9 Kesalahpahaman tentang Kasih Allah

9 Kesalahpahaman tentang Kasih Allah

Pendahuluan:

Kasih Allah adalah salah satu doktrin paling mendalam dalam iman Kristen. Alkitab secara konsisten menyatakan bahwa Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8), dan kasih-Nya dinyatakan dengan sempurna dalam Yesus Kristus. Namun, banyak orang—termasuk orang percaya—sering salah memahami kasih Allah.

Dalam Teologi Reformed, kasih Allah tidak bisa dipisahkan dari atribut-Nya yang lain, seperti kedaulatan, keadilan, dan kekudusan. Para teolog seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Charles Spurgeon, R.C. Sproul, dan John Piper menekankan bahwa pemahaman yang benar tentang kasih Allah haruslah alkitabiah dan tidak didasarkan pada emosi atau standar manusia.

Artikel ini akan membahas 9 kesalahpahaman umum tentang kasih Allah, berdasarkan perspektif teologi Reformed, agar kita dapat menghargai dan memahami kasih Allah secara lebih mendalam sesuai dengan firman Tuhan.

1. Menganggap Kasih Allah sebagai Perasaan Emosional Semata

Banyak orang berpikir bahwa kasih Allah hanya berupa emosi yang lembut dan penuh penghiburan.

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11)

1. John Calvin: Kasih Allah Lebih dari Sekadar Perasaan

John Calvin menekankan bahwa kasih Allah bukan hanya perasaan emosional, tetapi merupakan keputusan ilahi yang aktif bekerja dalam kehidupan umat-Nya.

  • Kasih Allah adalah kasih yang berdaulat, tidak dipengaruhi oleh emosi manusia.
  • Kasih-Nya dinyatakan dalam tindakan nyata, bukan sekadar perasaan.
  • Anugerah keselamatan adalah bukti kasih Allah yang terbesar.

Kesimpulan:

Kasih Allah bukan hanya sekadar perasaan hangat, tetapi kasih yang berdaulat dan bekerja dalam rencana kekal-Nya bagi umat pilihan-Nya.

2. Berpikir bahwa Allah Mengasihi Semua Orang dengan Cara yang Sama

Banyak orang percaya bahwa kasih Allah bersifat universal dan tidak membedakan antara orang percaya dan yang tidak percaya.

"Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau." (Roma 9:13)

1. Jonathan Edwards: Kasih Allah kepada Orang Percaya Berbeda dengan Kasih Umum-Nya

Jonathan Edwards mengajarkan bahwa ada perbedaan antara kasih Allah yang umum dan kasih-Nya yang khusus:

  • Kasih umum: Allah mengasihi semua ciptaan-Nya dengan memberikan berkat umum seperti matahari dan hujan (Matius 5:45).
  • Kasih khusus: Hanya diberikan kepada umat pilihan-Nya dalam keselamatan.

Kesimpulan:

Allah memang mengasihi dunia, tetapi kasih keselamatan-Nya hanya diberikan kepada mereka yang dipilih dalam Kristus.

3. Menganggap Kasih Allah Bertentangan dengan Keadilan-Nya

Sebagian orang berpikir bahwa Allah yang penuh kasih tidak mungkin menghukum dosa.

"Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23)

1. R.C. Sproul: Kasih dan Keadilan Allah Tidak Bisa Dipisahkan

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan bahwa kasih Allah tidak bisa dipisahkan dari keadilan-Nya:

  • Allah adalah kasih, tetapi juga kudus dan adil.
  • Jika Allah tidak menghukum dosa, maka Ia bukanlah Allah yang benar.
  • Salib Kristus adalah tempat di mana kasih dan keadilan Allah bertemu secara sempurna.

Kesimpulan:

Allah tetap menghukum dosa karena kasih-Nya tidak bertentangan dengan keadilan-Nya.

4. Mengira bahwa Kasih Allah Berarti Hidup Bebas dari Penderitaan

Banyak orang percaya bahwa jika Allah mengasihi mereka, maka mereka tidak akan mengalami penderitaan.

