Tindakan Iman Nuh: Sebuah Contoh Ketaatan dan Kepercayaan Kepada Allah
Pengantar:
Iman adalah fondasi utama kehidupan seorang percaya, dan dalam Alkitab, banyak tokoh yang hidup berdasarkan iman yang kuat kepada Allah. Salah satu contoh utama dari tindakan iman dalam Alkitab adalah Nuh. Tindakan iman Nuh dicatat dalam kitab Kejadian dan ditegaskan kembali dalam Perjanjian Baru, terutama dalam Ibrani 11:7. Nuh dikenal bukan hanya karena ia membangun sebuah bahtera yang sangat besar untuk menyelamatkan keluarganya dan binatang-binatang dari air bah, tetapi juga karena kepercayaannya yang tak tergoyahkan kepada Allah, meskipun ia hidup di tengah-tengah masyarakat yang sepenuhnya rusak oleh dosa.Artikel ini akan membahas tindakan iman Nuh secara rinci, mengapa tindakannya dianggap sebagai manifestasi iman yang luar biasa, apa yang bisa kita pelajari dari kisah Nuh, dan bagaimana kita bisa menerapkan pelajaran ini dalam kehidupan iman kita hari ini.
1. Konteks Zaman Nuh
Sebelum memahami tindakan iman Nuh, penting untuk memahami konteks zaman di mana Nuh hidup. Kitab Kejadian mencatat bahwa bumi pada masa itu dipenuhi dengan kejahatan, dan Allah sangat kecewa dengan keadaan manusia yang telah jatuh jauh dari standar kebenaran-Nya. Dalam Kejadian 6:5-6 tertulis:
"Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya." (Kejadian 6:5-6)
Keadaan manusia pada masa itu sangat rusak, dengan dosa yang merajalela. Manusia hidup tanpa memperhatikan Allah dan melupakan panggilan moral dan rohani yang diharapkan oleh Allah dari mereka. Namun, di tengah-tengah dunia yang penuh dengan kekerasan dan kejahatan, Nuh adalah seorang yang berbeda. Dalam Kejadian 6:8-9, dikatakan bahwa Nuh mendapatkan kasih karunia di mata Tuhan karena dia hidup dengan benar:
"Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah." (Kejadian 6:8-9)
Nuh hidup berbeda dari orang-orang di sekelilingnya. Ia adalah orang yang benar dan tak bercela, dan yang paling penting, ia bergaul erat dengan Allah. Iman Nuh kepada Allah membuatnya menjadi orang yang unik di zamannya dan inilah yang membuka jalan bagi Allah untuk memberikan perintah besar kepada Nuh, yaitu membangun sebuah bahtera.
2. Perintah Allah kepada Nuh: Membangun Bahtera
Tindakan iman Nuh dimulai ketika Allah memerintahkannya untuk membangun sebuah bahtera. Dalam Kejadian 6:13-14, Allah menyatakan rencana-Nya untuk menghancurkan dunia dengan air bah karena kejahatan yang meluas, tetapi Ia juga memberikan petunjuk yang sangat rinci kepada Nuh tentang bagaimana ia harus membangun bahtera sebagai sarana penyelamatan:
"Berfirmanlah Allah kepada Nuh: ‘Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; buatlah petak-petak dalam bahtera itu, dan tutuplah bahtera itu dari luar dan dari dalam dengan pakal.’" (Kejadian 6:13-14)
Perintah ini tentu bukanlah hal yang mudah. Nuh diperintahkan untuk membangun sebuah kapal raksasa, sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, di tengah-tengah daratan yang jauh dari laut. Tidak ada tanda-tanda hujan lebat atau banjir pada saat itu, sehingga secara logika, perintah ini mungkin tampak aneh atau bahkan tidak masuk akal. Namun, di sinilah iman Nuh diuji. Alih-alih meragukan perintah Tuhan, Nuh memilih untuk taat.
Tindakan Nuh membangun bahtera ini menjadi bukti nyata dari iman yang luar biasa. Ibrani 11:7 mencatat tindakan ini sebagai contoh iman yang patut diteladani:
"Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran sesuai dengan imannya." (Ibrani 11:7)
Ayat ini menegaskan bahwa iman Nuh bukan hanya tentang percaya kepada Allah dalam pikiran atau hati, tetapi juga tentang tindakan nyata yang ia lakukan berdasarkan firman Allah, meskipun yang dijanjikan Allah belum terlihat secara fisik.
