1 Timotius 6:17-2: Amanat Terakhir kepada Timotius: Nasihat bagi Orang Kaya
Pendahuluan:
Dalam 1 Timotius 6:17-21, Rasul Paulus menutup suratnya dengan memberikan nasihat yang mendalam kepada Timotius mengenai tanggung jawab seorang pemimpin rohani dalam menasihati orang kaya, sekaligus mengingatkan tentang pentingnya menjaga iman yang teguh. Bagian ini bukan sekadar penutup, melainkan “amanat terakhir” yang memberikan peringatan tentang bahaya kesombongan, godaan materialisme, dan betapa pentingnya untuk berpegang pada kebenaran yang kekal.Artikel ini akan mengeksplorasi amanat terakhir Paulus kepada Timotius ini, serta makna nasihat bagi orang kaya dalam konteks kekristenan.
1. Konteks 1 Timotius 6:17-21: Tantangan Materialisme dan Iman yang Setia
a. Surat Paulus kepada Timotius: Pesan untuk Menghadapi Tantangan Ajaran Palsu dan Materialisme
Surat 1 Timotius adalah surat pastoral yang bertujuan untuk membimbing Timotius dalam memimpin gereja Efesus, sebuah kota dengan tantangan besar dari segi budaya, ekonomi, dan keagamaan. Efesus adalah kota yang makmur secara ekonomi, dan materialisme mudah menyusup dalam kehidupan jemaat, membawa godaan untuk menggantikan kasih kepada Tuhan dengan cinta akan harta benda. Dalam konteks ini, Paulus memberikan arahan yang sangat spesifik kepada Timotius untuk memberi nasihat kepada orang-orang kaya dalam jemaatnya.
Menurut The Pastoral Epistles oleh George W. Knight III, Paulus memahami dampak dari harta dan materialisme terhadap iman dan kehidupan Kristen. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya orang kaya untuk menjalani hidup yang tidak terikat pada kekayaan, tetapi memiliki kasih yang tulus kepada Allah dan sesama.
b. Nasihat Paulus kepada Orang Kaya
Paulus memberi arahan yang jelas mengenai bagaimana seharusnya orang kaya hidup. Dalam bagian akhir suratnya, Paulus menasihati Timotius untuk menegur orang kaya agar mereka tidak bersandar pada kekayaan yang fana, melainkan pada Allah yang memberi segala sesuatu. Menurut Systematic Theology oleh Wayne Grudem, kekayaan bukanlah sesuatu yang intrinsik buruk, namun cinta terhadap kekayaan yang menyebabkan seseorang berpaling dari Allah.
Nasihat Paulus bertujuan untuk mengingatkan bahwa kekayaan hanya bersifat sementara dan bahwa tujuan hidup seorang Kristen seharusnya difokuskan pada kekekalan, bukan hanya pada kenyamanan duniawi.
2. Nasihat bagi Orang Kaya dalam 1 Timotius 6:17-19
Dalam ayat 17-19, Paulus memberikan tiga nasihat utama kepada orang kaya yang berfokus pada sikap hati, tindakan nyata, dan tujuan hidup yang sejati.
a. Jangan Tinggi Hati dan Jangan Mengandalkan Kekayaan
Paulus memulai nasihatnya dengan mengingatkan orang kaya agar tidak sombong dan tidak menaruh harapan pada kekayaan. Kekayaan bisa dengan mudah membuat seseorang menjadi tinggi hati, merasa superior, dan bergantung pada harta sebagai sumber keamanannya. Dalam Knowing God oleh J.I. Packer, dikatakan bahwa kesombongan adalah musuh rohani yang kuat, yang sering kali membuat seseorang menaruh kepercayaan pada dirinya sendiri dan bukan pada Tuhan.
Orang kaya diingatkan bahwa harta adalah sesuatu yang fana dan tidak bisa menjadi sumber harapan yang kekal. Ketika seseorang menaruh kepercayaannya pada kekayaan, ia akan cepat merasa puas dengan hal-hal duniawi dan melupakan ketergantungan kepada Allah. Kekayaan bersifat sementara, dan hanya Allah yang memberikan kekuatan, harapan, dan ketenangan sejati dalam hidup.
b. Mengandalkan Allah sebagai Sumber Segala Kebaikan
Paulus mengarahkan orang kaya untuk bersandar pada Allah yang menyediakan segala sesuatu dengan limpah. Allah adalah sumber berkat dan kebaikan yang sejati, bukan harta benda. Institutes of the Christian Religion oleh John Calvin menekankan bahwa Allah adalah sumber dari segala yang baik, dan setiap berkat yang diterima harus diakui sebagai anugerah-Nya, bukan karena kekuatan atau usaha manusia semata.
