Amsal 22:17-29 - Pepatah Yang Bijak

Matthew Henry (1662 – 1714).

BAHASAN : Amsal 22:17-29 - Pepatah Yang Bijak

Amsal 22:17-29 - Pepatah  Yang Bijak

PERHATIAN YANG DITEKANKAN BERULANG-ULANG.

Amsal 22:17-21. “Pasanglah telingamu dan dengarkanlah amsal-amsal orang bijak, berilah perhatian kepada pengetahuanku. Karena menyimpannya dalam hati akan menyenangkan bagimu, bila semuanya itu tersedia pada bibirmu. Supaya engkau menaruh kepercayaanmu kepada TUHAN, aku mengajarkannya kepadamu sekarang, ya kepadamu. Bukankah aku telah menulisnya kepadamu dulu dengan nasihat dan pengetahuan, untuk mengajarkan kepadamu apa yang benar dan sungguh, supaya engkau dapat memberikan jawaban yang tepat kepada yang menyuruh engkau.”
Di sini Salomo mengubah gaya dan cara bicaranya. Pada umumnya, sejak permulaan Amsal pasal 10 sampai sekarang, dia mengemukakan kebenaran-kebenaran pengajaran dan menambahkan imbauan di sana sini, untuk mengajak kita menerapkan kebenaran-kebenaran itu ketika kita terus membaca. Namun di sini, hingga akhir pasal 24, ia langsung berbicara kepada anaknya, muridnya, pembacanya, pendengarnya, seolah-olah berbicara kepada seseorang secara pribadi.
Sampai sekarang, setiap gagasannya dirangkum ke dalam satu ayat, tetapi di sini umumnya gagasan itu dijabarkan lebih jauh. Perhatikanlah bagaimana Hikmat mencoba memakai bermacam-macam cara ketika berbicara dengan kita, supaya kita tidak bosan dengan cara mana pun yang dipakainya.
Di sini digunakan metode berbicara secara langsung, untuk menarik perhatian dan membantu kita mempraktikkannya. Hamba Tuhan tidak boleh beranggapan bahwa sudah cukup jika mereka berkhotbah di hadapan pendengar mereka. Ia harus berkhotbah kepada mereka. Ia juga tidak boleh merasa sudah cukup jika ia berkhotbah kepada mereka semua secara umum. Ia harus berbicara kepada mereka secara perorangan, seperti di sini: Engkau, kerjakanlah ini dan itu.
Di sini terdapat :
[I]. Sebuah seruan yang bersungguh-sungguh supaya kita mencari hikmat dan anugerah, dengan memperhatikan amsal-amsal orang bijak, baik yang ditulis maupun yang diperkatakan, dengan memperhatikan perkataan para nabi dan imam, dan khususnya dengan memper-hatikan pengetahuan yang disampaikan Salomo di dalam kitab ini kepada umat manusia, tentang yang baik dan yang jahat, tentang dosa dan kewajiban, tentang upah dan hukuman.
Untuk mendengarkan amsal-amsal ini, untuk mendengarkan pengetahuan ini, kita harus memasang telinga dengan rendah hati dan perhatian yang sungguh-sungguh, dan menerapkannya dengan hati di dalam iman, kasih dan pertimbangan yang saksama. Telinga tidak akan ber-guna tanpa hati.
[II]. Alasan yang memperkuat seruan ini.
Perhatikanlah:
(1). Nilai dan bobot dari pengetahuan akan hal-hal yang disampaikan Salomo kepada kita dalam kitab ini. Hal-hal tersebut bukanlah perkara remeh, bukan bertujuan untuk sekadar menghibur atau menarik perhatian. Perkataan ini juga bukan pepatah yang lucu, yang disampai-kan untuk diceritakan kembali sebagai bahan lelucon dan untuk mengisi waktu. Bukan. Perkataan ini merupakan hal-hal yang sangat baik, yang berkaitan dengan kemuliaan Allah, kekudusan dan kebahagiaan jiwa kita, kesejahteraan umat manusia dan semua orang.
Perkataan ini merupakan hal-hal yang luar biasa mulia (demikianlah arti kata itu), yang cocok diucapkan oleh para raja dan didengar oleh para pejabat negara. Hal-hal tersebut berkaitan dengan nasihat dan pengetahuan, yaitu nasihat bijak yang berkenaan dengan hal-hal yang paling penting, yang tidak saja akan membuat kita mengenal diri kita sendiri, tetapi juga memampukan kita untuk menasihati orang lain.
