana orang Kristen yang mengerti betapa mengerikannya neraka, bisa mempunyai damai, dan bahkan bisa tidur, dengan kepercayaan seperti ini! Saya tidak ingin saudara mempunyai kepercayaan seperti ini. Saya sendiri adalah seorang Calvinist, yang mempercayai bahwa keselamatan tidak bisa hilang, sehingga saya percaya bahwa kapanpun saya mati, saya pasti masuk surga.

Dasar Kitab Suci bahwa keselamatan tidak bisa hilang:
· Yohanes 6:39 - “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu JANGAN ADA YANG HILANG, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman”.

· Yohanes 10:27-30 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup YANG KEKAL kepada mereka dan mereka PASTI TIDAK AKAN BINASA SAMPAI SELAMA-LAMANYA dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. (30) Aku dan Bapa adalah satu.’”.

· Yohanes 11:25-26 - “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.

· Roma 5:8-10 - “(8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita PASTI akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, PASTI akan diselamatkan oleh hidupNya!”.

· Roma 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.

· Roma 8:38-39 - “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

· 1Korintus 1:8-9 - “(8) Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. (9) Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia”.

· 2Korintus 1:21-22 - “(21) Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, (22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita SEBAGAI JAMINAN dari semua yang telah disediakan untuk kita”.

· Filipi 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”.

· 1Petrus 1:5 - “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir”.

· 1Petrus 5:10 - “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya”.

· Yudas 24 - “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaanNya”.

Beberapa serangan terhadap doktrin ini dan jawabannya:

a) Bagaimana dengan orang yang ‘murtad’?

Jawab: Orang yang murtad menunjukkan bahwa ia tidak pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus.

Yohanes 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.

Kalau seseorang murtad, maka jelas bahwa ia tidak tetap dalam firman. Dan kalau ia tidak tetap dalam firman, menurut kata-kata Yesus di atas ini, ia bukan benar-benar murid Yesus! Hal yang sama ditegaskan oleh 2 text di bawah ini.

1Yohanes 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.

2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.

Matius 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.

Kata-kata ‘sekiranya mungkin’ jelas menunjukkan bahwa itu tidak mungkin! Setan menggunakan banyak hal untuk menyesatkan manusia, tetapi kalau orang itu adalah orang pilihan, ia tidak mungkin disesatkan!

b) Mat 7:21-23 menunjukkan adanya orang-orang kristen yang tidak selamat.

Matius 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Jawab:

¨ Matius 7:21-23 tidak menunjuk kepada orang kristen yang sejati, tetapi menunjuk kepada orang kristen KTP, yang belum pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. Karena itu, dalam ay 23, Kristus berkata: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu’. Seandainya orang itu pernah menjadi orang kristen yang sejati dan lalu murtad, Yesus tidak bisa mengatakan ‘Aku tidak pernah mengenal kamu’. Ia seharusnya mengatakan ‘dulu Aku kenal kamu, tetapi sekarang tidak’!

¨ Disamping itu kalau saudara melihat seluruh kontext, yaitu Mat 7:15-23, maka saudara bisa melihat dengan jelas bahwa dalam seluruh kontext ini Yesus membicarakan nabi-nabi palsu (ay 15), dan karena itu jelas menunjuk pada orang, yang sekalipun mempunyai jabatan tinggi, tetapi adalah orang kristen KTP.

Matius 7:15-23 - “(15) ‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

c) Bagaimana dengan adanya perintah untuk bertekun sampai mati, seperti dalam Wah 2:10?

Wahyu 2:10 - “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”.

Bdk. Matius 24:13 - “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”.

Ayat-ayat ini diartikan sebagai berikut oleh orang-orang Arminian: orang-orang yang setia sampai mati / bertahan sampai pada kesudahannya akan menerima mahkota / akan selamat. Jadi, kalau seseorang tidak setia sampai mati / tidak bertahan sampai kesudahannya, ia tidak akan menerima mahkota / tidak akan selamat.

Jawab:
Perintah ini diberikan oleh Allah kepada kita, karena sekalipun Allah berjanji untuk terus ‘memegang’ kita, sehingga keselamatan kita tidak mungkin hilang, tetapi pada saat yang sama, Allah menghen­daki kita untuk berusaha. Jaminan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, sama sekali tidak boleh dijadikan alasan untuk hidup seenak kita. Kita harus berusaha untuk memelihara keselamatan kita seakan-akan keselamatan itu bisa hilang.

