Keluaran 3:2-6: Perjumpaan Musa dengan Allah dalam Semak yang Menyala
Pendahuluan
Peristiwa perjumpaan Musa dengan Allah melalui semak belukar yang menyala tetapi tidak terbakar adalah salah satu momen paling penting dalam sejarah keselamatan. Dalam Keluaran 3:2-6, Allah menyatakan diri-Nya kepada Musa dan memanggilnya untuk menjadi pemimpin yang akan membawa Israel keluar dari perbudakan di Mesir.
"Lalu, malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dalam api yang menyala-nyala dari tengah-tengah semak belukar. Dia mengamatinya, dan lihatlah, semak belukar itu menyala-nyala dalam api, tetapi semak belukar itu tidak dilahap olehnya." (Keluaran 3:2, AYT)
Bagian ini memiliki makna teologis yang mendalam, terutama dalam doktrin Allah, panggilan ilahi, dan kekudusan-Nya, yang sangat ditekankan dalam teologi Reformed. Dalam artikel ini, kita akan membahas Keluaran 3:2-6 dengan merujuk pada pemikiran John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan Charles Hodge, serta bagaimana peristiwa ini berdampak bagi kehidupan orang percaya.
1. Semak yang Menyala tetapi Tidak Terbakar: Simbol Kehadiran Allah
John Calvin: Api sebagai Simbol Kemuliaan dan Kekudusan Allah
John Calvin dalam Commentary on Exodus menekankan bahwa api dalam semak belukar adalah manifestasi kemuliaan dan kekudusan Allah. Ia menulis:
"Allah menampakkan diri dalam api untuk menunjukkan kehadiran-Nya yang penuh kemuliaan, tetapi juga untuk menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang kudus dan harus dihormati."
Menurut Calvin, api sering digunakan dalam Alkitab untuk menggambarkan kehadiran ilahi, seperti dalam api di Gunung Sinai (Keluaran 19:18) dan tiang api yang memimpin Israel (Keluaran 13:21-22).
Herman Bavinck: Allah yang Tidak Bergantung pada Ciptaan
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyoroti bahwa semak yang tidak terbakar menunjukkan bahwa Allah tidak bergantung pada materi atau ciptaan-Nya. Ia berkata:
"Semak belukar yang tetap utuh di tengah api menunjukkan bahwa Allah tidak membutuhkan apa pun untuk eksistensi-Nya; Dia ada dalam diri-Nya sendiri, tanpa kekurangan dan tanpa berubah."
Bavinck menekankan doktrin aseity (keberadaan Allah yang independen), yang berarti bahwa Allah tidak membutuhkan dunia ini, tetapi dunia ini membutuhkan Dia.
2. Musa Berpaling untuk Melihat: Panggilan Ilahi Dimulai dengan Keingintahuan
Musa tidak langsung memahami apa yang sedang terjadi, tetapi Allah menarik perhatiannya melalui sesuatu yang luar biasa.
Louis Berkhof: Allah yang Berinisiatif dalam Panggilan
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa panggilan ilahi selalu dimulai dengan inisiatif Allah, bukan manusia. Ia menulis:
"Musa tidak mencari Allah, tetapi Allah menariknya untuk melihat dan memahami kehendak-Nya."
Ini sejalan dengan doktrin anugerah pemanggilan (effectual calling) dalam teologi Reformed, yang mengajarkan bahwa Allah memanggil manusia secara efektif kepada diri-Nya, bukan berdasarkan usaha manusia, tetapi karena kasih karunia-Nya.
Charles Hodge: Keingintahuan yang Dituntun oleh Roh Kudus
Charles Hodge menambahkan bahwa keingintahuan rohani adalah cara Allah menuntun manusia untuk mengenal-Nya. Ia menulis:
"Allah menggunakan berbagai cara untuk menarik perhatian manusia agar mereka berbalik kepada-Nya, dan seringkali ini dimulai dengan kejadian yang tampaknya sederhana tetapi penuh makna ilahi."
3. Allah Memanggil Musa dari Tengah Semak Belukar
Ketika Musa berpaling untuk melihat, Allah berbicara langsung kepadanya dari dalam semak belukar, memanggil namanya dua kali: "Musa, Musa!"
