Amsal 17:15-16 - Perkataan-perkataan Berbobot (2)

Matthew Henry (1662 – 1714).

BAHASAN : Amsal 17:15-16 - Perkataan-perkataan Berbobot (2)
Amsal 17:15-16 - Perkataan-perkataan Berbobot (2)
Amsal 17:15. “Membenarkan orang fasik dan mempersalahkan orang benar, kedua-duanya adalah kekejian bagi TUHAN.”
Ini menunjukkan betapa merupakan pelanggaran bagi Allah,
1. Apabila orang-orang yang dipercaya untuk menjalankan keadilan umum, yaitu para hakim, para juri, para saksi, para jaksa, para pengacara, membebaskan orang yang bersalah atau menghukum orang yang tidak bersalah, atau setidak-tidaknya membantu terjadinya hal itu. Hal yang demikian menggagalkan tujuan pemerintah, yaitu melindungi yang baik dan menghukum yang jahat (Roma 13:3-4).

Sama halnya juga, kita membangkitkan murka Allah bila kita membenarkan orang fasik, meskipun itu karena merasa kasihan dan in favorem vitae – untuk menyelamatkan nyawa. Ini sama saja seperti mempersalahkan orang benar.
2. Apabila siapa saja membela dosa dan orang-orang berdosa, meremehkan dan mengabaikan kefasikan, atau berbantah melawan kebajikan dan kesalehan, dan dengan demikian membelokkan Jalan Tuhan yang lurus serta mengacaukan pembedaan-pembedaan antara yang baik dan yang jahat yang sudah ada sejak dari kekekalan.
----------
PERKATAAN-PERKATAAN YANG BERBOBOT.

Amsal 17:16. “Apakah gunanya uang di tangan orang bebal untuk membeli hikmat, sedang ia tidak berakal budi?”
Di sini ada dua hal yang dibicarakan dengan rasa heran:
1. Kebaikan Allah yang besar terhadap orang bodoh, dalam memberi-kan uang di tangannya untuk membeli hikmat, untuk mendapatkan pengetahuan dan anugerah agar ia layak hidup di dunia ini dan di dunia nanti. Kita memiliki jiwa yang berakal, sarana anugerah, perjuangan-perjuangan Roh, dan jalan masuk kepada Allah melalui doa. Kita mempunyai waktu dan kesempatan.

Orang yang punya banyak harta (begitu sebagian orang memahaminya) mempunyai keuntungan-keuntungan untuk mendapatkan hikmat dengan cara membeli pengajaran. Orang tua, sanak saudara, hamba-hamba Tuhan, dan teman-teman yang baik adalah orang-orang yang membantu kita mendapatkan hikmat.
Hikmat itu uang, dan oleh karena itu berharga, sebuah talenta. Hikmat itu adalah uang di tangan, sudah dimiliki. Firman itu dekat kepadamu. Butuh uang untuk mendapatkan hikmat itu. Hikmat itu demi kepentingan kita sendiri. Uang itu untuk mendapatkan hikmat, yaitu sesuatu yang paling kita perlukan, karena kita orang bodoh. Beralasan bagi kita untuk kagum bahwa Allah sampai begitu memperhatikan kebutuhan kita, dan begitu mempercayakan keuntungan-keuntungan seperti itu kepada kita, meskipun Ia sendiri sudah tahu bahwa kita tidak akan memanfaatkannya dengan benar.
2. Kefasikan manusia yang besar, yakni diabaikannya kebaikan Allah dan kepentingannya sendiri, yang sangat tidak masuk akal dan tidak dapat dipertanggungjawabkan: ia tidak berakal budi (KJV: hatinya tidak terpatri kepadanya – pen.), tidak terpatri kepada hikmat yang harus didapat, atau kepada uang yang bisa digunakan untuk mendapatkannya. Ia tidak memiliki hati, atau keterampilan, atau kehendak, atau keberanian untuk memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang dimilikinya.

Hatinya sudah terpatri kepada hal-hal lain, sehingga ia tidak punya hati untuk menjalankan kewajibannya atau memperhatikan kepentingan-kepentingan besar jiwanya. Untuk apa uang dibuang-buang dan dihabiskan untuk orang yang begitu tidak layak menerimanya?
Next Post Previous Post