Hal yang sama terjadi pada waktu Allah menjamin untuk mencukupi kebutuhan hidup anak-anakNya (Mat 6:25-34). Ia tetap mengatakan bahwa kita harus rajin bekerja seperti semut (Amsal 6:6-11), dan kalau seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2Tes 3:10). Jadi di satu sisi Allah memberikan jaminan supaya kita tidak perlu kuatir, tetapi di sisi lain Allah memberikan kita tanggung jawab!

Dalam urusan keselamatan, terjadi hal yang sama. Di satu sisi Allah memberikan jaminan bahwa keselamatan tidak bisa hilang. Tetapi di sisi lain Ia memberikan kita tanggung jawab untuk menjaga / memelihara keselamatan tersebut!

Illustrasi: Bacalah Kisah Para Rasul 27:14-44 - “(14) Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin ‘Timur Laut’. (15) Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. (16) Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu. (17) Dan setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali. Dan karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja. (18) Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut. (19) Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri. (20) Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. (21) Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! (22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’ (35) Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. (36) Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga. (37) Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. (38) Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu. (39) Dan ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ. (40) Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. (41) Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat. (42) Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan, supaya jangan ada seorangpun yang melarikan diri dengan berenang. (43) Tetapi perwira itu ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, (44) dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat”.

Dalam ay 22-25 (perhatikan bagian yang saya garis-bawahi) terlihat adanya jaminan bahwa mereka semua pasti selamat. Tetapi dalam ay 26,31,34a (perhatikan bagian yang saya cetak miring) Paulus tetap memberikan hal-hal tertentu yang harus mereka lakukan supaya selamat. Lalu dalam ay 34b (perhatikan bagian yang saya garis-bawahi) ia lagi-lagi memberikan jaminan bahwa mereka semua pasti selamat.

Apakah Paulus mengatakan hal-hal yang saling bertentangan? Tidak! Semua ini menunjukkan bahwa sekalipun ada jaminan keselamatan dari Allah, tetapi hal ini tidak membuang tanggung jawab mereka untuk melakukan hal yang terbaik bagi keselamatan mereka.

Memang cerita dalam Kis 27 ini berurusan dengan keselamatan jasmani. Tetapi dalam urusan keselamatan rohani berlaku hal yang sama. Allah menjamin bahwa keselamatan tidak bisa hilang. Tetapi ini tidak membuang tanggung jawab kita untuk melakukan hal yang terbaik demi keselamatan kita!

Catatan: serangan-serangan dari pihak Arminianisme yang saya bahas di sini hanyalah serangan-serangan yang paling umum saja. Masih ada serangan-serangan lain yang tidak saya bahas di sini. Kalau saudara ingin mempelajari tentang hal ini dengan lebih mendalam / terperinci, bacalah buku saya yang berjudul ‘KESELAMATAN DI DALAM KRISTUS TIDAK BISA HILANG’.

4) ‘Yakin masuk surga’ bukan merupakan suatu kesombongan!
Kita harus membedakan antara ‘kesombongan’ dan ‘keyakinan’. Kalau kita yakin bahwa kekristenan itu yang paling benar, atau bahwa Kitab Suci kita adalah satu-satunya Kitab Suci yang benar, atau bahwa kalau mati kita pasti masuk surga, maka itu merupakan suatu keyakinan, bukan suatu kesombongan.

Disamping itu, kita yakin masuk surga, bukan karena kita merasa hidup kita baik, tetapi karena kita yakin bahwa semua dosa kita telah ditebus / dibayar oleh Kristus. Kalau kita yakin masuk surga berdasarkan kesalehan kita sendiri, maka itu memang merupakan kesombongan. Tetapi kalau kita yakin masuk surga karena percaya pada penebusan Kristus, maka itu jelas bukan merupakan kesombongan.

Karena itu, pada saat saudara menyatakan keyakinan bahwa kalau saudara mati saudara pasti masuk surga, tambahilah pernyataan itu dengan kata-kata seperti ini: “Tetapi saya yakin masuk surga bukan karena saya merasa diri saya baik. Saya bukan orang baik. Saya adalah orang yang berdosa, bahkan sangat berdosa. Tetapi saya tetap yakin bahwa kalau saya mati, saya pasti masuk surga, karena saya percaya bahwa semua dosa saya sudah dibayar oleh Kristus, sehingga tidak ada yang harus saya bayar sendiri”.

Apendix

PEMBAHASAN YAKOBUS 2:14-26

Yak 2:14-26 - “(14) Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (18) Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’ (19) Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24) Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.

I) ‘PERTENTANGAN’ ANTARA YAKOBUS DENGAN PAULUS.

Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini (khususnya yang saya garis-bawahi) ber­tentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus.
Contoh:

· Ro 3:28 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24.
Ro 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Yak 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.

