Mengasihi Sesama: Yakobus 2:8

Mengasihi Sesama: Yakobus 2:8

Pendahuluan:

Yakobus 2:8 adalah ayat yang sering menjadi perdebatan dalam konteks hubungan antara iman dan perbuatan. Ayat ini berbunyi:

"Jika kamu menjalankan hukum utama sesuai dengan Kitab Suci, yaitu ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,’ kamu telah melakukan yang benar." (Yakobus 2:8, AYT)

Ayat ini menegaskan pentingnya kasih sebagai hukum utama yang harus dipraktikkan oleh orang percaya. Namun, bagaimana teologi Reformed memandang ayat ini? Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai pandangan teologi Reformed mengenai Yakobus 2:8, khususnya dalam kaitannya dengan doktrin anugerah, hukum Allah, dan iman yang sejati.

1. Konteks Surat Yakobus

A. Siapa Yakobus?

Yakobus, penulis surat ini, diyakini sebagai saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15). Surat ini ditulis kepada jemaat Kristen Yahudi yang tersebar di perantauan (Yakobus 1:1) dan menekankan aspek praktis dari kehidupan Kristen.

John Calvin dalam Commentaries on the Catholic Epistles menyebutkan bahwa surat Yakobus bertujuan untuk mengoreksi pemahaman yang salah tentang iman, yakni pemisahan antara iman dan perbuatan. Calvin menekankan bahwa iman sejati selalu menghasilkan buah dalam kehidupan sehari-hari.

B. Hubungan Yakobus 2 dengan Konteks Keseluruhan Surat

Yakobus 2 menyoroti pentingnya tidak menunjukkan sikap pilih kasih dalam komunitas gereja (Yakobus 2:1-7). Lalu, di ayat 8, Yakobus menegaskan bahwa mengasihi sesama adalah hukum utama yang harus dijalankan. Ini sejalan dengan ajaran Yesus dalam Matius 22:37-40 tentang kasih kepada Allah dan sesama sebagai inti hukum Taurat.

2. Tafsiran Reformed atas Yakobus 2:8

A. "Jika kamu menjalankan hukum utama sesuai dengan Kitab Suci"

Pakar Reformed seperti R.C. Sproul dalam Knowing Scripture menjelaskan bahwa istilah "hukum utama" (dalam beberapa terjemahan disebut hukum kerajaan) menunjukkan hukum moral yang tidak berubah dan mencerminkan karakter Allah.

Menurut teologi Reformed, hukum Taurat terdiri dari tiga aspek:

  1. Hukum seremonial – yang digenapi dalam Kristus.
  2. Hukum sipil – yang berlaku bagi bangsa Israel di Perjanjian Lama.
  3. Hukum moral – yang bersifat kekal dan tetap berlaku bagi orang Kristen.

Yakobus 2:8 berbicara tentang hukum moral, yaitu kasih kepada sesama. John MacArthur dalam The MacArthur Bible Commentary menekankan bahwa hukum kasih ini bukanlah sekadar perintah etis, tetapi merupakan ekspresi dari karakter Allah yang kudus.

B. "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri"

Perintah ini berasal dari Imamat 19:18 dan dikutip Yesus dalam Injil (Matius 22:39). Teologi Reformed memahami perintah ini dalam konteks anugerah Allah yang mengubah hati manusia.

Jonathan Edwards dalam Charity and Its Fruits menekankan bahwa kasih sejati adalah buah dari Roh Kudus (Galatia 5:22). Kasih kepada sesama bukanlah usaha manusiawi semata, tetapi hasil dari regenerasi yang dikerjakan oleh Allah dalam hati orang percaya.

1. Kasih sebagai Bukti Iman Sejati
John Calvin berpendapat bahwa kasih kepada sesama adalah tanda dari iman yang sejati. Dalam Institutes of the Christian Religion, ia menyatakan bahwa seseorang yang benar-benar mengenal anugerah Allah akan terdorong untuk mengasihi sesama.