(2). Betapa jelasnya hal-hal ini dikemukakan dan diajarkan kepada kita secara terperinci. “Perkataan ini diajarkan: diajarkan di muka umum, supaya semua orang bisa membacanya. Diajarkan secara sederhana, supaya orang yang sedang berlari¬ pun bisa membacanya. Diajarkan sekarang secara lebih lengkap daripada yang pernah diajarkan sebelumnya, pada masa di mana terang dan pengetahuan ada, diajarkan kepadamu pada hari ini juga. Tapi hanya tinggal sedikit waktu lagi terang itu ada padamu. Jika engkau tidak memanfaatkan masa sekarang ketika hal-hal ini diajarkan kepadamu, maka mungkin sebelum esok tiba, hal-hal itu tersembunyi dari matamu.
Perkataan ini ditulis supaya lebih meyakinkan lagi, dan supaya perkataan ini bisa diterima dan bisa diturunkan kepada anak cucu secara lebih murni dan utuh. Namun yang paling ditekankan di sini ialah bahwa perkataan itu diajarkan kepadamu, ya kepadamu, dan ditulis kepadamu, seolah itu adalah surat yang ditujukan kepadamu secara pribadi. Perkataan itu tepat bagimu dan bagi keadaanmu. Engkau bisa melihat wajahmu sendiri di dalam cermin ini.
Perkataan itu ditujukan kepadamu, supaya menjadi peraturan untuk engkau ikuti, dan berdasarkan peraturan itulah engkau dihakimi.” Kita tidak bisa berkata seperti ini, “Semua perkataan itu baik, tetapi tidak ada artinya bagi kami.” Tidak. Tak terbayangkan betapa perkataan-perkataan ini berbicara tentang hal-hal yang paling penting bagi kita.
(3). Betapa cocoknya perkataan ini bagi kita, baik untuk menghibur kita maupun mendatangkan kehormatan bagi kita.
(a). Jika kita menyimpannya di dalam hati, perkataan ini akan sangat menyenangkan bagi kita dan mendatangkan kepuasan yang melimpah (ayat 18): “Perkataan ini menyenangkan, dan akan selalu menghibur engkau, bila engkau menyimpannya dalam hati. Jika engkau mencerna, mempraktikkan, dan menaatinya, dan menyerahkan diri ke dalamnya untuk dibentuk.” Ketika seseorang menjalani ibadah karena terpaksa saja, maka ibadahnya hanya di luar saja. Hanya orang-orang yang tunduk pada kekuatan ibadah dan mengerjakannya dengan sepenuh hati yang mendapatkan kesenangan dari ibadah kesalehannya (Amsal 2:10).
(b). Jika kita menggunakannya ketika sedang bercakap-cakap, maka perkataan itu akan sangat pantas untuk dipakai dan memberi kita nama baik, bila semuanya itu tersedia pada bibirmu. “Berbicaralah tentang hal-hal ini, dan perkataanmu akan keluar seperti dari dirimu sendiri. Selain itu, karena sesuai dengan sifatmu, engkau pantas untuk berbicara. Engkau juga akan mendapatkan kesenangan ketika mengucapkan hal-hal ini, juga ketika merenungkannya.”
(4). Keuntungan yang dihasilkan olehnya bagi kita. Hal-hal sangat baik yang ditulis Allah untuk kita tidak seperti perintah yang diberikan oleh seorang tuan kepada hambanya, yang seluruhnya bertujuan untuk mendatangkan keuntungan bagi sang tuan. Sebaliknya, hal-hal itu seperti pengajaran yang diberikan oleh seorang guru kepada muridnya, yang seluruhnya bertujuan untuk mendatangkan keuntungan bagi murid tersebut. Hal-hal ini harus kita simpan, karena ditulis untuk kita,
(a). Supaya kita memiliki keyakinan di dalam Dia serta persekutuan dengan Dia. Supaya engkau menaruh kepercayaanmu kepada Tuhan (ayat 19). Kita tidak bisa percaya kepada Allah selain dengan jalan melakukan kewajiban kita. Oleh sebab itu kita diajar tentang kewajiban kita, supaya kita mempunyai alasan untuk percaya kepada Tuhan. Bahkan bukan itu saja, kewajiban yang diajarkan ini merupakan salah satu kewajiban terbesar yang perlu kita pelajari, yang merupakan sebuah kewajiban yang menjadi dasar bagi seluruh ibadah agama, yaitu untuk menjalani hidup yang berkenan kepada Allah dan bergantung kepada-Nya.