· Ro 4:1-3 dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21.
Ro 4:1-3 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’”.
Gal 3:6 - “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”.
Yak 2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.

Ada beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa memperdamai­kan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:

1) Jangan cepat-cepat menilai bahwa dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus mengajarkan keselamatan / pembenaran karena perbuatan baik, atau keselamatan / pembenaran karena iman + perbuatan baik.
Coba perhatikan bagian-bagian ini:

a) Yak 2:21,25 - “ (21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? ... (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.
Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan keselamatan / pembenaran karena perbuatan baik.

b) Yak 2:22,24 - “(22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. ... (24) Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan keselamatan / pembenaran karena iman + perbuatan baik.

c) Yak 2:23 - “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.

Dari bagian ini kelihatannya Yakobus mengajarkan keselamatan / pembenaran karena iman. Di sini, sama seperti Paulus dalam Roma 4:3 dan Galatia 3:6, ia mengutip Kej 15:6, yang menunjukkan bahwa Abraham diselamatkan / dibenarkan oleh iman.

Juga, kalau dalam ay 21 kelihatannya ia mengajarkan bahwa Abraham diselamatkan / dibenarkan karena perbuatan baiknya (yaitu mempersembahkan Ishak), maka di sini Yakobus menyatakan berdasarkan Kej 15:6 bahwa Abraham diselamatkan / dibenarkan karena iman.

Sekarang, bandingkan ketiga bagian di atas ini. Apakah Yakobus begitu bodoh sehingga bertentangan dengan dirinya sendiri, dengan mengajarkan 3 macam ajaran yang berbeda / saling bertentangan dalam satu text?
Hal ini harus kita renungkan dan pertimbangkan sebelum kita terlalu cepat menyimpulkan bahwa Yakobus mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik, atau keselamatan karena iman + perbuatan baik.

2) Adanya perbedaan tujuan antara Paulus dan Yakobus.

a) Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh Yudaisme / ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik (bdk. Kis 15:1-2). Karena itu Paulus justru menekankan habis-habisan bahwa hanya iman, dan bukan perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan (Ro 3:27-28 Gal 2:16,21 Gal 3:9,11 Ef 2:8-9 Fil 3:8b-9).
Catatan: karena itu hati-hati dengan orang yang menganggap bahwa kekristenan itu tidak terpisahkan dari Yudaisme, atau bahwa Yudaisme adalah landasan kekristenan. Ini salah sama sekali!

b) Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia justru menekankan pentingnya perbuatan baik sebagai bukti dari iman yang sejati (Yak 2:14-26).

3) Adanya perbedaan penggunaan istilah.
Artinya, sekalipun mereka berdua menggunakan istilah-istilah yang sama, tetapi artinya berbeda.

a) Istilah ‘pekerjaan / perbuatan baik’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ‘perbuatan baik’ ini maka ia memaksudkan ‘perbuatan baik yang digunakan untuk menyelamatkan diri kita’. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ‘perbuatan baik’ ini, ia memaksud­kan ‘perbuatan baik akibat / hasil / bukti dari keselamatan’. Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.

b) Istilah ‘iman’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk pada ‘iman kepada Yesus Kristus’.
Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan iman dengan mulut’ (bdk. ay 14 - ‘seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman’).

Catatan: saya berpendapat bahwa istilah ‘percaya’ yang digunakan oleh Yakobus dalam ay 23 harus dikecualikan, karena dalam ay 23 itu ia mengutip Kej 15:6. Jadi, kata ‘percaya’ dalam ay 23 / Kej 15:6 betul-betul menunjuk pada ‘iman’ (sama seperti arti yang digunakan oleh Paulus).

c) Istilah ‘dibenarkan’.
Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya adalah ‘orangnya dibenarkan / dianggap benar oleh Allah’.
Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu yang dibenarkan’ (artinya: pengakuannya bahwa ia adalah orang percaya merupakan pengakuan yang benar / tidak dusta).

Catatan:
· kita harus membedakan arti dari istilah-istilah ini, karena kalau tidak, maka kita akan betul-betul mendapatkan kontradiksi yang tidak terhamoniskan antara Yakobus dan Paulus.
· Kalau saudara mau mengerti Yak 2:14-26 ini dengan benar, maka adalah sesuatu yang mutlak penting bagi saudara untuk mengingat dengan baik cara Yakobus menggunakan istilah-istilah di atas!

Kesimpulan: Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus mempunyai satu tujuan pengajaran, yaitu bahwa pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik. Mengapa ia menuliskan bagian ini? Ada 2 kemungkinan:

1. Mungkin ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus.

2. Kemungkinan yang lain adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya sendiri tentang ‘hukum yang memerdekakan’ dalam Yak 1:25 2:12.
Yakobus 1:25 - “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya”.
Yakobus 2:12 - “Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang”.