2. Kasih dalam Konteks Gereja
Reformed theologian Sinclair Ferguson dalam The Whole Christ menjelaskan bahwa Yakobus 2:8 bukan hanya tentang kasih dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dalam komunitas gereja. Kasih ini harus mengatasi perbedaan status sosial dan ekonomi, sebagaimana yang dibahas dalam Yakobus 2:1-7.

C. "Kamu telah melakukan yang benar"

Pernyataan ini menunjukkan bahwa menjalankan hukum kasih adalah kehendak Allah yang harus ditaati. Namun, bagaimana ini berhubungan dengan doktrin pembenaran oleh iman saja (sola fide) yang menjadi inti teologi Reformed?

Martin Luther pernah memiliki kesulitan dengan surat Yakobus, karena ia merasa surat ini bertentangan dengan ajaran Paulus tentang pembenaran oleh iman. Namun, reformator lainnya seperti Calvin dan John Owen melihat bahwa Yakobus tidak sedang mengajarkan keselamatan oleh perbuatan, melainkan menunjukkan bahwa iman yang sejati pasti menghasilkan kasih dan ketaatan kepada Allah.

3. Implikasi Teologis Yakobus 2:8 dalam Tradisi Reformed

A. Kasih Sebagai Buah dari Anugerah Allah

Reformed theologian Michael Horton dalam The Gospel-Driven Life menekankan bahwa kasih bukanlah syarat untuk keselamatan, tetapi merupakan buah dari keselamatan yang diberikan melalui anugerah Allah.

Efesus 2:8-10 menjelaskan bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman, dan perbuatan baik adalah hasil dari karya Allah dalam diri kita. Ini menunjukkan bahwa menjalankan hukum kasih bukanlah usaha untuk mendapatkan keselamatan, tetapi bukti dari iman sejati.

B. Menghindari Legalisme dan Antinomianisme

Dalam tradisi Reformed, ada dua ekstrem yang harus dihindari dalam menafsirkan Yakobus 2:8:

  1. Legalisme – Menganggap bahwa ketaatan kepada hukum kasih adalah cara untuk memperoleh keselamatan.
  2. Antinomianisme – Menganggap bahwa hukum kasih tidak lagi relevan karena keselamatan hanya berdasarkan iman.

Calvin dalam Institutes menekankan bahwa kasih kepada sesama bukanlah legalisme, tetapi merupakan cara hidup yang sejalan dengan anugerah yang telah kita terima.

C. Kasih sebagai Dasar Etika Kristen

Teologi Reformed menekankan bahwa kasih adalah dasar dari etika Kristen. Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa seluruh kehidupan Kristen harus didasarkan pada kasih yang sejati, yang berasal dari transformasi oleh Injil.

Yakobus 2:8 mengajarkan bahwa kehidupan Kristen yang sejati harus dipenuhi dengan kasih kepada sesama, yang merupakan refleksi dari kasih Allah kepada kita.

4. Kesimpulan

Yakobus 2:8 memberikan pelajaran penting dalam teologi Reformed:

  1. Kasih kepada sesama adalah hukum moral Allah yang tetap berlaku bagi orang percaya.
  2. Kasih bukanlah cara untuk mendapatkan keselamatan, tetapi merupakan bukti dari iman yang sejati.
  3. Kasih dalam kehidupan Kristen hanya bisa dihasilkan melalui anugerah dan pekerjaan Roh Kudus dalam hati manusia.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih sebagai respons terhadap anugerah yang telah kita terima di dalam Kristus. Yakobus 2:8 bukanlah panggilan kepada legalisme, tetapi panggilan untuk menjalani kehidupan yang memuliakan Allah melalui kasih yang tulus kepada sesama.

Sebagaimana dikatakan oleh Jonathan Edwards:
"Kasih yang sejati bukan hanya tindakan, tetapi juga kondisi hati yang telah diperbarui oleh Allah."

Mari kita terus mengasihi sesama dengan kasih yang berasal dari Tuhan, karena di dalam kasih itulah kita mencerminkan karakter Kristus di dunia ini. Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post