(b) Supaya kita memiliki kepastian di dalam pengertian kita: “Untuk mengajarkan kepadamu apa yang benar dan sungguh. Supaya engkau mengetahui apa itu kebenaran, mampu membedakan dengan jelas antara yang benar dan yang salah, dan mengetahui atas dasar apa engkau menerima dan mempercayai semua kebenaran tentang Allah.”
Perhatikan:
1). Merupakan hal yang sangat diinginkan bukan hanya untuk mengetahui perkataan kebenaran itu, melainkan juga kepastian akan kebenaran itu sendiri. Dengan begitu, kita menjadi beriman dengan cerdas dan dengan akal sehat, dan bertumbuh dengan keyakinan penuh.
2). Cara untuk mengetahui kepastian akan perkataan kebenaran adalah dengan menyadari apa kewajiban kita. Karena, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu bahwa ajaran itu berasal dari Allah (Yohanes 7:17).
(c). Supaya kita dapat berguna dan siap melayani orang lain dengan mengajar mereka: “Supaya engkau dapat memberikan penjelasan yang baik kepada orang yang diutus kepadamu untuk meminta nasihat kepadamu sebagai orang bijak,” atau kepada yang menyuruh engkau, “yaitu yang mempekerjakan engkau sebagai utusan atau duta dalam hal apa saja.”
Pengetahuan diberikan kepada kita untuk berbuat kebaikan, supaya orang lain dapat menyalakan pelita mereka di atas kaki dian kita. Selain itu supaya melalui kedudukan kita, kita bisa melayani angkatan kita sesuai dengan kehendak Allah. Siapa yang penuh kesadaran hati nurani memelihara perintah-perintah Allah, ia bisa memberikan pertanggungan jawab tentang pengharapan yang ada padanya dengan sebaik-baiknya.
----------
PERINGATAN SUPAYA TIDAK MENINDAS YANG LEMAH.
Amsal 22:22-23. “Janganlah merampasi orang lemah, karena ia lemah, dan janganlah menginjak-injak orang yang berkesusahan di pintu gerbang. Sebab TUHAN membela perkara mereka, dan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka.”
Setelah membaca pendahuluan yang bersungguh-sungguh ini, orang akan mengira akan mendapati sesuatu yang baru dan mengejutkan. Tetapi, tidak demikianlah halnya. Di sini malah diberikan suatu per-ingatan yang biasa dan umum, tetapi sangat penting, terhadap per-buatan yang biadab dan tidak manusiawi yakni menindas orang lemah.
Perhatikanlah :
[I]. Dosa itu sendiri, yaitu merampasi orang lemah dan menjadikan mereka semakin lemah, mengambil harta orang yang hanya memiliki sedikit saja dan dengan demikian tidak menyisakan apa pun bagi mereka. Merampas adalah perbuatan yang jahat, siapa pun korbannya. Tetapi, yang paling tidak masuk akal ialah merampasi orang lemah, yang seharusnya justru kita tolong. Adalah tidak masuk akal untuk memeras mereka dengan kekuasaan kita, padahal seharusnya kita mengucurkan kemurahan hati kita kepada mereka.
Adalah tidaklah waras bila menginjak-injak orang yang berkesusahan, sehingga lebih menambah kesusahan mereka lagi. Juga adalah sesuatu yang aneh bila menghukum mereka, yang berarti berpihak kepada orang-orang yang merampok mereka. Perbuatan itu sama jahatnya dengan apabila kita sendiri yang merampok mereka. Orang kaya tidak akan berdiam diri jika ada orang yang mencelakai mereka, tetapi orang miskin tidak bisa membela diri. Oleh sebab itu kita harus lebih berhati-hati supaya tidak berbuat salah terhadap mereka.
[II]. Parahnya dosa menindas orang lemah itu.
1. Jika kita tetap berkeras untuk merampasi mereka, padahal mereka tidak mampu membela diri karena lemah, maka perbuatan kita itu sungguh lebih jahat lagi. Ini yang dimaksud dengan merampasi dari orang lemah karena mereka lemah. Mengeruk keuntungan dari seseorang karena ia tidak mampu bukan hanya suatu tindakan pengecut dan hina, melainkan juga tidak wajar, dan membuktikan bahwa manusia lebih jahat daripada binatang.
2. Atau, jika perbuatan itu dilakukan dengan mengatasnamakan hukum dan keadilan, itu berarti menginjak-injak orang yang berkesusahan di pintu gerbang, di mana seharusnya mereka dilindungi dari kejahatan dan dibela dari orang-orang yang menginjak-injak mereka.