Orang kaya diundang untuk menikmati berkat dari Allah dengan sikap hati yang bersyukur dan menggunakannya dengan bijaksana. Kekayaan tidak seharusnya menjadi tujuan hidup tetapi alat untuk memuliakan Allah dan memberkati orang lain.
c. Berbuat Baik, Menjadi Kaya dalam Kebajikan
Paulus melanjutkan dengan nasihat agar orang kaya menjadi “kaya dalam kebajikan.” Ini berarti mereka didorong untuk menggunakan harta mereka dalam pelayanan dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Dalam The Cost of Discipleship oleh Dietrich Bonhoeffer, dinyatakan bahwa iman Kristen sejati ditandai oleh perbuatan kasih yang nyata, di mana berkat materi diberikan untuk memuliakan Tuhan dan mengasihi sesama.
Orang kaya dipanggil untuk menggunakan harta mereka sebagai sarana untuk melakukan kebaikan, menjadi berkat bagi orang lain, dan menumpuk “harta di surga” (Matius 6:20). Dengan berbuat baik dan berbagi, mereka sedang membangun harta yang abadi yang tidak akan hilang atau binasa.
3. Makna Teologis dari Nasihat Paulus kepada Orang Kaya
a. Kekayaan sebagai Tanggung Jawab, Bukan Hak Pribadi
Teologi Kristen mengajarkan bahwa kekayaan adalah tanggung jawab, bukan hak mutlak. Setiap berkat materi diberikan Allah bukan untuk kepentingan pribadi semata tetapi untuk melayani dan memperluas kerajaan Allah. Dalam The Treasure Principle oleh Randy Alcorn, dijelaskan bahwa setiap harta benda yang kita miliki adalah milik Allah, dan kita hanyalah pengelola yang dipercayakan untuk menggunakan kekayaan dengan bijaksana.
Kekayaan yang dipercayakan kepada orang percaya harus digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip alkitabiah. Hal ini mencakup pemberian kepada mereka yang membutuhkan, mendukung pekerjaan gereja, serta melakukan kebaikan yang memuliakan nama Tuhan. Kekayaan yang dipergunakan untuk tujuan mulia ini akan memberikan dampak kekal, sebaliknya, kekayaan yang digunakan untuk kepentingan pribadi yang egois tidak akan memberi manfaat di kehidupan kekal.
b. Kekayaan dan Kekudusan: Menghindari Dosa Materialisme
Nasihat Paulus menekankan bahwa kekayaan bukanlah tujuan hidup orang Kristen, dan ketertarikan pada harta duniawi harus dihindari. Orang Kristen dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, yang berarti tidak terikat atau terobsesi dengan harta benda. Dalam The Holiness of God oleh R.C. Sproul, dijelaskan bahwa kekudusan adalah panggilan bagi setiap orang percaya untuk hidup sesuai dengan standar Allah, termasuk dalam cara mereka mengelola kekayaan.
Kekayaan sering kali membawa godaan untuk berfokus pada kenikmatan duniawi, tetapi orang percaya dipanggil untuk menjaga hatinya tetap murni dan tidak tergoda oleh daya tarik dunia ini. Dengan hidup dalam kekudusan, seorang Kristen dapat melihat kekayaan sebagai sarana untuk melayani Allah dan menghindari ikatan terhadap materi yang dapat menimbulkan dosa.
c. Mengandalkan Tuhan dalam Segala Hal
Paulus menegaskan bahwa Allah adalah sumber segala kebaikan dan satu-satunya tempat yang layak untuk menaruh harapan. Mengandalkan Tuhan berarti mempercayai-Nya dalam segala aspek hidup, termasuk dalam pengelolaan kekayaan. Ketika seseorang menaruh kepercayaannya pada Tuhan, ia tidak akan mudah tergoda untuk menggantungkan hidupnya pada harta duniawi yang sementara.
The Knowledge of the Holy oleh A.W. Tozer menekankan bahwa pengenalan akan Tuhan membuat seseorang memiliki perspektif yang benar tentang hidup, di mana Tuhan menjadi pusat dari segala sesuatu. Mengandalkan Tuhan memberikan ketenangan, kekuatan, dan arah yang sejati dalam hidup, jauh melampaui kekayaan duniawi yang tidak abadi.
4. Amanat Terakhir bagi Timotius dalam 1 Timotius 6:20-21: Menjaga Amanat dengan Iman yang Teguh
Di akhir suratnya, Paulus memberikan amanat terakhir kepada Timotius untuk menjaga apa yang telah dipercayakan kepadanya. Ini adalah peringatan agar Timotius memelihara kebenaran firman Tuhan dan menjaga kemurnian ajaran yang ia pegang.
a. Menjaga Amanat yang Diberikan
Paulus mengatakan kepada Timotius, “peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu” (1 Timotius 6:20). “Amanat” ini adalah Injil dan pengajaran yang benar yang telah dipercayakan kepada Timotius sebagai pemimpin rohani. Menurut The Epistle of Paul to Timothy and Titus oleh William Hendriksen, menjaga amanat adalah panggilan bagi pemimpin gereja untuk memelihara kemurnian iman dan tidak terpengaruh oleh ajaran palsu.