Calvin: Panggilan Allah adalah Panggilan yang Pribadi
Calvin menekankan bahwa Allah memanggil Musa dengan namanya sebagai tanda hubungan yang pribadi antara Allah dan hamba-Nya. Ia menulis:
"Allah tidak hanya berbicara kepada Musa secara umum, tetapi memanggilnya secara langsung, menunjukkan bahwa panggilan Allah bersifat khusus dan personal."
Dalam teologi Reformed, ini mencerminkan doktrin pemilihan, yang mengajarkan bahwa Allah memilih dan memanggil umat-Nya secara pribadi untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Bavinck: Kedaulatan Allah dalam Panggilan
Bavinck menekankan bahwa panggilan Musa adalah contoh dari bagaimana Allah berdaulat dalam memilih hamba-hamba-Nya. Ia berkata:
"Panggilan Allah tidak berdasarkan kelayakan manusia, tetapi berdasarkan kehendak-Nya yang berdaulat."
Ini menunjukkan bahwa Allah yang memilih Musa, bukan Musa yang memilih Allah.
4. "Jangan Mendekat! Lepaskanlah Kasutmu" – Kekudusan Allah
Allah memperingatkan Musa untuk tidak mendekat terlalu dekat dan melepas kasutnya, karena tempat itu adalah tanah yang suci.
Berkhof: Kekudusan Allah dan Jarak Antara Manusia dan Tuhan
Berkhof menulis bahwa Allah yang kudus tidak dapat didekati sembarangan oleh manusia berdosa. Ia berkata:
"Tindakan melepas kasut adalah tanda penghormatan terhadap Allah yang kudus, yang tidak bisa didekati dengan sembarangan."
Ini mengingatkan kita bahwa hubungan dengan Allah harus didasarkan pada penghormatan yang dalam dan pemahaman akan kekudusan-Nya.
Hodge: Perbedaan Mutlak antara Allah dan Manusia
Hodge menambahkan bahwa perintah untuk melepas kasut menunjukkan bahwa Allah tidak bisa diperlakukan secara biasa atau disamakan dengan manusia.
"Dalam segala pengalaman rohani, manusia harus menyadari perbedaan antara dirinya yang fana dan Allah yang kekal."
Ini menegaskan bahwa Allah tidak hanya dekat dengan umat-Nya, tetapi juga tetap transenden dan harus dihormati.
5. "Akulah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub" – Janji Allah yang Kekal
Allah menyatakan diri-Nya sebagai Allah nenek moyang Israel, menegaskan bahwa Dia adalah Allah yang setia kepada perjanjian-Nya.
Calvin: Kesetiaan Allah dalam Perjanjian
Calvin menulis:
"Allah menyebut nama para leluhur Israel untuk mengingatkan Musa bahwa Dia adalah Tuhan yang setia kepada janji-janji-Nya, dan Dia akan menepatinya."
Ini menunjukkan bahwa Allah tidak berubah, dan janji-Nya kepada umat-Nya akan tetap berlaku selamanya.
Bavinck: Allah yang Berdaulat atas Sejarah
Bavinck menegaskan bahwa Allah tidak hanya mengatur masa kini, tetapi juga masa lalu dan masa depan. Ia berkata:
"Dengan menyebut nama Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah menunjukkan bahwa rencana keselamatan-Nya sudah ada sejak lama dan akan terus berlanjut."
Ini menegaskan bahwa keselamatan bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, tetapi bagian dari rencana kekal Allah.
Kesimpulan
Keluaran 3:2-6 mengajarkan beberapa prinsip teologi Reformed yang mendalam:
- Allah menyatakan diri-Nya melalui tanda-tanda yang penuh makna (Calvin, Bavinck).
- Panggilan Allah selalu berasal dari inisiatif-Nya sendiri, bukan usaha manusia (Berkhof, Hodge).
- Allah itu kudus dan harus dihormati dengan sikap yang benar (Berkhof, Hodge).
- Allah setia kepada perjanjian-Nya dan berdaulat atas sejarah (Calvin, Bavinck).
- Manusia hanya dapat mendekati Allah dengan sikap yang penuh hormat dan ketaatan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk merespons panggilan Allah dengan iman, penghormatan, dan ketaatan yang sejati.