Dengan demikian secara keselu­ruhan ia mengajarkan bahwa sekalipun orang kristen sudah dimer­dekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!

II) IMAN / PENGAKUAN TANPA PERBUATAN.

1) Yakobus berkata bahwa ‘iman / pengakuan percaya tanpa perbu­atan’ tidak menyelamatkan (ay 14).
Untuk ini ia memberikan suatu illustrasi dalam ay 15-16: “(15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”.
Ini menunjukkan orang yang hanya ngomong tok tetapi tidak melakukan apa-apa. Ini sama sekali tidak ada guna­nya. Demikian juga dengan orang yang cuma mengaku percaya (ngomong tok), tetapi tidak mempunyai perbuatan baik. Itu tidak ada gunanya dan tidak bisa menyelamatkan siapapun.

2) Yakobus juga berkata bahwa iman seperti itu adalah mati / kosong (ay 17,20,26).
Ini tidak berarti bahwa mula-mula imannya ada / hidup, lalu menjadi mati. Artinya adalah bahwa pengakuan orang itu adalah pengakuan yang kosong, dan ini jelas menunjukkan bahwa orang itu sebetulnya sama sekali tidak mempunyai iman! Karena itu imannya tidak bisa ditunjukkan.
Ay 18: “Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’”.

Dalam ay 18 ini Yakobus membandingkan 2 orang:

a) Orang yang pertama (yaitu Yakobus sendiri) mempunyai iman dan perbuatan.
Kata-kata ‘padaku ada perbuatan’ (ay 18a) tidak boleh diartikan seakan-akan ia hanya mempunyai perbuatan tetapi tidak mempunyai iman, karena ini adalah suatu keadaan yang tidak mungkin terjadi, dan juga ini bertentangan dengan ay 18b yang mengatakan ‘aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’.

b) Orang yang kedua hanya mempunyai iman / pengakuan percaya dalam mulut. Orang ini tidak bisa menunjukkan imannya, karena memang tidak ada!

3) Yakobus menyamakan iman seperti itu dengan ‘imannya setan’ (ay 19)!
Ay 19: “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”.

Kepercayaan terhadap adanya satu Allah adalah kepercayaan yang benar. Tetapi bagi setan, kepercayaannya akan adanya satu Allah itu sama sekali tidak menghasilkan hidup yang benar! (Catatan: kepercayaan itu hanya menyebabkan ia geme­tar! Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang benar tentang Allah, kalau tidak disertai dengan penebusan, hanya mengha­silkan rasa takut!).
Jadi jelas bahwa orang yang mengaku beriman, tetapi tidak bisa membuktikan imannya dengan perbuatan baik, tidak berbeda dengan setan!

Kesimpulan dari 3 hal di atas:

Kalau seseorang mengaku percaya, tetapi sama sekali tidak ada perbuatan baik dalam hidupnya, maka ia sebetulnya bukan orang kristen!

Perhatikan cara Yakobus menyebut orang itu! Ia tidak pernah menyebutnya sebagai ‘saudara’, tetapi ia menyebutnya:
‘seorang’ (ay 14).
‘orang’ (ay 18).
‘manusia’ (ay 20).

Perhatikan juga bagaimana Yakobus menyebut iman orang itu. Ia menyebutnya sebagai:
¨ ‘iman itu’ (ay 14b). NIV: ‘such faith’ (= iman seperti itu).
¨ ‘iman yang mati’ (ay 17,26).
¨ ‘iman yang kosong’ (ay 20).
Dan ia juga menyamakan iman seperti itu dengan imannya setan (ay 19)!

Penerapan: Kalau saudara mengaku sebagai orang Kristen / orang percaya, maka renungkan hal-hal ini: Apakah ada perubahan hidup ke arah yang positif dalam diri saudara? Apakah saudara berusaha untuk bisa hidup lebih suci? Apakah saudara membenci dosa dan berusaha membuangnya dari hidup saudara?

John Owen: “I do not understand how a man can be a true believer unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and trouble” (= Saya tidak mengerti bagaimana seseorang bisa merupakan orang kristen yang sejati, kalau bagi dia dosa bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar).

III) ORANG YANG MEMBUKTIKAN IMAN DENGAN PERBUATAN BAIK.

1) Abraham (ay 21-24).

a) Ay 21: “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.
Ini tidak boleh diartikan seakan-akan Abraham dibenarkan karena perbuatannya yaitu pada waktu ia mempersembahkan Ishak.

