Yohanes 5:26-27: Klaim Kesetaraan Yesus dengan Allah - Hidup yang Ada dalam Diri Sendiri
1. Makna Hidup dalam Diri Sendiri: Sifat Allah yang Mandiri
Yohanes 5:26 menegaskan bahwa Bapa memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, dan sifat ini juga diberikan kepada Anak. Ini mengacu pada konsep "aseitas" (self-existence), yaitu bahwa Allah tidak bergantung pada siapa pun atau apa pun untuk eksistensi-Nya. Teolog Wayne Grudem dalam Systematic Theology menyebutkan bahwa aseitas adalah salah satu atribut unik Allah yang menunjukkan kemandirian dan kekekalan-Nya.
Aseitas Kristus: Bukti Keilahian
Yesus mengklaim bahwa hidup yang ada dalam diri-Nya berasal dari Bapa, tetapi ini tidak mengurangi keilahian-Nya. Dalam konteks Trinitas, hidup ini diberikan kepada Yesus sebagai bagian dari hubungan kekal antara Bapa dan Anak. Menurut D.A. Carson dalam The Gospel According to John, pernyataan ini bukan hanya menunjuk pada otoritas Yesus, tetapi juga mempertegas bahwa Yesus berbagi esensi ilahi yang sama dengan Bapa.
Konsep Alkitabiah tentang Hidup dalam Diri Sendiri
Hidup dalam diri sendiri juga ditegaskan dalam Yohanes 1:4: “Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang bagi manusia.” Hidup yang ada dalam Yesus bukanlah hidup yang diterima dari luar, tetapi hidup yang bersumber dari keberadaan-Nya sendiri sebagai Allah.
2. Kuasa Penghakiman: Yesus sebagai Hakim yang Adil
Yohanes 5:27 melanjutkan klaim Yesus dengan menyatakan bahwa Bapa memberikan kuasa kepada Anak untuk menjalankan penghakiman. Ini menegaskan bahwa Yesus tidak hanya memiliki otoritas atas kehidupan, tetapi juga atas kematian dan penghakiman.
Yesus sebagai Hakim
Penghakiman adalah atribut yang secara tradisional dikaitkan dengan Allah. Teolog John MacArthur dalam The MacArthur New Testament Commentary menjelaskan bahwa kuasa penghakiman ini diberikan kepada Yesus karena Dia adalah Anak Manusia, yang artinya Dia memiliki pemahaman penuh tentang kemanusiaan sekaligus otoritas ilahi untuk menegakkan keadilan.
Anak Manusia: Gelar yang Unik
Gelar "Anak Manusia" yang digunakan Yesus sering kali merujuk pada nubuat dalam Daniel 7:13-14, di mana seorang seperti Anak Manusia diberikan kekuasaan, kemuliaan, dan kerajaan yang kekal. N.T. Wright dalam Simply Jesus menekankan bahwa gelar ini menghubungkan Yesus dengan peran mesianik sebagai Hakim yang akan menegakkan keadilan Allah.
3. Kesetaraan Yesus dengan Allah: Perspektif Teologis
Yesus mengklaim memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri dan kuasa penghakiman. Kedua atribut ini memperkuat kesetaraan-Nya dengan Allah. Dalam teologi Kristen, kesetaraan ini menjadi dasar iman bahwa Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia.
Yesus dalam Relasi dengan Bapa
Dalam Yohanes 10:30, Yesus menyatakan, "Aku dan Bapa adalah satu." Pernyataan ini menunjukkan kesatuan esensi antara Bapa dan Anak. Menurut teolog R.C. Sproul dalam Knowing God, relasi antara Bapa dan Anak bukanlah relasi subordinasi, melainkan relasi kesetaraan yang penuh kasih.
Yesus sebagai Sumber Kehidupan Kekal
Kesetaraan Yesus dengan Allah ditegaskan melalui peran-Nya sebagai pemberi hidup kekal. Dalam Yohanes 14:6, Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup.” Ini menegaskan bahwa hanya melalui Yesus seseorang dapat menerima hidup kekal.
