Kerendahan Hati: Perspektif Alkitabiah dan Teologis
Pendahuluan:
Kerendahan hati adalah salah satu nilai yang paling dijunjung tinggi dalam Kekristenan. Dalam berbagai bagian Alkitab, kerendahan hati disebut sebagai karakteristik penting yang harus dimiliki oleh setiap pengikut Kristus. Hal ini juga ditekankan oleh banyak teolog Kristen seperti Jonathan Edwards, Andrew Murray, dan A.W. Tozer yang melihat kerendahan hati sebagai fondasi dari semua kebajikan Kristen.Artikel ini akan membahas kerendahan hati dari sudut pandang teologis, mendalami ajaran Alkitab, serta menggali pandangan dari para pakar teologi tentang pentingnya nilai ini dalam kehidupan Kristen.
1. Definisi Kerendahan Hati
Kerendahan hati secara umum didefinisikan sebagai sikap hati yang tidak memandang diri sendiri lebih tinggi dari yang seharusnya. Dalam Alkitab, kerendahan hati sering kali dikaitkan dengan kesadaran akan ketergantungan manusia pada Allah dan pengakuan bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari-Nya.
Perspektif Alkitab
- Mikha 6:8: "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"
Ayat ini menekankan bahwa hidup dalam kerendahan hati adalah salah satu tuntutan Allah bagi umat-Nya. - Filipi 2:3: "Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya, hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri."
Perspektif Teologis
Andrew Murray, dalam bukunya Humility: The Beauty of Holiness, menggambarkan kerendahan hati sebagai “pengakuan sepenuhnya bahwa kita tidak memiliki apa-apa, mengetahui apa-apa, dan tidak dapat berbuat apa-apa tanpa Allah.” Murray menekankan bahwa kerendahan hati adalah inti dari hubungan kita dengan Allah dan sesama.
Jonathan Edwards, dalam karya klasiknya Religious Affections, melihat kerendahan hati sebagai buah dari pekerjaan Roh Kudus. Menurut Edwards, jiwa yang rendah hati menyadari kebesaran Allah dan ketidaklayakan manusia.
2. Dasar Alkitabiah tentang Kerendahan Hati
Kerendahan hati adalah tema yang konsisten dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
a. Kerendahan Hati di Perjanjian Lama
- Mazmur 25:9: "Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada mereka."
Dalam ayat ini, pemazmur menyatakan bahwa Allah secara khusus membimbing orang yang rendah hati. - Amsal 22:4: "Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan, dan kehidupan."
b. Kerendahan Hati di Perjanjian Baru
- Matius 11:29: "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan."
Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai teladan kerendahan hati yang sempurna. - 1 Petrus 5:5: "Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: 'Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.'"
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kerendahan hati adalah salah satu sifat yang paling dihargai Allah dan menjadi syarat penting untuk menerima kasih karunia-Nya.
3. Kerendahan Hati dalam Kehidupan Yesus Kristus
Yesus adalah teladan utama kerendahan hati. Seluruh kehidupan-Nya, dari kelahiran-Nya yang sederhana hingga kematian-Nya di kayu salib, adalah bukti nyata kerendahan hati yang sempurna.
- Filipi 2:6-8:
"Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."
Dalam ayat ini, Rasul Paulus menggambarkan bagaimana Yesus meninggalkan kemuliaan surgawi dan memilih untuk melayani manusia dengan penuh kasih dan kerendahan hati.
Pandangan Teolog
A.W. Tozer, dalam bukunya The Pursuit of God, menulis bahwa "kerendahan hati Yesus adalah cermin bagi setiap orang percaya. Ia menunjukkan bahwa kekuatan sejati terletak pada kelembutan dan pengabdian."
4. Kerendahan Hati sebagai Tanggapan terhadap Allah
Kerendahan hati tidak hanya tentang bagaimana seseorang memperlakukan sesamanya, tetapi juga bagaimana seseorang merespons Allah. Dalam pengertian teologis, kerendahan hati mencakup pengakuan akan kebesaran Allah, dosa manusia, dan kebutuhan akan anugerah-Nya.
