Perintah untuk Menangkap Yesus: Yohanes 11:55-57
Pendahuluan:
Dalam Yohanes 11:55-57, kita melihat ketegangan yang meningkat menjelang penyaliban Yesus. Pemimpin agama Yahudi telah mengeluarkan perintah untuk menangkap-Nya, menandai puncak dari penolakan mereka terhadap Sang Mesias.
Berikut adalah teks Yohanes 11:55-57: Yohanes 11:55 – “Pada saat itu, Paskah orang Yahudi sudah dekat, dan banyak orang dari wilayah itu pergi ke Yerusalem sebelum Paskah untuk menyucikan diri mereka.”Yohanes 11:56 – “Lalu, mereka mencari Yesus dan berbicara satu kepada yang lain sementara mereka berdiri dalam bait Allah, mereka saling bertanya, ‘Bagaimana menurutmu? Apakah Dia sama sekali tidak akan datang ke perayaan ini?’”
Yohanes 11:57 – “Adapun imam-imam kepala dan orang-orang Farisi telah mengeluarkan perintah bahwa jika seseorang tahu di mana Dia berada, orang itu harus melaporkannya supaya mereka dapat menangkap-Nya.”Ayat-ayat ini mengandung makna teologis yang mendalam, yang tidak hanya menunjukkan konspirasi para pemimpin Yahudi tetapi juga mengungkapkan rencana Tuhan yang lebih besar. Dalam artikel ini, kita akan membahas konteks, eksposisi, makna teologis, serta aplikasinya dalam kehidupan Kristen.
Konteks Yohanes 11:55-57
Pasal 11 dalam Injil Yohanes dimulai dengan kebangkitan Lazarus (Yohanes 11:1-44). Mukjizat ini menjadi titik balik dalam pelayanan Yesus karena semakin banyak orang percaya kepada-Nya (Yohanes 11:45). Namun, para pemimpin agama melihat Yesus sebagai ancaman, dan mereka mulai merencanakan pembunuhan-Nya (Yohanes 11:53).
Dalam Yohanes 11:55-57, suasana semakin menegangkan karena:
- Paskah sudah dekat, yang berarti banyak orang Yahudi datang ke Yerusalem untuk merayakan hari besar ini.
- Yesus dicari-cari, baik oleh mereka yang ingin melihat-Nya maupun oleh mereka yang ingin menangkap-Nya.
- Para imam kepala dan orang Farisi telah mengeluarkan perintah penangkapan, yang menunjukkan keputusan final untuk menyingkirkan Yesus secara hukum.
Konspirasi ini adalah bagian dari rencana penyelamatan Allah. Apa yang tampaknya sebagai kemenangan para pemimpin agama sebenarnya adalah penggenapan dari rencana keselamatan melalui kematian Yesus di kayu salib.
Eksposisi Yohanes 11:55-57
1. “Paskah orang Yahudi sudah dekat” (Yohanes 11:55)
Paskah adalah perayaan terbesar dalam tradisi Yahudi, memperingati bagaimana Tuhan membebaskan Israel dari perbudakan Mesir (Keluaran 12).
John Calvin dalam Commentary on John menekankan bahwa Yesus adalah penggenapan dari Paskah. Seperti domba Paskah yang dikorbankan dalam Perjanjian Lama, Yesus akan segera menjadi Anak Domba Allah yang dikorbankan untuk dosa dunia (Yohanes 1:29).
Timothy Keller dalam Jesus the King menyoroti bagaimana Yesus datang ke Yerusalem sebagai Raja Mesias yang sejati, bukan untuk membebaskan umat Israel dari Roma, tetapi untuk membebaskan mereka dari dosa dan maut.
2. “Mereka mencari Yesus” (Yohanes 11:56)
Ada dua kelompok yang mencari Yesus:
- Orang-orang yang ingin melihat-Nya dan mungkin percaya kepada-Nya.
- Pemimpin agama yang ingin menangkap-Nya.
Charles Spurgeon dalam The Gospel of the Kingdom menjelaskan bahwa keinginan untuk mencari Yesus tidak selalu lahir dari motivasi yang benar. Beberapa orang mencari Yesus karena ingin melihat tanda-tanda mukjizat-Nya, tetapi tidak sungguh-sungguh percaya kepada-Nya.
Di sisi lain, para pemimpin Yahudi mencari Yesus untuk membungkam-Nya, menunjukkan bagaimana dosa dapat membuat seseorang menolak kebenaran bahkan ketika mereka sudah melihat bukti nyata.
3. “Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi telah mengeluarkan perintah” (Yohanes 11:57)
Ini adalah deklarasi permusuhan terbuka terhadap Yesus. Mereka menginginkan informasi tentang keberadaan-Nya supaya dapat menangkap-Nya dan mengadilinya.