[III]. Bahaya yang menyertai dosa ini. Barangsiapa merampas dan menginjak-injak orang yang lemah membahayakan dirinya sendiri, karena :
1. Orang yang ditindas akan mendapatkan perlindungan yang kuat dari Allah. Dia akan membela perkara mereka, dan tidak membiarkan mereka ditindas serta diinjak-injak. Jika tidak ada orang yang tampil untuk membela mereka, maka Allahlah yang akan melakukannya.
2. Para penindas akan mendapatkan pembalasan yang adil dari-Nya. Dia akan membalas mereka, dan akan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka. Dia akan membalas mereka dengan penghukuman rohani, dengan mengutuk jiwa mereka. Barang siapa merampasi orang lemah pada akhirnya akan membinasakan dirinya sendiri.
----------
PEPATAH YANG BIJAK.
Amsal 22:24-25. “Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri.”
Di sini terdapat :
1. Suatu peringatan yang bagus supaya jangan menjadi akrab dengan orang yang meledak-ledak. Aturan tentang persahabatan mengatakan bahwa kita akan menjadi satu dengan teman-teman kita dan siap melayani mereka. Oleh karena itu kita harus bijak dan waspada dalam memilih teman, supaya kita tidak melakukan kebodohan dengan mengikatkan diri sepenuhnya kepada seseorang. Meskipun kita harus bersikap baik terhadap semua orang, kita harus waspada dengan siapa saja kita harus berteman dan menjalin keakraban.
Di antara bermacam-macam orang, ada yang mudah dipanas-panasi, mudah tersinggung, dan cenderung suka membalas, yaitu orang yang ketika amarahnya bangkit tidak peduli lagi akan apa yang dikatakan atau dilakukannya, tetapi justru menjadi tak terkendali. Orang yang seperti itu tidak pantas dijadikan rekan atau teman, karena dia akan selalu marah kepada kita, dan itu akan menjadi masalah bagi kita. Ia akan mengharapkan supaya kita marah kepada orang lain, sama seperti dirinya, dan itu membuat kita akan menjadi berdosa.
2. Alasan yang bagus di balik peringatan ini: supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya. Kita akan cenderung menjadi mirip dengan siapa kita bergaul. Hati kita yang jahat begitu mudah terbakar, sehingga berbahaya jika kita bergaul dengan orang yang amarahnya meledak-ledak.
Ini membuat kita memasang jerat bagi diri kita sendiri, karena amarah merupakan jerat yang kuat bagi setiap orang, dan sangat mungkin menimbulkan banyak dosa. Salomo tidak berkata, “Supaya engkau jangan dicaci atau dipukul orang,” melainkan mengatakan akibat yang lebih buruk lagi, yaitu “supaya engkau jangan menirunya, menjadi sama dengan dia, lalu menciptakan suatu kebiasaan yang buruk.”
----------
PEPATAH YANG BIJAK.
Amsal 22:26-27. “Mengapa orang akan mengambil tempat tidurmu dari bawahmu, bila engkau tidak mempunyai apa-apa untuk membayar kembali? Jangan engkau memindahkan batas tanah yang lama, yang ditetapkan oleh nenek moyangmu.”
Seperti telah sering disebutkan sebelumnya, kita dapati di sini suatu peringatan tentang menanggung utang, yang merupakan suatu tindakan ceroboh dan juga tidak adil.
1. Kita tidak boleh berhubungan atau menjalin keakraban dengan orang-orang yang selalu sial dan memiliki nama buruk, yang mendesak dan memaksa-maksa teman-teman mereka untuk menjamin mereka, supaya mereka bisa menipu sesama mereka demi memuaskan nafsu mereka. Dengan bergaul lebih lama sedikit saja, mungkin akhirnya mereka akan mendatangkan celaka yang lebih besar bagi orang yang mengutangi mereka. Jangan berurusan dengan orang-orang seperti itu. Jangan engkau termasuk di antara orang yang demikian.
2. Kita tidak boleh mencuri uang orang lain, dengan membuat persetujuan, atau menjadi penanggung hutang bagi orang lain, apabila bukan kewajiban kita untuk membayar. Jika oleh penyelenggaraan ilahi seseorang tidak mampu membayar utang-utangnya, maka ia perlu dikasihani dan ditolong. Namun barangsiapa berutang uang atau barang untuk dirinya sendiri, atau terikat utang bagi orang lain, sementara ia tahu bahwa ia tidak memiliki apa-apa untuk membayar utangnya itu, maka itu sama saja berarti ia mencopet sesamanya.
