Tujuan Hidup Kristen: Filipi 3:1-21
Pendahuluan:
Filipi 3:1-21 adalah bagian dari surat Paulus yang sangat penting bagi pemahaman mengenai tujuan hidup Kristen. Dalam bagian ini, Paulus menguraikan konsep hidup berpusat pada Kristus, meninggalkan masa lalu, berfokus pada pengenalan akan Kristus, dan menantikan panggilan surgawi. Ayat-ayat ini menegaskan bahwa tujuan hidup Kristen bukanlah pada pencapaian duniawi, tetapi pada transformasi rohani yang bertujuan untuk mengenal Kristus lebih dalam dan hidup untuk kemuliaan-Nya.Dengan mendasari artikel ini pada pandangan para pakar teologi, kita akan memahami bagaimana menjalani hidup yang sesuai dengan tujuan kekal yang Tuhan rancangkan bagi kita.
1. Latar Belakang dan Konteks Filipi 3:1-21
Paulus menulis surat ini kepada jemaat di Filipi ketika ia berada dalam penjara. Filipi adalah kota di Makedonia yang merupakan koloni Romawi dan salah satu kota pertama di Eropa yang menerima Injil melalui pelayanan Paulus. Meskipun Paulus menulis dari penjara, surat ini dipenuhi dengan sukacita dan dorongan yang kuat bagi jemaat Filipi untuk hidup sesuai dengan panggilan mereka sebagai pengikut Kristus. Filipi 3:1-21 secara khusus mengarahkan pembaca pada fokus hidup Kristen dan pengertian sejati mengenai kebenaran dan hubungan yang dalam dengan Kristus.
Ayat penting:
"Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus." (Filipi 3:7 TB)
Menurut William Barclay dalam "The Letters to the Philippians, Colossians, and Thessalonians," Paulus menggunakan kata "rugi" di sini sebagai cara untuk menunjukkan bahwa segala prestasi atau pencapaian manusiawi yang ia miliki sebelumnya kini dianggap tidak berarti dibandingkan dengan hubungan yang ia miliki dengan Kristus. Hal ini menunjukkan transformasi nilai dalam hidup Paulus dan mengajarkan kepada kita untuk menempatkan nilai yang lebih tinggi pada hubungan kita dengan Allah daripada pada pencapaian duniawi.
2. Pengenalan akan Kristus sebagai Tujuan Utama (Filipi 3:7-11)
Pengenalan akan Kristus adalah tema utama dalam Filipi 3:7-11, di mana Paulus menjelaskan bahwa segala sesuatu yang pernah ia anggap berharga kini dianggapnya sebagai “sampah” demi pengenalan akan Kristus.
"Aku ingin mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya." (Filipi 3:10 TB)
Teolog John Stott dalam bukunya "The Cross of Christ" menyatakan bahwa Paulus tidak hanya sekadar ingin mengenal fakta tentang Kristus, tetapi ia ingin mengalami hubungan yang penuh dengan Kristus dalam setiap aspek kehidupannya, termasuk dalam penderitaan dan kemuliaan kebangkitan-Nya. Bagi Paulus, pengenalan akan Kristus melampaui intelektualitas dan menyentuh pengalaman yang sangat pribadi dan penuh pengorbanan.
R.C. Sproul dalam "Knowing Scripture" menekankan bahwa pengenalan akan Kristus merupakan dasar dari hidup Kristen yang sejati. Mengenal Kristus tidak hanya berarti tahu siapa Dia, tetapi juga hidup dalam kebenaran-Nya, membiarkan diri diubah oleh kuasa kebangkitan-Nya, dan ikut ambil bagian dalam penderitaan-Nya. Dengan demikian, tujuan utama dari hidup Kristen adalah berfokus pada pertumbuhan dalam pengenalan dan hubungan yang mendalam dengan Kristus.
3. Menanggalkan Hal-Hal Duniawi untuk Mengejar Tujuan Kristen (Filipi 3:3-8)
Paulus menjelaskan bahwa ia tidak lagi menaruh kepercayaan pada prestasi atau ketaatan pada hukum Taurat untuk memperoleh keselamatan. Setelah bertemu dengan Kristus, ia melihat bahwa semua pencapaiannya tidak memiliki nilai dibandingkan dengan pengenalan akan Kristus.
"Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus." (Filipi 3:7 TB)
Timothy Keller dalam "The Reason for God" menjelaskan bahwa tujuan hidup Kristen mencakup pengorbanan kepercayaan diri manusiawi dan hal-hal duniawi. Keller berpendapat bahwa seorang Kristen harus menaruh seluruh kepercayaan mereka pada Kristus, bukan pada prestasi, identitas, atau kepentingan pribadi. Paulus memberikan contoh bagaimana melepaskan hal-hal yang dianggap berharga demi memperoleh sesuatu yang jauh lebih besar, yaitu Kristus.
Menurut Jerry Bridges dalam "The Pursuit of Holiness," orang Kristen harus rela menanggalkan segala sesuatu yang menghalangi hubungan mereka dengan Kristus. Dengan demikian, kita diminta untuk menilai kembali prioritas hidup kita dan memastikan bahwa setiap tujuan, tindakan, dan keputusan kita diarahkan untuk mencapai pengenalan yang lebih dalam akan Kristus.
4. Melupakan Masa Lalu dan Berlari pada Panggilan Surgawi (Filipi 3:12-14)
Dalam Filipi 3:12-14, Paulus mengajarkan pentingnya melupakan masa lalu, termasuk keberhasilan dan kegagalan, serta berlari dengan tekun untuk mencapai panggilan surgawi. Dengan penuh semangat, Paulus mengajak orang Kristen untuk fokus pada masa depan yang telah dijanjikan Allah.
"Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14 TB)
Teolog William Barclay berpendapat bahwa dalam ayat ini, Paulus menyampaikan bahwa hidup Kristen adalah perjalanan ke depan. Masa lalu, entah baik atau buruk, tidak boleh menjadi penghalang untuk mencapai masa depan di dalam Kristus. Hidup Kristen adalah perlombaan yang membutuhkan fokus yang jelas dan tekad yang kuat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu persatuan kekal dengan Kristus.
Dietrich Bonhoeffer dalam "The Cost of Discipleship" mengajarkan bahwa seorang Kristen harus terus berlari, meninggalkan masa lalu dan mengarahkan pandangan kepada panggilan Kristus. Menurut Bonhoeffer, masa lalu tidak boleh menjadi beban yang menghalangi kemajuan spiritual, melainkan harus dilepaskan agar kita dapat menjalani kehidupan yang penuh dalam Kristus.
5. Persekutuan dalam Penderitaan sebagai Bagian dari Tujuan Hidup Kristen (Filipi 3:10)
Paulus memahami bahwa hidup Kristen juga mencakup penderitaan. Mengikuti Kristus berarti ikut serta dalam penderitaan-Nya, tetapi penderitaan ini bukanlah tanpa tujuan, melainkan cara untuk lebih mendekat kepada Kristus.
"Aku ingin mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya." (Filipi 3:10 TB)
John Piper dalam bukunya "Desiring God" menjelaskan bahwa penderitaan dalam hidup Kristen memiliki makna yang mendalam. Menurut Piper, penderitaan memberikan kesempatan untuk membuktikan kesetiaan kita kepada Kristus dan menunjukkan bahwa kasih kita kepada-Nya melampaui kenyamanan dunia. Piper menegaskan bahwa penderitaan adalah bagian dari proses pemurnian iman dan mendekatkan kita pada tujuan akhir kita, yaitu persekutuan dengan Kristus.
6. Kewarganegaraan Surga sebagai Pengharapan Akhir (Filipi 3:20-21)
Di akhir pasal ini, Paulus mengingatkan jemaat bahwa mereka adalah warga kerajaan Allah, yang berarti bahwa mereka tidak hidup untuk dunia ini tetapi untuk kerajaan yang akan datang. Orang percaya menantikan kedatangan Kristus yang kedua kali dan pengubahan tubuh fana mereka menjadi tubuh yang mulia.
"Karena kewarganegaraan kita adalah di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini." (Filipi 3:20-21 TB)
N.T. Wright dalam bukunya "Surprised by Hope" menjelaskan bahwa hidup Kristen adalah hidup dengan perspektif kekekalan. Hidup di bumi hanyalah sementara, dan tujuan akhir kita adalah kehidupan yang kekal bersama Tuhan. Kewarganegaraan surga mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah persiapan untuk kekekalan, di mana kita akan berdiam bersama Kristus.