4. Hidup dalam Diri Sendiri: Kontras dengan Manusia
Hidup dalam diri sendiri adalah atribut yang hanya dimiliki Allah. Manusia, sebaliknya, bergantung sepenuhnya pada Allah untuk keberadaannya. Teolog C.S. Lewis dalam Mere Christianity menyebutkan bahwa Allah sebagai sumber kehidupan adalah dasar dari eksistensi manusia. Manusia tidak memiliki hidup dalam dirinya sendiri, tetapi menerima hidup dari Allah melalui Kristus.
Kebutuhan Manusia akan Kristus
Yohanes 15:5 menggambarkan ketergantungan manusia kepada Kristus: “Aku adalah pokok anggur, kamu adalah ranting-rantingnya.” Hidup manusia tidak dapat berlangsung tanpa hubungan yang erat dengan Kristus, Sang Sumber Kehidupan.
5. Relevansi Yohanes 5:26-27 bagi Kehidupan Kristen
Pesan dalam Yohanes 5:26-27 memiliki relevansi yang mendalam bagi kehidupan Kristen. Ayat ini tidak hanya menunjukkan keilahian Yesus, tetapi juga memberikan dasar untuk hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah.
Penghiburan dalam Keilahian Kristus
Kesetaraan Yesus dengan Allah memberikan penghiburan kepada orang percaya bahwa hidup mereka berada dalam tangan Allah yang kekal dan mandiri. Teolog John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa hidup dalam Kristus memberikan jaminan kekal karena bersumber dari Allah yang tidak pernah berubah.
Panggilan untuk Menyerahkan Hidup kepada Kristus
Karena Yesus memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, orang percaya dipanggil untuk menyerahkan hidup mereka kepada-Nya. Dalam Roma 12:1, Paulus mengingatkan kita untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah.
Yesus sebagai Hakim yang Adil
Fakta bahwa Yesus diberikan kuasa untuk menghakimi memberikan pengharapan bahwa keadilan akan ditegakkan. Namun, hal ini juga menjadi peringatan bagi manusia untuk hidup dalam kebenaran. Penghakiman-Nya akan didasarkan pada keadilan Allah, yang penuh kasih tetapi juga tidak mentoleransi dosa.
6. Implikasi Teologis: Hubungan dengan Trinitas
Yohanes 5:26-27 juga mempertegas doktrin Trinitas, di mana Bapa, Anak, dan Roh Kudus berbagi esensi yang sama tetapi memiliki peran yang berbeda.
Kesatuan dalam Trinitas
Wayne Grudem dalam Systematic Theology menekankan bahwa meskipun Bapa memberikan hidup kepada Anak, ini tidak berarti Anak lebih rendah dari Bapa. Sebaliknya, pemberian ini mencerminkan kasih dan kesatuan yang sempurna dalam Trinitas.
Peran Kristus dalam Trinitas
Sebagai Anak, Yesus memiliki peran unik dalam menyatakan kehadiran Allah kepada dunia dan membawa manusia kembali kepada-Nya. Kuasa-Nya untuk memberikan hidup dan menjalankan penghakiman menunjukkan bahwa Kristus adalah perwujudan kasih dan keadilan Allah.
Kesimpulan
Yohanes 5:26-27 adalah pengakuan luar biasa akan keilahian Yesus dan kesetaraan-Nya dengan Allah. Melalui hidup yang ada dalam diri-Nya sendiri dan kuasa penghakiman yang diberikan kepada-Nya, Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang kekal, mandiri, dan berdaulat atas kehidupan dan kematian.
Baca Juga: Yohanes 5:24-25: Klaim Kesetaraan Yesus dengan Allah dalam Memberikan Hidup Kekal
Pesan ini mengingatkan kita akan pentingnya menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Kristus, yang adalah sumber kehidupan kekal. Dengan memahami keilahian Yesus, kita diajak untuk hidup dalam iman yang teguh dan pengharapan yang pasti kepada-Nya, Sang Hakim yang adil dan penuh kasih.