3. Ketaatan dalam Tindakan Iman
Salah satu aspek utama yang membuat tindakan iman Nuh begitu menonjol adalah ketaatannya yang total dan tanpa syarat. Alkitab mencatat bahwa Nuh melakukan semua yang diperintahkan Tuhan dengan teliti dan tepat, tanpa mempertanyakan atau menawar. Kejadian 6:22 berkata:
"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya." (Kejadian 6:22)
Ketaatan Nuh adalah bukti nyata dari imannya. Ia taat kepada Allah tanpa perlu memahami seluruh rencana-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa iman sejati selalu melibatkan tindakan yang berdasarkan ketaatan kepada firman Allah, bahkan ketika perintah tersebut tampak sulit atau tidak masuk akal dari sudut pandang manusia. Ketaatan semacam ini merupakan cerminan dari iman yang kuat dan penuh pengharapan.
Selain itu, ketaatan Nuh juga mengandung unsur kesabaran yang luar biasa. Membangun bahtera sebesar itu bukanlah tugas yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Diperkirakan bahwa Nuh membutuhkan puluhan tahun untuk menyelesaikan bahtera, dengan waktu yang panjang untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Selama bertahun-tahun itu, Nuh terus bekerja dengan tekun, meskipun ia mungkin menerima cemoohan dan ejekan dari orang-orang di sekitarnya. Namun, Nuh tetap setia dan melaksanakan perintah Allah tanpa goyah.
4. Penghakiman dan Keselamatan: Hasil dari Iman Nuh
Setelah Nuh menyelesaikan bahtera sesuai dengan perintah Tuhan, tibalah saatnya bagi Allah untuk menggenapi janji-Nya. Allah memerintahkan Nuh untuk membawa keluarganya dan semua binatang yang telah dipilih ke dalam bahtera. Kejadian 7:1 mencatat:
"Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: ‘Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di antara orang-orang zaman ini.’" (Kejadian 7:1)
Kemudian, Allah mendatangkan air bah ke atas bumi selama empat puluh hari dan empat puluh malam. Semua makhluk hidup di luar bahtera musnah, tetapi Nuh, keluarganya, dan binatang-binatang yang ada di dalam bahtera selamat. Kisah ini menggarisbawahi dua kebenaran utama: penghakiman Allah atas dosa dan keselamatan bagi mereka yang setia kepada-Nya.
Iman Nuh menyelamatkan dia dan keluarganya dari kehancuran. Namun, penting untuk dicatat bahwa keselamatan yang diterima Nuh bukanlah hasil dari pekerjaannya semata, melainkan hasil dari iman dan ketaatannya kepada Allah. Bahtera hanyalah alat yang dipakai Allah untuk menyelamatkan Nuh, tetapi dasar dari keselamatan Nuh adalah iman yang dia tunjukkan dengan ketaatan total pada perintah Tuhan.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa Allah adalah adil dalam penghakiman-Nya, tetapi Dia juga penuh kasih dan memberikan jalan keselamatan bagi mereka yang percaya dan taat kepada-Nya. Seperti yang dicatat dalam 2 Petrus 2:5, Nuh disebut sebagai "pemberita kebenaran," yang artinya ia tidak hanya membangun bahtera, tetapi juga mungkin memperingatkan orang-orang di sekitarnya tentang penghakiman yang akan datang. Namun, hanya Nuh dan keluarganya yang akhirnya diselamatkan karena mereka memilih untuk percaya kepada Allah.
5. Iman Nuh Sebagai Contoh Bagi Orang Percaya Saat Ini
Tindakan iman Nuh memberikan banyak pelajaran penting yang relevan bagi kehidupan orang Kristen saat ini. Berikut beberapa pelajaran kunci yang bisa kita ambil dari iman dan ketaatan Nuh:
a. Iman yang Berbuah dalam Tindakan
Iman Nuh menunjukkan bahwa iman sejati selalu disertai dengan tindakan. Alkitab menekankan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:26). Iman yang hidup adalah iman yang memanifestasikan dirinya dalam tindakan ketaatan kepada Allah, bahkan ketika kita tidak sepenuhnya memahami rencana-Nya atau ketika keadaan tampaknya bertentangan dengan logika manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang memerlukan kepercayaan penuh kepada Allah dan tindakan berdasarkan iman. Misalnya, Allah mungkin memanggil kita untuk memulai sesuatu yang baru, meninggalkan zona nyaman, atau bahkan menghadapi tantangan besar. Dalam semua situasi ini, kita dipanggil untuk mempercayai Allah dengan sepenuh hati dan bertindak sesuai dengan perintah-Nya, seperti Nuh yang membangun bahtera berdasarkan firman Allah.
b. Ketaatan Tanpa Pertanyaan
Nuh tidak meminta tanda-tanda lebih lanjut atau penjelasan tambahan dari Allah; ia langsung mematuhi perintah-Nya. Ini adalah salah satu aspek ketaatan yang luar biasa dari iman Nuh: ia tidak menunda-nunda atau mempertanyakan perintah Allah. Hal ini mengajarkan kepada kita pentingnya ketaatan total dan segera kepada Tuhan. Ketaatan kita seharusnya tidak didasarkan pada apakah kita memahami sepenuhnya rencana Allah atau apakah kita setuju dengan itu, tetapi berdasarkan kepercayaan bahwa Allah adalah baik dan segala rencana-Nya sempurna.
c. Ketabahan dalam Menghadapi Ejekan dan Tekanan Sosial
Tidak dapat dipungkiri bahwa Nuh hidup dalam masyarakat yang sepenuhnya rusak. Kemungkinan besar, ketika ia membangun bahtera, orang-orang di sekitarnya mengejek dan merendahkannya. Namun, Nuh tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain; ia terus maju dengan apa yang Tuhan perintahkan kepadanya.
Ini adalah pelajaran penting bagi kita yang hidup di dunia yang sering kali menolak atau merendahkan iman Kristen. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap setia pada firman Allah, bahkan ketika dunia di sekitar kita mengejek atau menentang keyakinan kita. Kesetiaan kita kepada Allah harus lebih kuat daripada tekanan dari lingkungan sosial.
d. Keselamatan Melalui Iman
Kisah Nuh juga menjadi simbol keselamatan melalui iman. Dalam Perjanjian Baru, bahtera Nuh sering kali dihubungkan dengan keselamatan dalam Yesus Kristus. 1 Petrus 3:20-21 menggambarkan bagaimana air bah dan bahtera menjadi lambang baptisan yang menyelamatkan kita melalui kebangkitan Yesus Kristus. Sama seperti Nuh dan keluarganya diselamatkan dari penghakiman melalui bahtera, kita juga diselamatkan dari dosa dan penghakiman melalui iman kepada Kristus.
Keselamatan tidak diperoleh melalui usaha atau pekerjaan kita, tetapi melalui iman kepada Allah yang dinyatakan dalam tindakan nyata. Seperti Nuh yang membangun bahtera sebagai respon atas perintah Allah, kita juga dipanggil untuk bertindak berdasarkan iman kita kepada Kristus.
6. Aplikasi Tindakan Iman Nuh dalam Kehidupan Kristen
Kisah iman Nuh memberikan kita contoh bagaimana menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah di tengah-tengah dunia yang penuh dengan kejahatan. Berikut beberapa aplikasi praktis yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita:
a. Percaya kepada Firman Allah, Meskipun Belum Terlihat
Iman berarti percaya kepada apa yang belum kita lihat (Ibrani 11:1). Seperti Nuh yang percaya bahwa air bah akan datang meskipun ia belum pernah melihatnya, kita juga dipanggil untuk mempercayai janji-janji Allah yang mungkin belum kita lihat penggenapannya. Allah selalu setia pada firman-Nya, dan kita harus hidup dalam keyakinan bahwa Dia akan menggenapi setiap janji-Nya tepat pada waktunya.
b. Bertindak Berdasarkan Iman
Iman sejati selalu menghasilkan tindakan. Kita tidak boleh hanya memiliki keyakinan di dalam hati kita, tetapi juga harus menjalankan perintah Allah dalam kehidupan sehari-hari. Seperti Nuh yang bekerja keras untuk membangun bahtera, kita juga harus bekerja keras untuk hidup dalam kebenaran dan melayani Tuhan dengan sepenuh hati.
c. Setia di Tengah Dunia yang Jahat
Dunia kita saat ini penuh dengan godaan dan tekanan untuk mengikuti arus yang salah. Namun, kita dipanggil untuk tetap setia kepada Tuhan, seperti Nuh yang tetap hidup benar di tengah-tengah generasi yang jahat. Kesetiaan kita kepada Tuhan seharusnya tidak tergantung pada lingkungan sekitar kita, tetapi pada hubungan pribadi kita dengan-Nya.
Kesimpulan;
Tindakan iman Nuh adalah salah satu contoh paling luar biasa dalam Alkitab tentang ketaatan, kepercayaan, dan kesetiaan kepada Allah. Meskipun ia hidup di tengah-tengah masyarakat yang jahat dan penuh dosa, Nuh tetap setia kepada Tuhan dan bertindak berdasarkan iman yang kuat. Melalui tindakan-tindakan ini, ia menyelamatkan keluarganya dan memberikan teladan iman bagi generasi-generasi berikutnya.
Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk mengikuti jejak Nuh dalam ketaatan kepada Tuhan. Kita dipanggil untuk hidup berdasarkan iman yang teguh, bertindak atas perintah Tuhan, dan tetap setia, bahkan ketika dunia di sekitar kita tidak mendukung iman kita. Seperti Nuh yang membangun bahtera sebagai tindakan iman, kita juga dipanggil untuk membangun hidup kita di atas dasar iman kepada Yesus Kristus, Sang Juruselamat, yang telah memberikan kita jalan keselamatan.