R.C. Sproul dalam "Everyone’s a Theologian" menegaskan bahwa orang Kristen harus mengarahkan hidup mereka pada tujuan kekal, yaitu persekutuan yang sempurna dengan Allah di surga. Pandangan kekekalan ini memberi kekuatan dan pengharapan dalam menghadapi tantangan duniawi, mengingat bahwa tujuan sejati kita ada dalam kerajaan Allah yang kekal.
7. Meneladani Paulus dalam Mengejar Tujuan Hidup Kristen (Filipi 3:17)
Paulus mengajak jemaat Filipi untuk meneladani hidupnya yang sepenuhnya diarahkan kepada Kristus dan menjadikan Kristus sebagai pusat dari segala sesuatu.
"Jadilah pengikutku, saudara-saudara, dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu." (Filipi 3:17 TB)
Dalam "The MacArthur New Testament Commentary: Philippians," John MacArthur menekankan bahwa Paulus adalah teladan nyata bagi orang percaya tentang bagaimana mengejar tujuan hidup Kristen dengan ketekunan dan kesetiaan. Menurut MacArthur, mengikuti teladan Paulus berarti hidup dalam kesetiaan kepada Kristus, tidak tergoda oleh hal-hal duniawi, dan berfokus pada tujuan akhir di dalam Kristus.
8. Praktik Hidup Kristen dalam Mencapai Tujuan
Bagian ini mengajarkan bahwa tujuan hidup Kristen adalah untuk mengenal Kristus dan hidup sesuai dengan teladan-Nya. Paulus memberikan panduan praktis bagi orang percaya untuk terus maju dalam perjalanan iman mereka.
a) Membaca dan Merenungkan Firman Tuhan
Menjadi akrab dengan Firman Tuhan adalah cara utama untuk mengenal dan memahami Kristus. Mazmur 119:105 menyatakan bahwa Firman Tuhan adalah "pelita bagi kakiku." Dengan membaca dan merenungkan Firman setiap hari, kita mengarahkan hidup kita pada kehendak Tuhan.
b) Berdoa dan Menjaga Hubungan dengan Tuhan
Doa adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjaga hubungan dengan-Nya. Dalam Filipi 4:6, Paulus mendorong jemaat untuk "janganlah khawatir tentang apa pun, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa."
c) Mengikuti Teladan Yesus dan Paulus
Mengikuti teladan Paulus berarti hidup dengan fokus pada Kristus, bahkan di tengah tantangan. Dengan meneladani Yesus dan Paulus, kita memahami cara hidup yang benar-benar diarahkan pada Kristus.
d) Menjalani Hidup dengan Perspektif Kekekalan
Paulus mengingatkan bahwa kewarganegaraan kita ada di surga. Dengan hidup berdasarkan perspektif kekekalan, kita tidak terjebak dalam hal-hal duniawi tetapi selalu berfokus pada tujuan hidup kekal bersama Tuhan.
Kesimpulan: Tujuan Hidup Kristen dalam Filipi 3:1-21
Filipi 3:1-21 memberikan pengajaran mendalam mengenai tujuan hidup Kristen yang sejati, yaitu mengenal Kristus, hidup dalam kekudusan, dan mempersiapkan diri untuk hidup kekal bersama-Nya. Paulus menekankan pentingnya menanggalkan hal-hal duniawi, melupakan masa lalu, dan berlari kepada tujuan surgawi yang telah dijanjikan Allah.
Paulus menunjukkan bahwa hidup Kristen adalah perjalanan menuju keserupaan dengan Kristus, di mana setiap orang percaya dipanggil untuk terus bertekun dalam iman, bersedia menanggung penderitaan demi Kristus, dan hidup dengan perspektif kekekalan. Kewarganegaraan surga menjadi pengingat bahwa kita dipanggil untuk hidup sebagai warga kerajaan Allah, mengarahkan setiap langkah kita pada tujuan akhir yaitu persatuan kekal dengan Tuhan.
Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk hidup dengan fokus pada Kristus dan tujuan kekal yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Dengan mengikuti teladan Paulus, kita belajar untuk menjalani hidup yang mencerminkan kasih, iman, dan kesetiaan kepada Tuhan.