"Dalam dunia kamu akan mengalami penderitaan. Tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 16:33)

1. Charles Spurgeon: Kasih Allah Sering Dinyatakan dalam Penderitaan

Spurgeon mengajarkan bahwa Allah sering menunjukkan kasih-Nya melalui penderitaan:

  • Penderitaan adalah alat untuk memperdalam iman kita.
  • Kasih Allah tidak berarti bebas dari pencobaan, tetapi kekuatan untuk menghadapinya.
  • Allah mendisiplinkan anak-anak-Nya sebagai tanda kasih-Nya (Ibrani 12:6).

Kesimpulan:

Penderitaan bukan tanda Allah tidak mengasihi kita, tetapi alat untuk membentuk karakter rohani kita.

5. Beranggapan bahwa Allah Mengasihi Kita karena Kita Layak Menerima Kasih-Nya

Beberapa orang berpikir bahwa mereka harus menjadi cukup baik agar Allah mengasihi mereka.

"Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8)

1. John Piper: Kasih Allah Itu Murni Anugerah, Bukan karena Perbuatan Kita

John Piper menegaskan bahwa kasih Allah sepenuhnya adalah anugerah:

  • Allah tidak mengasihi kita karena kita layak, tetapi karena Dia berdaulat.
  • Keselamatan bukan karena usaha manusia, tetapi karena kasih karunia Allah.
  • Jika kasih Allah bergantung pada kita, maka itu bukan kasih sejati.

Kesimpulan:

Kita dikasihi bukan karena kita layak, tetapi karena Allah beranugerah.

6. Berpikir bahwa Kasih Allah Hanya untuk Orang-Orang yang Baik

Beberapa orang berpikir bahwa kasih Allah hanya bagi mereka yang saleh dan taat.

"Yesus berkata: Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." (Matius 9:12)

1. Jonathan Edwards: Kasih Allah Diberikan kepada Orang Berdosa

Edwards mengajarkan bahwa Allah mengasihi orang berdosa dan menarik mereka kepada-Nya:

  • Yesus datang untuk menyelamatkan yang terhilang, bukan yang merasa diri benar.
  • Kasih Allah menjangkau yang paling hina dan berdosa.
  • Pertobatan terjadi karena kasih Allah yang bekerja dalam hati orang berdosa.

Kesimpulan:

Kasih Allah tidak hanya bagi orang baik, tetapi bagi semua yang datang kepada-Nya dengan hati yang bertobat.

7. Mengira bahwa Kasih Allah Bisa Berubah

Sebagian orang khawatir bahwa Allah akan berhenti mengasihi mereka jika mereka berbuat dosa.

"Kasih setia TUHAN tak berkesudahan, rahmat-Nya selalu baru setiap pagi." (Ratapan 3:22-23)

Kesimpulan:

Kasih Allah kepada umat-Nya adalah kasih yang kekal dan tidak berubah.

8. Menganggap Kasih Allah Sama dengan Kasih Manusia

Banyak orang membayangkan kasih Allah seperti kasih manusia yang penuh kelemahan.

R.C. Sproul: Kasih Allah Itu Sempurna dan Tak Terbatas

Sproul menekankan bahwa kasih Allah jauh lebih tinggi daripada kasih manusia.

Kesimpulan:

Kasih Allah tidak terbatas oleh emosi atau kelemahan manusia.

9. Berpikir bahwa Kita Bisa Mengendalikan Kasih Allah

Sebagian orang berpikir bahwa mereka bisa memanipulasi kasih Allah dengan perbuatan mereka.

John Calvin: Kasih Allah Berdaulat dan Tidak Bisa Dipaksakan

Calvin menegaskan bahwa kasih Allah sepenuhnya berdasarkan kehendak-Nya, bukan kehendak manusia.

Kesimpulan:

Kasih Allah adalah kasih yang berdaulat dan tidak bisa dimanipulasi oleh manusia.

Kesimpulan

Kasih Allah adalah kasih yang kekal, berdaulat, dan tidak bisa diukur dengan standar manusia. Para teolog Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Charles Spurgeon, R.C. Sproul, dan John Piper menegaskan bahwa pemahaman kita tentang kasih Allah harus didasarkan pada firman Tuhan, bukan emosi atau logika manusia.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih-Nya, menyebarkan kasih itu kepada sesama, dan tetap setia kepada-Nya dalam segala keadaan.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post