Dukungan Alkitab
- Yesaya 57:15:
"Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selama-lamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: 'Aku bersemayam di tempat tinggi dan kudus, tetapi juga bersama-sama orang yang remuk hati dan rendah roh, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.'"
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah berkenan tinggal bersama orang yang rendah hati dan hancur hati.
5. Kerendahan Hati dan Relasi Antar Sesama
Kerendahan hati juga berdampak pada cara seseorang memperlakukan sesamanya. Orang yang rendah hati tidak mencari kemuliaan pribadi tetapi menghormati orang lain dan mengutamakan kepentingan bersama.
Ajaran Yesus tentang Pelayanan
- Matius 23:11-12:
"Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Yesus menegaskan bahwa kebesaran sejati terletak pada kerendahan hati dan pelayanan kepada orang lain.
Contoh dalam Kisah Rasul
Para rasul menunjukkan teladan kerendahan hati dalam pelayanan mereka. Paulus, misalnya, menyebut dirinya "yang paling hina di antara rasul-rasul" (1 Korintus 15:9) dan menekankan bahwa segala pencapaiannya adalah karena kasih karunia Allah.
6. Tantangan dalam Mempraktikkan Kerendahan Hati
Meskipun kerendahan hati adalah sifat yang mulia, mempraktikkannya tidak selalu mudah. Dosa sering kali mengarahkan manusia kepada kesombongan dan egoisme. Tantangan utama dalam mempraktikkan kerendahan hati adalah:
- Kesombongan Diri: Banyak orang cenderung membanggakan prestasi atau kekayaan mereka.
- Pengaruh Dunia: Budaya dunia sering kali mengagungkan kekuasaan, keberhasilan, dan status sosial yang tinggi.
Solusi Teologis
Andrew Murray menekankan bahwa kerendahan hati sejati hanya dapat dicapai melalui hubungan yang mendalam dengan Allah. Dalam doa dan penyembahan, manusia diingatkan akan kebesaran Allah dan keterbatasan dirinya.
7. Berkat dari Kerendahan Hati
Kerendahan hati membawa banyak berkat, baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama.
a. Mendapat Kasih Karunia Allah
- Yakobus 4:6: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
b. Hidup dalam Damai
Orang yang rendah hati cenderung hidup dalam damai dengan sesama karena mereka tidak mencari perselisihan atau pujian pribadi.
c. Pertumbuhan Rohani
Kerendahan hati memungkinkan seseorang untuk menerima teguran, belajar dari kesalahan, dan bertumbuh dalam iman.
8. Perspektif Para Teolog tentang Kerendahan Hati
a. Andrew Murray
Dalam bukunya Humility: The Beauty of Holiness, Murray menyebut kerendahan hati sebagai "akar dari semua kebajikan Kristen." Ia percaya bahwa kerendahan hati memungkinkan orang percaya untuk hidup dalam keselarasan dengan kehendak Allah.
b. C.S. Lewis
C.S. Lewis, dalam Mere Christianity, menyatakan bahwa "kerendahan hati bukanlah berpikir lebih rendah tentang diri sendiri, tetapi berpikir lebih sedikit tentang diri sendiri."
Kesimpulan
Kerendahan hati adalah karakter Kristen yang sangat penting dan menjadi inti dari kehidupan yang berkenan kepada Allah. Melalui kerendahan hati, manusia mengakui ketergantungan mereka pada Allah dan membuka diri untuk menerima kasih karunia-Nya. Yesus Kristus adalah teladan utama dari kerendahan hati, dan orang percaya dipanggil untuk mengikuti jejak-Nya. Dengan mengandalkan Roh Kudus dan menghidupi firman Allah, kerendahan hati dapat menjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari, membawa berkat bagi diri sendiri dan orang lain. Amin.