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan bahwa para pemimpin Yahudi bertindak bukan karena ketidaktahuan, tetapi karena hati mereka telah mengeras. Mereka lebih memilih mempertahankan posisi dan kekuasaan mereka daripada menerima kebenaran Mesias.
Martyn Lloyd-Jones dalam Spiritual Depression menambahkan bahwa kesombongan rohani adalah penghalang terbesar untuk menerima Injil. Para imam kepala dan orang Farisi lebih mementingkan status mereka dibandingkan keselamatan yang Yesus tawarkan.
Makna Teologis Yohanes 11:55-57
1. Rencana Allah Tidak Bisa Digagalkan oleh Manusia
Meskipun para pemimpin Yahudi berusaha menangkap dan membunuh Yesus, semua itu adalah bagian dari rencana kekal Allah.
Jonathan Edwards dalam The History of Redemption menekankan bahwa setiap peristiwa dalam sejarah keselamatan dikendalikan oleh tangan Tuhan. Manusia mungkin memiliki rencana jahat, tetapi Tuhan menggunakan semuanya untuk kebaikan (Kejadian 50:20).
Paulus dalam 1 Korintus 2:8 berkata bahwa jika para pemimpin dunia tahu rencana Tuhan, mereka tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia. Namun, karena mereka tidak memahami rencana-Nya, mereka justru menggenapi kehendak Allah melalui tindakan mereka.
2. Yesus sebagai Penggenapan Paskah
Yesus datang ke Yerusalem bukan secara kebetulan, tetapi sebagai domba Paskah yang akan dikorbankan.
B.B. Warfield dalam The Person and Work of Christ menjelaskan bahwa setiap elemen dalam Perjanjian Lama menunjuk kepada Kristus, dan Paskah adalah gambaran paling jelas tentang pengorbanan-Nya bagi dosa dunia.
Paulus dalam 1 Korintus 5:7 berkata, “Sebab Anak Domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” Ini menunjukkan bahwa Paskah Perjanjian Lama hanya bayangan dari karya penebusan Kristus di kayu salib.
3. Kekerasan Hati adalah Penghalang Terbesar untuk Menerima Kristus
Para imam kepala dan orang Farisi sudah melihat banyak mukjizat Yesus, tetapi mereka tetap menolak Dia.
Augustinus dalam Confessions menekankan bahwa kesombongan dan keinginan akan kuasa sering kali menghalangi seseorang untuk menerima kebenaran Injil.
Paulus dalam 2 Korintus 4:4 berkata bahwa iblis telah membutakan pikiran orang yang tidak percaya, sehingga mereka tidak melihat terang Injil Kristus. Hal ini terjadi dalam hati para pemimpin Yahudi yang lebih memilih membunuh Yesus daripada tunduk kepada-Nya.
Aplikasi Yohanes 11:55-57 dalam Kehidupan Kristen
1. Jangan Menunda Pencarian akan Yesus
Banyak orang mencari Yesus, tetapi dengan motivasi yang salah. Kita harus mencari Yesus dengan hati yang haus akan kebenaran (Yeremia 29:13).
Bagaimana cara kita mencari Yesus dengan benar?
- Melalui doa dan pembacaan Alkitab setiap hari.
- Mencari-Nya dalam komunitas orang percaya.
- Menjalin hubungan pribadi dengan-Nya, bukan hanya karena kebutuhan sementara.
2. Percaya bahwa Tuhan Selalu Mengendalikan Keadaan
Ketika dunia tampak kacau, kita harus percaya bahwa Tuhan masih memegang kendali.
Bagaimana kita bisa hidup dengan keyakinan ini?
- Percaya bahwa semua yang terjadi ada dalam rencana Tuhan (Roma 8:28).
- Tidak takut menghadapi masa depan, karena Tuhan sudah mengatur semuanya.
- Tetap setia dalam iman, bahkan di tengah penderitaan.
3. Hati yang Keras Bisa Menghalangi Kita dari Kebenaran
Kita harus berhati-hati agar tidak memiliki hati yang keras seperti para pemimpin Yahudi.
Bagaimana cara menjaga hati tetap lembut?
- Rutin mengintrospeksi diri melalui doa dan firman Tuhan.
- Menerima teguran dengan rendah hati.
- Memiliki hati yang siap untuk bertobat ketika Roh Kudus menegur.
Kesimpulan
Yohanes 11:55-57 menunjukkan bagaimana rencana manusia tidak bisa menggagalkan rencana Tuhan. Yesus datang sebagai domba Paskah, siap untuk menggenapi misi-Nya.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mencari Yesus dengan hati yang tulus, percaya kepada rencana Tuhan, dan menjaga hati kita tetap lembut terhadap firman-Nya.
Karena itu, mari kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya!