Hidup Kudus dalam Terang Keselamatan: 1 Petrus 1:13-1 Petrus 2:10

 Pendahuluan:

Dalam 1 Petrus 1:13-1 Petrus 1:2:10, Rasul Petrus menuliskan serangkaian nasihat yang penuh dengan dorongan agar umat percaya menjalani hidup kudus. Bagian ini tidak hanya menekankan tentang panggilan untuk hidup kudus, tetapi juga mengajak orang percaya untuk memandang keselamatan mereka dalam Kristus sebagai dasar utama kehidupan baru mereka. Petrus mendorong jemaat untuk bersikap penuh pengharapan, bertindak dengan kudus, dan menyadari bahwa mereka adalah umat yang dipilih dan dikuduskan oleh Allah.
Hidup Kudus dalam Terang Keselamatan: 1 Petrus 1:13-1 Petrus 2:10
Artikel ini mengupas ayat-ayat tersebut dari sudut pandang beberapa pakar teologi, disertai referensi dari berbagai buku dan ayat Alkitab, dengan tujuan memberi pemahaman lebih mendalam mengenai bagaimana keselamatan seharusnya mengubah kehidupan Kristen. Kita juga akan melihat seruan Petrus dalam konteks iman Kristen masa kini dan bagaimana kita, sebagai orang percaya, dipanggil untuk hidup kudus sebagai umat pilihan Allah.

1. Siapkan Pikiran dan Harapkan Kasih Karunia (1 Petrus 1:13-16)

Petrus memulai seruannya dengan mengatakan:

"Sebab itu, siapkanlah akal budimu, waspadalah, dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." (1 Petrus 1:13 TB)

Menurut pakar teologi John MacArthur dalam bukunya "The MacArthur New Testament Commentary," Petrus mendesak umat percaya untuk memusatkan pikiran mereka pada pengharapan akan keselamatan yang penuh di dalam Yesus Kristus. Persiapan mental ini, yang disebutnya "mengencangkan pinggang pikiran," adalah panggilan untuk siap siaga dan waspada, hidup dengan pandangan penuh pengharapan akan kedatangan Kristus kembali.

Pengharapan ini, lanjut MacArthur, tidak sekadar suatu optimisme, tetapi merupakan iman yang teguh dalam anugerah dan kasih karunia yang diberikan oleh Kristus. Pengharapan adalah penggerak utama bagi kehidupan Kristen yang kudus, karena umat Allah tidak lagi hidup dalam ketakutan atau keputusasaan, melainkan dalam kepastian akan janji Allah.

1 Petrus 1:15-16:

"Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: 'Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.'"

R.C. Sproul dalam bukunya "The Holiness of God" menjelaskan bahwa panggilan untuk hidup kudus adalah panggilan yang sangat serius dalam kehidupan Kristen. Allah memanggil orang percaya untuk hidup dengan standar kekudusan yang sama dengan-Nya. Hidup kudus bukan sekadar hidup yang mengikuti aturan, tetapi mencerminkan karakter Allah yang kudus dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.

2. Hidup dalam Takut Akan Allah (1 Petrus 1:17-21)

Dalam 1 Petrus 1:17, Petrus mengingatkan para pembaca bahwa mereka harus menjalani hidup dalam "takut akan Allah," karena Allah adalah Bapa yang menghakimi setiap orang berdasarkan perbuatannya.

"Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini." (1 Petrus 1:17 TB)

Dalam buku "Knowing God," J.I. Packer menekankan bahwa takut akan Allah bukan berarti hidup dalam ketakutan yang penuh kecemasan, tetapi hidup dengan sikap hormat dan kagum yang mendalam terhadap kekudusan dan keadilan-Nya. Takut akan Allah adalah pengakuan bahwa Allah adalah hakim yang adil, dan semua yang kita lakukan akan diperhitungkan di hadapan-Nya. Ini adalah motivasi untuk hidup dengan bijaksana, menghindari dosa, dan mengutamakan kebenaran.

1 Petrus 1:18-19:

"...kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."

Menurut Wayne Grudem dalam "1 Peter: An Introduction and Commentary," Petrus menekankan bahwa keselamatan umat percaya tidak diperoleh dengan cara duniawi seperti uang atau emas, tetapi dengan pengorbanan Kristus yang sempurna. Tebusan Kristus adalah dasar dari panggilan hidup kudus. Orang percaya telah ditebus dengan harga yang mahal, dan hidup dalam kekudusan adalah bentuk penghormatan terhadap pengorbanan yang telah Kristus berikan.

3. Kasih yang Tulus Sebagai Ciri Hidup Baru (1 Petrus 1:22-25)

Setelah menekankan kekudusan, Petrus mengajarkan bahwa hidup dalam keselamatan yang penuh juga berarti hidup dalam kasih yang tulus satu sama lain.

"Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu." (1 Petrus 1:22 TB)

Dalam buku "The Cost of Discipleship," Dietrich Bonhoeffer menyebutkan bahwa kasih yang tulus adalah ciri utama kehidupan Kristen yang sejati. Bonhoeffer menjelaskan bahwa kasih tidak sekadar perasaan, tetapi tindakan nyata yang penuh pengorbanan. Orang percaya dipanggil untuk mengasihi satu sama lain sebagai bentuk nyata dari pengudusan yang telah mereka terima melalui iman.

1 Petrus 1:23-25:

"Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal."

Menurut teolog C.S. Lewis dalam "Mere Christianity," lahir baru di dalam Kristus berarti menerima hidup yang kekal dan kekuatan rohani yang baru. Hidup baru ini ditandai oleh kasih yang bersumber dari Firman Allah yang kekal. Firman inilah yang bekerja dalam hati setiap orang percaya, membentuk mereka menjadi serupa dengan Kristus dalam kasih, kebenaran, dan kekudusan.

4. Hidup sebagai Bayi yang Baru Lahir dalam Kristus (1 Petrus 2:1-3)

Petrus melanjutkan dengan nasihat untuk menyingkirkan segala jenis dosa dan mencari "susu yang murni dan yang rohani."

"Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan." (1 Petrus 2:1-2 TB)

Menurut William Barclay dalam "The Letters of Peter and Jude," metafora "bayi yang baru lahir" digunakan untuk menggambarkan hasrat yang murni dan tak terpuaskan untuk bertumbuh dalam firman Tuhan. Seperti seorang bayi yang bergantung pada susu untuk bertahan hidup, demikian pula orang percaya harus bergantung pada Firman Allah untuk bertumbuh secara rohani dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang keselamatan.

Dalam buku "Spiritual Disciplines for the Christian Life," Donald Whitney menyatakan bahwa mencari Firman Allah dengan tekun adalah cara untuk menjaga kekudusan dan membentuk karakter Kristen. Dengan menjadikan Firman Tuhan sebagai makanan rohani utama, orang percaya akan diperlengkapi untuk hidup dalam kekudusan dan kebenaran yang memuliakan Allah.

5. Menjadi Bangunan Rohani yang Hidup (1 Petrus 2:4-8)

Petrus melukiskan umat percaya sebagai "batu-batu hidup" yang dibangun menjadi rumah rohani, dengan Kristus sebagai batu penjuru.

"Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormati di hadapan Allah." (1 Petrus 2:4 TB)

N.T. Wright dalam "The New Testament and the People of God," menjelaskan bahwa metafora batu-batu hidup menekankan bahwa orang percaya dipanggil untuk menjadi bagian dari bangunan rohani Allah. Kristus adalah batu penjuru yang mengikat seluruh bangunan ini, yang melambangkan hubungan erat antara Yesus dan jemaat-Nya. Setiap orang percaya adalah bagian dari "rumah rohani" ini dan memiliki peran yang signifikan dalam misi Allah di dunia.

 1 Petrus 1:6-7 mengutip dari Yesaya 28:16, yang mengatakan bahwa "barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak akan dipermalukan." Menurut R.C. Sproul, ini adalah pengingat bahwa kehidupan Kristen yang dibangun di atas Kristus sebagai fondasi akan berdiri teguh, meskipun menghadapi tantangan.

6. Umat Pilihan Allah: Identitas Baru dalam Kristus (1 Petrus 2:9-10)

Petrus menutup bagian ini dengan menegaskan identitas umat percaya sebagai "bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus."

"Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." (1 Petrus 2:9 TB)

John Stott dalam "Basic Christianity" menyatakan bahwa Petrus mengingatkan orang percaya akan status mereka yang istimewa sebagai umat Allah yang dipanggil untuk memancarkan terang-Nya di dunia. Status ini bukan sekadar gelar, melainkan panggilan untuk mengemban tanggung jawab besar, yaitu memberitakan kasih dan kuasa Allah yang telah menyelamatkan mereka dari kegelapan dosa.

1 Petrus 2:10:

"Kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan."

Menurut C.S. Lewis, perubahan status ini menunjukkan transformasi radikal yang dialami setiap orang yang percaya kepada Kristus. Identitas baru sebagai umat pilihan Allah membawa setiap orang percaya ke dalam komunitas iman, di mana mereka hidup dalam kasih, kekudusan, dan kebenaran. Mereka dipanggil untuk hidup bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi sebagai cerminan kasih dan kuasa Allah yang bekerja dalam mereka.

Kesimpulan: Seruan untuk Hidup Kudus dalam Terang Keselamatan yang Penuh

Dalam 1 Petrus 1:13-1 Petrus 2:10, Rasul Petrus memberikan serangkaian seruan yang kuat dan mendalam mengenai panggilan untuk hidup kudus dalam terang keselamatan yang penuh. Setiap bagian mengingatkan umat percaya untuk hidup dengan pengharapan penuh pada kasih karunia Allah, hidup dengan hormat dan takut akan Allah, bertumbuh dalam Firman, dan menjalani identitas mereka sebagai umat pilihan.

Petrus menyampaikan bahwa keselamatan bukanlah sekadar jaminan untuk masa depan, tetapi sebuah transformasi hidup di masa kini. Orang percaya yang telah ditebus oleh darah Kristus dipanggil untuk hidup sesuai dengan standar kekudusan Allah, menjadikan hidup mereka sebagai bukti nyata dari kasih dan belas kasihan Allah yang telah mengubah mereka dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.

Pesan Petrus dalam bagian ini memberikan panduan praktis bagi kehidupan Kristen masa kini. Setiap orang percaya diundang untuk hidup dengan penuh pengharapan, berpegang pada Firman Allah, mengasihi sesama dengan tulus, dan menjalani hidup yang memuliakan Allah. Sebagai bangsa yang terpilih, kita dipanggil untuk menjadi saksi yang hidup dari keselamatan yang telah kita terima dan memancarkan terang Kristus di dunia yang gelap.

Dengan demikian, seruan untuk hidup kudus dalam 1 Petrus 1:13-1 Petrus 2:10 menjadi panggilan bagi semua orang Kristen untuk hidup dalam pengharapan dan kasih karunia, menantikan pemenuhan keselamatan yang akan datang dengan kehidupan yang mencerminkan kebenaran Allah.

Next Post Previous Post