Alasannya:

1. Abraham dibenarkan karena imannya.

Ini terlihat dari kata-kata Yakobus dalam ay 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.

Di sini Yakobus mengutip Kej 15:6 - “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” - yang menunjukkan bahwa Abraham dibenarkan karena iman.

Dan ada satu hal yang sangat perlu diperhatikan, yaitu: pembenaran karena iman terhadap Abraham yang terjadi dalam Kejadian 15:6 ini, terjadi lebih kurang 30 tahun sebelum ia mempersembahkan Ishak (Kej 22).

2. Tindakan Abraham mempersembahkan Ishak itu dikatakan sebagai bukti iman Abraham.

Ibrani 11:17-19 - “(17) Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, (18) walaupun kepadanya telah dikatakan: ‘Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.’ (19) Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali”.

Ini jelas menunjukkan bahwa imannya ada lebih dulu dan baru setelah itu ia mempersembahkan Ishak.

Jadi, arti ay 21 ini adalah: tindakan Abraham mempersembahkan Ishak itu adalah perbuatan baik yang membuktikan iman Abraham / membenarkan pengakuan Abraham bahwa ia adalah orang beriman.

b) Ay 22: “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna”.
Iman / pengakuan saja tidaklah cukup. Pengakuan iman + perbuatan baik barulah sempurna, artinya: ini adalah iman yang sempurna, atau iman yang sungguh-sungguh, atau iman yang sejati.

c) Ay 23: “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.
Kata-kata ‘genaplah nas yang mengatakan’ artinya adalah: dengan adanya persembahan Ishak itu kelihatanlah bahwa Kej 15:6 adalah benar.

d) Ay 24: “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.
Kata-kata ‘manusia dibenarkan’ artinya: manusia dibenarkan pengakuannya, atau tidak dianggap munafik. Kalau hanya mempunyai pengakuan di mulut saja, tanpa adanya perbuatan baik, maka itu tidak ada artinya sama sekali.

2) Rahab (ay 25).
Ay 25: “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.

Sekarang Yakobus mengambil orang yang sangat kontras dengan Abraham. Kontras itu terlihat dari fakta-fakta ini:
· Abraham adalah seorang laki-laki; Rahab adalah seorang perempuan.
· Abraham adalah nenek moyang bangsa Israel; Rahab adalah orang kafir.
· Abraham adalah orang yang terhormat; Rahab adalah seorang pelacur!

Mengapa Yakobus mengambil contoh orang seperti Rahab, yang begitu kontras dengan Abraham? Karena kalau contohnya hanya orang seperti Abraham maka mungkin orang akan berkata: ‘Itu kan Abraham, dia orang luar biasa. Saya tidak bisa seperti dia’. Supaya orang tidak bisa berkata seperti ini, Yakobus mengambil contoh Rahab. Rahab adalah orang kafir, dan terlebih lagi dia adalah seorang pelacur! Tetapi setelah bertobat, ia termasuk orang yang membuktikan imannya dengan perbuatan baik (bdk. Yosua 2:1-7).


Memang perbuatan baik Rahab tidak sempurna, karena mengan­dung dusta / dosa. Tetapi harus diingat hal-hal ini:
¨ Ia adalah orang kafir, yang sama sekali tidak mempunyai pengertian Firman Tuhan.
¨ Ia adalah seorang pelacur.
¨ Ia adalah seorang petobat baru, sehingga sukar diharapkan bisa melakukan perbuatan baik yang sempurna.
¨ Perbuatan baiknya saat itu, dimana ia menyembunyikan mata-mata Israel terhadap tentara Yerikho, mempunyai resiko tinggi.
¨ tidak ada perbuatan baik orang Kristen manapun yang sempurna!

Jadi, sekalipun perbuatan baiknya mengandung dusta / dosa, itu tetap dianggap sebagai perbuatan baik yang membuktikan imannya!
Dengan adanya contoh Rahab ini terlihat dengan jelas, bahwa siapapun orang yang beriman itu, kalau ia memang betul-betul beriman, ia pasti melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah / bukti imannya.

PENUTUP.

Apakah iman saudara sudah terbukti dengan adanya perbuatan-perbu­atan baik? Kalau sudah, puji Tuhan, saudara adalah orang kristen sejati. Teruslah berusaha untuk menyucikan diri saudara. Kalau belum, sadarilah bahwa saudara sebetulnya bukan orang kristen, dan saudara belum diselamatkan. Karena itu datanglah kepada Kristus dan bertobatlah!.


-AMIN-
Next Post Previous Post