Yohanes 5:31-36 - Kesaksian Yohanes Pembaptis: Pelita Bagi Kristus
Pendahuluan
Yohanes 5:31-36 mengungkapkan argumen kuat Yesus mengenai otoritas-Nya, dengan menegaskan bahwa Dia memiliki kesaksian dari berbagai pihak yang mendukung klaim-Nya sebagai Anak Allah. Salah satu kesaksian penting adalah dari Yohanes Pembaptis. Ayat-ayat ini menjadi landasan teologis yang signifikan dalam memahami identitas Yesus dan otoritas-Nya.Artikel ini mengeksplorasi pandangan beberapa pakar teologi mengenai kesaksian Yohanes Pembaptis sebagai bagian dari kesaksian empat lipat dalam Yohanes 5:31-36. Fokus akan diberikan pada kontribusi teologis dan relevansi praktis kesaksian tersebut dalam kehidupan Kristen.
1. Konteks Yohanes 5:31-36
Untuk memahami makna teks ini, penting melihat konteks keseluruhan Yohanes 5. Yesus, setelah menyembuhkan orang lumpuh di kolam Betesda pada hari Sabat, menghadapi pertentangan dari pemimpin Yahudi. Dia kemudian memberikan pembelaan teologis tentang otoritas-Nya yang melampaui tradisi agama Yahudi.
Dalam Yohanes 5:31-36, Yesus menyebutkan bahwa klaim-Nya bukanlah dari diri-Nya sendiri tetapi didukung oleh kesaksian yang sah. Empat kesaksian utama yang disebutkan adalah:
- Kesaksian Bapa.
- Kesaksian Yohanes Pembaptis.
- Mukjizat-mukjizat Yesus.
- Kitab Suci (khususnya nubuat tentang Mesias).
Dari keempat kesaksian ini, Yohanes Pembaptis memainkan peran penting sebagai saksi awal yang mengarahkan orang kepada Yesus.
2. Yohanes Pembaptis sebagai Saksi
Yesus berkata dalam Yohanes 5:33-35:
"Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes, dan ia telah bersaksi tentang kebenaran. Tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, melainkan Aku mengatakan ini supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan bercahaya, dan kamu hanya untuk seketika saja ingin menikmati cahayanya."
A. Kesaksian tentang Kebenaran
Menurut Andreas Köstenberger, Yohanes Pembaptis berfungsi sebagai saksi kebenaran yang memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yohanes 1:29). Kesaksiannya mempertegas identitas Yesus sebagai Mesias dan pembawa keselamatan.
D.A. Carson menambahkan bahwa kesaksian Yohanes Pembaptis bukan sekadar opini manusia tetapi merupakan pengakuan yang diinspirasikan oleh Allah. Yohanes Pembaptis menjadi jembatan antara nubuat Perjanjian Lama tentang Mesias dan penggenapannya dalam diri Yesus.
B. Pelita yang Menyala dan Bercahaya
Yesus menggambarkan Yohanes sebagai “pelita yang menyala dan bercahaya.” Dalam tafsiran Leon Morris, pelita ini melambangkan tugas Yohanes Pembaptis untuk menerangi jalan bagi kedatangan Yesus. Namun, pelita ini hanya bersinar sementara, menegaskan bahwa Yohanes hanyalah pendahulu, bukan pusat dari rencana keselamatan Allah.
Menurut John MacArthur, penggambaran ini juga menegaskan pentingnya kesaksian Yohanes tetapi tetap menempatkan Yesus sebagai terang yang sejati (Yohanes 1:9).
3. Kesaksian Yohanes Pembaptis dalam Perspektif Teologi
A. Relasi dengan Nubuat Perjanjian Lama
Yohanes Pembaptis bukanlah sosok yang muncul tanpa konteks. Perannya telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, terutama dalam Maleakhi 3:1 dan Yesaya 40:3, sebagai suara yang berseru-seru di padang gurun untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan.
William Barclay menyebutkan bahwa dengan menyebut Yohanes Pembaptis sebagai saksi, Yesus menunjukkan bahwa kedatangan-Nya adalah penggenapan dari janji-janji Allah yang dinantikan. Yohanes menjadi tokoh penting yang menghubungkan nubuat Perjanjian Lama dengan realitas Injil.
B. Kesaksian sebagai Bagian dari Rencana Allah
Menurut Augustine, kesaksian Yohanes Pembaptis bukanlah sekadar pengakuan manusia biasa. Allah telah memilih Yohanes untuk menjadi saksi pertama bagi Yesus. Augustine menegaskan bahwa kesaksian ini memiliki bobot ilahi karena dirancang dalam rencana penyelamatan Allah.
4. Signifikansi Kesaksian Yohanes Pembaptis
A. Kesaksian yang Membangun Iman
Yesus menyatakan bahwa Dia tidak membutuhkan kesaksian dari manusia, tetapi Dia menyebutkan Yohanes Pembaptis agar orang-orang yang mendengarnya dapat diselamatkan (Yohanes 5:34). Ini menunjukkan bahwa kesaksian Yohanes Pembaptis memiliki tujuan misioner, yaitu untuk memimpin orang kepada Yesus.
Frederick Bruner menjelaskan bahwa pernyataan ini menunjukkan hati Yesus yang ingin menyelamatkan semua orang. Kesaksian Yohanes digunakan untuk membangun iman, terutama bagi orang-orang Yahudi yang akrab dengan pelayanan Yohanes Pembaptis.
B. Kesaksian sebagai Contoh Kesetiaan
Kesaksian Yohanes juga mencerminkan keberanian dan kesetiaan kepada Allah meskipun menghadapi tantangan besar. Yohanes bersedia menyampaikan kebenaran, bahkan dengan risiko kehilangan nyawanya.
Timothy Keller menyoroti aspek ini sebagai pengingat bagi umat Kristen untuk menjadi saksi Kristus dengan keberanian, walaupun dunia sering kali tidak menerima kesaksian tersebut.
5. Implikasi Praktis Kesaksian Yohanes Pembaptis
A. Panggilan untuk Bersaksi
Kesaksian Yohanes Pembaptis mengajarkan umat Kristen tentang pentingnya bersaksi bagi Kristus. Sama seperti Yohanes yang menjadi pelita yang bersinar, setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi terang di dunia (Matius 5:14-16).
Menurut Dietrich Bonhoeffer, kesaksian Yohanes mengingatkan kita bahwa bersaksi bagi Kristus membutuhkan kerendahan hati dan fokus pada Yesus, bukan pada diri sendiri. Yohanes dengan jelas berkata, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yohanes 3:30).
B. Penguatan Iman dalam Janji Allah
Kesaksian Yohanes juga mengingatkan umat Kristen bahwa janji-janji Allah tidak pernah gagal. Yohanes adalah bukti hidup bahwa Allah selalu menggenapi rencana-Nya sesuai dengan waktu-Nya.
6. Relevansi Eskatologis Kesaksian Yohanes Pembaptis
A. Menunjuk pada Kedatangan Kristus
Kesaksian Yohanes tidak hanya relevan dalam konteks sejarah tetapi juga memiliki dimensi eskatologis. Yohanes menyiapkan jalan bagi kedatangan pertama Kristus, tetapi umat Kristen hari ini dipanggil untuk bersaksi sambil menantikan kedatangan-Nya yang kedua.
Michael Horton dalam bukunya The Christian Faith menyebutkan bahwa peran Yohanes Pembaptis menjadi pola bagi gereja dalam tugas penginjilan. Gereja dipanggil untuk mempersiapkan dunia bagi penggenapan akhir rencana Allah.
B. Penekanan pada Hakim yang Akan Datang
Kesaksian Yohanes juga mengingatkan bahwa Yesus bukan hanya Mesias yang penuh kasih tetapi juga Hakim yang akan datang. Yohanes memperingatkan orang banyak tentang pentingnya pertobatan karena Kerajaan Allah sudah dekat (Matius 3:2).
Menurut Herman Ridderbos, kesaksian ini memiliki relevansi abadi, karena mengingatkan manusia akan tanggung jawab mereka di hadapan Allah yang kudus.
7. Kesaksian Empat Lipat dalam Yohanes 5:31-36
Kesaksian Yohanes Pembaptis hanyalah satu dari empat saksi yang disebutkan oleh Yesus. Dalam konteks teologi Yohanes, keempat saksi ini memberikan bukti yang kuat dan tak terbantahkan tentang identitas dan misi Yesus.
D.A. Carson mengelompokkan keempat kesaksian ini sebagai berikut:
- Kesaksian Bapa: Otoritas Yesus berasal dari Bapa.
- Kesaksian Yohanes Pembaptis: Saksi awal yang mempersiapkan jalan.
- Mukjizat-mukjizat Yesus: Bukti nyata dari kuasa dan otoritas-Nya.
- Kitab Suci: Nubuat yang mengarah kepada Kristus.
Keempat saksi ini saling melengkapi untuk memberikan gambaran utuh tentang keilahian dan misi Yesus sebagai Mesias.
Kesimpulan
Kesaksian Yohanes Pembaptis dalam Yohanes 5:31-36 adalah elemen penting dalam pembelaan Yesus tentang otoritas-Nya. Sebagai saksi, Yohanes Pembaptis tidak hanya menegaskan identitas Yesus sebagai Mesias tetapi juga berfungsi sebagai pelita yang mempersiapkan jalan bagi-Nya.
Melalui pandangan pakar teologi seperti D.A. Carson, Leon Morris, dan Augustine, kita memahami bahwa kesaksian ini bukan sekadar opini manusia tetapi bagian dari rencana ilahi. Yohanes Pembaptis mengajarkan umat Kristen tentang pentingnya kesetiaan, kerendahan hati, dan panggilan untuk bersaksi bagi Kristus.
Sebagai pelita yang bercahaya, Yohanes Pembaptis menjadi teladan bagi umat Kristen untuk menjadi terang dunia sambil mempersiapkan kedatangan Kristus yang kedua. Semoga kesaksian ini mendorong kita untuk hidup dengan iman yang teguh dan keberanian dalam menyatakan kebenaran Kristus.