Timotius dipanggil untuk tetap setia pada ajaran yang benar dan tidak berkompromi terhadap pengajaran yang salah, meskipun menghadapi tekanan dari dunia di sekitarnya. Amanat ini juga relevan bagi setiap orang Kristen yang harus menjaga kebenaran Injil dalam hidupnya.
b. Menjauhi Perdebatan yang Tidak Berguna
Paulus menasihati Timotius untuk menjauhi “perdebatan yang kosong” dan “pertentangan dari apa yang disebut pengetahuan” (1 Timotius 6:20). Banyak orang pada masa itu yang terlibat dalam argumen dan perdebatan teologis yang tidak membangun, hanya menimbulkan kebingungan dan perpecahan dalam gereja. The Gospel According to Paul oleh John MacArthur menyebutkan bahwa perdebatan kosong tidak memberikan nilai rohani, melainkan hanya mengalihkan perhatian dari kebenaran.
Timotius diingatkan untuk fokus pada pengajaran yang benar dan tidak terjebak dalam argumen yang tidak berguna. Hal ini penting bagi pemimpin rohani agar tetap berfokus pada panggilan Allah dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang tidak bermanfaat bagi pertumbuhan rohani jemaat.
c. Setia pada Iman yang Benar
Paulus menutup suratnya dengan mengatakan, “Anugerah menyertai kamu” (1 Timotius 6:21). Ini adalah doa agar Timotius selalu dipenuhi oleh anugerah Tuhan dalam menjalani panggilannya. Menjaga iman yang benar adalah tugas yang membutuhkan kekuatan dari Tuhan dan anugerah untuk tetap teguh di tengah tantangan.
Dalam Desiring God oleh John Piper, iman yang benar adalah kepercayaan yang teguh pada Injil dan komitmen untuk hidup sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Anugerah Tuhan adalah sumber kekuatan bagi Timotius untuk mempertahankan iman dan menjaga kemurnian ajaran di tengah dunia yang penuh godaan dan ajaran palsu.
5. Relevansi Amanat Paulus kepada Timotius bagi Kehidupan Kristen Modern
a. Menggunakan Kekayaan untuk Kemuliaan Allah
Nasihat Paulus kepada orang kaya mengingatkan kita bahwa kekayaan harus digunakan untuk memuliakan Allah dan melayani sesama. Dalam masyarakat yang sangat berfokus pada materi, orang Kristen dipanggil untuk melihat kekayaan sebagai alat, bukan tujuan hidup. Orang percaya diundang untuk menjadi berkat bagi orang lain dan mempraktikkan kedermawanan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah.
b. Menjaga Kebenaran Firman Tuhan di Tengah Ajaran Palsu
Amanat Paulus agar Timotius menjaga amanat menunjukkan pentingnya memelihara kebenaran firman Tuhan di tengah banyaknya pandangan yang salah. Dalam dunia modern yang penuh dengan informasi dan opini, orang Kristen harus berpegang teguh pada kebenaran Injil dan tidak tergoda oleh ideologi atau ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab.
c. Menghindari Perdebatan yang Tidak Membangun
Paulus mengingatkan bahwa tidak semua perdebatan berguna, dan dalam dunia modern, hal ini semakin relevan. Di era media sosial, orang Kristen sering kali dihadapkan pada perdebatan yang tidak membangun. Orang percaya harus bijak dalam memilih pertempuran, fokus pada pengajaran yang benar, dan tidak terjebak dalam argumen yang tidak menambah nilai rohani.
Kesimpulan
Amanat terakhir Paulus dalam 1 Timotius 6:17-21 memberikan nasihat yang sangat mendalam tentang sikap terhadap kekayaan dan pentingnya menjaga iman yang benar. Paulus menasihati agar orang kaya tidak sombong dan tidak mengandalkan kekayaan mereka, melainkan pada Allah. Mereka diundang untuk berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, dan mempersiapkan harta kekal.
Bagi Timotius, amanat untuk menjaga apa yang dipercayakan kepadanya menunjukkan tanggung jawab besar seorang pemimpin rohani untuk mempertahankan kemurnian ajaran dan fokus pada kebenaran yang sejati. Amanat ini relevan bagi semua orang Kristen, yang dipanggil untuk menjalani hidup dengan hati yang murni, tidak tergoda oleh kekayaan atau godaan dunia, dan setia dalam iman kepada Kristus.