Meskipun selalu ada belas kasihan, orang itu akan menanggung akibat kesalahannya sendiri jika hukum dilaksanakan dan tempat tidurnya diambil dari bawahnya, yaitu apa pun yang penting bagi hidupnya, untuk dijadikan jaminan bagi utangnya (Keluaran 22:26-27). Jika benar-benar terbukti bahwa seseorang begitu miskin sehingga ia tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan sebagai jaminan, maka ia harus dibebaskan, dan pembebasan itu dilakukan untuk mengakui bahwa ia berutang. Namun, untuk melunasi suatu utang, tampaknya tempat tidur itu diambil oleh karena summum jus – hukum yang dijalankan secara ketat.
3. Kita tidak boleh menghancurkan harta milik dan keluarga kita. Setiap orang harus bersikap adil terhadap dirinya sendiri, terhadap istri serta anak-anaknya. Orang-orang yang tidak hidup demikian adalah mereka yang hidup melebihi apa yang mereka miliki, yang karena salah urus atau membebani diri dengan utang orang lain, menghabiskan apa yang mereka miliki dan mengakibatkan diri jatuh miskin. Kita bisa bersukacita bila harta kita dirampas habis bila itu memang memberi kesaksian tentang nurani kita yang baik. Namun, jika itu disebabkan oleh kecerobohan dan kebodohan kita sendiri, kita hanya bisa menerimanya dengan dukacita.
----------
PEPATAH YANG BIJAK.
Amsal 22:28. “Jangan engkau memindahkan batas tanah yang lama, yang ditetapkan oleh nenek moyangmu.”
Perhatikanlah :
1. Di sini kita diajar supaya tidak melanggar hak orang lain, meskipun kita bisa menemukan cara untuk melakukannya dengan diam-diam, secara rahasia, dengan tipuan, dan tanpa memaksa secara terang-terangan. Janganlah menjarah harta milik apa saja, dengan merampas kebebasan dan hak istimewa orang lain, atau menghalangi mereka yang hendak mempertahankan kebebasan dan hak istimewa itu melalui cara-cara yang benar.
Janganlah menjarah harta milik pribadi seseorang. Batas tanah, atau patok, merupakan saksi yang kuat atas setiap hak manusia. Janganlah batas tanah itu dipindahkan begitu saja, karena itu akan menimbulkan peperangan, perselisihan, dan pertentangan yang tidak ada akhirnya. Janganlah memindahkan batas tanah supaya engkau bisa merampas tanah sesamamu, karena itu berarti sama dengan merampoknya sehingga keturunannya tidak mendapatkan apa-apa.
2. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa kita harus menunjukkan rasa hormat dalam kehidupan bermasyarakat, terhadap tata cara yang telah berlangsung sejak dahulu kala, dan terhadap hukum pemerintah yang berlaku. Kita harus menerimanya supaya kita tidak berusaha mengubahnya, sekalipun dengan alasan seolah-olah untuk menjadikannya lebih baik, padahal bisa terbukti mendatangkan akibat yang berbahaya.
----------
PEPATAH YANG BIJAK.
Amsal 22:29. “Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang orang yang hina.”
Di sini terdapat :
1. Suatu pernyataan yang jelas tentang betapa sulitnya menemukan orang yang benar-benar rajin dan cerdas. “Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Engkau tidak akan melihat banyak orang seperti itu, karena begitu mewabahnya kelambanan dan kemalasan.”
Di sini Salomo memuji orang yang berusaha mendapatkan pekerjaan, meskipun pekerjaan itu sangat rendah dan tidak penting, dan hidupnya tidak mudah ketika sedang menganggur. Salomo memuji orang yang senang bekerja, gesit dan sibuk dengan pekerjaannya. Orang yang terus bekerja sampai tuntas, tidak hanya dengan tekun dan gigih, tetapi juga dengan terampil dan cepat. Orang yang sigap, yang tahu bagaimana cara mendatangkan hasil yang besar dengan lingkup pekerjaan yang terbatas.
2. Tidak diragukan lagi, semua orang tahu bahwa orang-orang yang demikian akan lebih disukai. Meskipun sekarang ia berdiri di hadapan orang-orang yang hina, dipekerjakan oleh mereka dan harus siap melayani mereka, namun dia akan menjulang tinggi dan kemungkinan besar akan berdiri di hadapan raja-raja, menjadi duta besar untuk raja-raja asing atau perdana menteri di negerinya sendiri. Pernahkah engkau melihat orang yang cakap di dalam ibadahnya? Kemungkinan besar ia menjadi unggul dalam perbuatan baik dan akan berdiri di hadapan Raja segala raja.
Next Post Previous Post