Amsal 15:14-17 - Kebijaksanaan Dan Kebodohan
Matthew Henry (1662 – 1714).
Bahasan : Amsal 15:14-17 - Kebijaksanaan Dan Kebodohan
Bahasan : Amsal 15:14-17 - Kebijaksanaan Dan Kebodohan
Amsal 15:14. “Hati orang berpengertian mencari pengetahuan, tetapi mulut orang bebal sibuk dengan kebodohan.”

Di sini terdapat dua hal yang patut direnungkan :
1. Orang yang bijak tidak puas dengan kebijaksanaannya, tetapi terus berusaha mencari untuk menambah pengetahuannya. Semakin banyak yang ia miliki, semakin banyak yang akan ia per oleh. Hati orang berpengertian mencari pengetahuan.
Mereka bersukacita dalam pengetahuan yang telah dicapai, namun masih mendambakan lebih banyak lagi, dan dalam menggunakan pengetahuan itu mereka terus berusaha untuk menambah lebih banyak lagi. Mereka bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Kristus. ‘Si dixisti, Sufficit, periisti’ – Jika engkau berkata Aku telah cukup memiliki, sesungguhnya engkau akan hancur.
2. Orang yang bebal merasa puas dengan kebodohannya dan tidak mencari penyembuhnya. Ketika orang benar merasa lapar akan kepuasan yang mendalam tentang anugerah, pikiran orang duniawi berpesta pora dengan kepuasan hawa nafsu dan khayalan indah. Kegembiraan yang sia-sia dan kesenangan jasmani adalah kesukaannya, dan dengan ini orang itu dapat beristirahat dengan hati yang puas, memuji-muji diri sendiri dalam jalan-jalan yang bodoh ini.
----------
KEBIJAKSANAAN DAN KEBODOHAN
Amsal 15:15. “Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta.”
Lihatlah di sini betapa besarnya perbedaan yang ada di antara keadaan dan tabiat sebagian anak manusia dengan sebagian lainnya.
1. Sebagian orang mengalami banyak kesusahan dan bersedih hati sehingga hari mereka buruk semuanya, seperti yang terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut, ketika mereka berkata, tak ada kesenangan bagi mereka di dalamnya . Mereka berada dalam kegelapan dan kesedihan (Pengkhotbah 5:16), dan tidak pernah merasakan kenikmatan (Ayub 21:25).
Betapa banyaknya kesusahan dari orang-orang yang ditimpa penderitaan di dunia ini! Orang-orang seperti itu bukanlah untuk dicela atau dianggap hina, tetapi perlu dikasihani dan didoakan, diberi pertolongan dan dihibur. Dapat saja hal semacam itu sudah menjadi bagian kita sendiri, atau bisa saja akan terjadi, meskipun sekarang kita masih bersukaria.
2. Sebagian orang lain menikmati kesejahteraan besar dan selalu berada dalam keadaan riang gembira. Orang-orang itu bukan saja memiliki hari yang baik semuanya, tetapi mereka selalu berpesta. Dan jika dalam kelimpahan segala sesuatu itu mereka melayani Allah dengan hati bersukacita, dan menjadikannya sebagai pelumas bagi roda ketaatan mereka (semua hal ini dan juga sorga), maka sesungguhnya mereka melayani Majikan yang baik. Akan tetapi, janganlah pesta-pesta semacam ini dibiarkan tanpa rasa takut, karena perubahan dapat saja datang dengan tiba-tiba. Karena itu, bersukacitalah dengan gemetar.
----------
KEBIJAKSANAAN DAN KEBODOHAN
Amsal 15:16-17. “Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan. Lebih baik sepiring sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian.”
Salomo telah berkata dalam ayat sebelumnya bahwa orang yang tidak memiliki banyak harta atau penghasilan besar, tetapi memiliki hati yang gembira akan selalu berpesta. Rasa puas orang Kristen dan sukacita di dalam Tuhan akan membuat hidup menjadi ringan dan menyenangkan.
Nah, di sini ia ingin memberi tahu kita apa yang diperlukan untuk memperoleh hati yang bersukacita supaya orang dapat selalu berpesta, meskipun hanya memiliki sedikit barang di dunia ini. Yaitu, kekudusan dan kasih.
[I]. Kekudusan. Barang yang sedikit jika kita kelola dan nikmati di dalam takut akan TUHAN, jika kita tetap menjaga hati nurani yang murni, terus menjalankan tanggung jawab kita, dan tetap melayani Allah dengan setia dengan sedikit yang kita miliki, maka yang sedikit itu akan menjadi lebih menyenangkan dan berubah menjadi kisah yang lebih baik, daripada banyak harta dengan disertai kecemasan.
Amatilah di sini:
1. Sering kali sudah menjadi bagian dari orang-orang yang takut akan Allah untuk hanya memiliki sedikit saja di dunia ini. Dikatakan bahwa orang miskin menerima Injil, dan tetap menjadi miskin (Yakobus 2:5).
2. Orang-orang yang memiliki banyak harta sering disertai dengan banyak kecemasan. Kepemilikan itu jauh dari membuat mereka merasa nyaman sehingga meningkatkan kesusahan dan kegugupan mereka. Kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur.
3. Banyak harta membawa kecemasan bersamanya, karena tidak disertai takut akan TUHAN. Jika mereka yang memiliki banyak harta menjalankan tanggung jawab mereka dengan menggunakan harta yang banyak itu, dan kemudian mempercayakan harta itu kepada Allah, maka harta mereka tidak akan begitu membawa banyak kesulitan bersama-nya.
4. Karena itu jauh lebih baik dan lebih diinginkan untuk memiliki sedikit barang dunia ini dan memilikinya dengan hati nurani yang murni, demi menjaga hubungan dengan Allah dan menikmati Dia dalamnya, serta untuk hidup dengan iman, daripada memiliki banyak sekali harta dan hidup tanpa Tuhan di dunia ini.
[II]. Kasih. Setelah takut akan TUHAN, berikutnya adalah damai dengan semua orang sangatlah diperlukan untuk kenyamanan hidup ini.
1. Jika saudara-saudara diam bersama dengan rukun. Jika saudara-saudara semuanya bersahabat, bersungguh-sungguh hati, dan menyenangkan, baik ketika makan sehari-hari maupun ketika acara perjamuan makan yang lebih resmi, maka makan malam dengan sayur pun terasa sudah cukup.
Walaupun mungkin makanannya sederhana dan harta mereka sedikit sehingga tidak mampu menghidangkan yang lebih baik, namun kasih akan membuat segalanya menjadi manis, dan mereka akan bersuka ria atas semua itu seolah-olah memiliki segala makanan pilihan yang lezat.
2. Jika terdapat kebencian dan perselisihan di antara mereka, walaupun terhidang makanan daging lembu, bahkan daging lembu yang tambun, tidak akan ada kesenangan di sana. Ragi kedengkian, sikap membenci dan dibenci cukup untuk merusak semuanya. Sebagian orang menunjuk kepada Dia yang menyelenggarakan perjamuan makan itu, lebih baik makan sederhana dan sambutan yang hangat daripada hidangan yang melimpah disertai mata jahat penuh kebencian.
‘Cum torvo vultu mihi conula nulla placebit, Cum placido vultu conula ulla placet’ - Perjamuan makan paling mewah, yang disajikan dengan wajah cemberut, akan mengganggu perasaanku. Sementara jamuan makan paling sederhana, yang disajikan dengan ramah, akan menyenangkan hatiku.