Doa dalam Keluarga Kristen

Doa dalam Keluarga Kristen

Pendahuluan

Doa adalah jantung kehidupan Kristen. Dalam keluarga Kristen, doa bukan hanya sekadar ritual, tetapi sebuah sarana anugerah yang diberikan Allah untuk membentuk iman, mempererat hubungan, dan membawa keluarga semakin dekat kepada Tuhan. Namun, di tengah kesibukan modern, banyak keluarga yang mengabaikan pentingnya doa bersama.

Dalam perspektif teologi Reformed, doa dalam keluarga bukan sekadar kebiasaan religius, tetapi bagian dari tanggung jawab spiritual yang telah Tuhan tetapkan. Para teolog Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, R.C. Sproul, dan Joel Beeke menekankan bahwa keluarga Kristen memiliki mandat untuk berdoa bersama sebagai bagian dari ibadah keluarga (family worship). Artikel ini akan membahas pentingnya doa dalam keluarga, tantangan yang dihadapi, serta bagaimana membangun kehidupan doa yang kuat dalam rumah tangga berdasarkan prinsip-prinsip teologi Reformed.

1. Mengapa Doa dalam Keluarga Itu Penting?

A. Doa adalah Perintah Allah

Dalam 1 Tesalonika 5:16-18, Paulus berkata:

“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

Doa bukan hanya anjuran, tetapi merupakan perintah Allah bagi umat-Nya. Ini termasuk dalam konteks keluarga. John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa doa adalah salah satu tanda kehidupan rohani yang sejati. Keluarga yang tidak berdoa bersama akan sulit bertumbuh dalam iman karena mereka kehilangan komunikasi dengan Tuhan sebagai sumber kehidupan mereka.

B. Doa Memperkuat Iman Keluarga

Jonathan Edwards, dalam pengajarannya tentang spiritualitas keluarga, menekankan bahwa doa dalam keluarga adalah sarana utama untuk menanamkan kebenaran Alkitab kepada anak-anak. Keluarga adalah gereja kecil, tempat di mana iman ditanam dan dibentuk.

Dalam Ulangan 6:6-7, Allah memerintahkan umat-Nya untuk mengajarkan firman-Nya kepada anak-anak mereka di setiap kesempatan:

“Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring, dan apabila engkau bangun.”

Doa keluarga adalah bagian dari ketaatan terhadap perintah ini. Dengan berdoa bersama, orang tua menanamkan kebiasaan bergantung kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka.

C. Doa Menyatukan Keluarga dalam Kasih Karunia Allah

Salah satu dampak terbesar dari doa dalam keluarga adalah mempererat hubungan antaranggota keluarga. Ketika keluarga berkumpul untuk berdoa, mereka saling mengakui kelemahan, mengucap syukur atas berkat Tuhan, dan mempersembahkan kebutuhan mereka kepada-Nya. Ini menciptakan rasa kebersamaan dan ketergantungan kepada Tuhan.

Joel Beeke dalam bukunya Family Worship menekankan bahwa doa bersama mengajarkan keluarga untuk membawa setiap persoalan kepada Tuhan, baik itu sukacita maupun pergumulan. Dengan demikian, keluarga dibangun dalam kasih karunia Allah.

2. Tantangan dalam Membangun Kebiasaan Doa Keluarga

Meskipun doa dalam keluarga sangat penting, banyak keluarga mengalami kesulitan dalam menerapkannya secara konsisten. Berikut beberapa tantangan umum dan cara mengatasinya.

A. Kesibukan dan Kurangnya Waktu

Di era modern, banyak keluarga yang memiliki jadwal padat. Orang tua bekerja hingga larut, anak-anak sibuk dengan sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler. Akibatnya, doa bersama sering kali terabaikan.

Solusi:

  • Tetapkan waktu khusus untuk doa keluarga, misalnya sebelum makan malam atau sebelum tidur.

  • Mulailah dengan doa singkat jika jadwal sangat padat, lalu tingkatkan secara bertahap.

  • Jadikan doa sebagai prioritas, bukan sekadar pilihan.

B. Kurangnya Kepemimpinan Rohani dalam Keluarga

Sering kali, para ayah sebagai kepala keluarga tidak mengambil peran aktif dalam memimpin doa. Ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman, rasa tidak percaya diri, atau tidak adanya teladan sejak kecil.

Solusi:

  • Para ayah harus menyadari bahwa mereka dipanggil untuk menjadi imam dalam keluarga (Efesus 6:4).

  • Jika ayah tidak bisa memimpin, ibu atau anggota keluarga lain dapat mengambil inisiatif sementara.

  • Mempelajari doa-doa dalam Alkitab untuk memahami bagaimana cara berdoa sesuai kehendak Tuhan.

C. Kurangnya Pemahaman tentang Doa

Beberapa keluarga merasa bahwa doa itu sulit atau tidak tahu harus berdoa apa. Akibatnya, mereka ragu-ragu untuk memulai.

Solusi:

  • Gunakan contoh doa dari Alkitab, seperti Doa Bapa Kami (Matius 6:9-13) atau doa-doa Paulus dalam surat-suratnya.

  • Mulai dengan doa sederhana, seperti mengucap syukur atau memohon hikmat Tuhan dalam keputusan sehari-hari.

  • Menggunakan buku panduan doa keluarga yang berdasarkan prinsip Reformed.

3. Cara Membangun Kehidupan Doa dalam Keluarga

A. Memimpin dengan Teladan

R.C. Sproul dalam The Prayer of the Lord menekankan bahwa orang tua harus menjadi teladan dalam kehidupan doa. Anak-anak akan belajar berdoa dengan melihat bagaimana orang tua mereka berdoa. Oleh karena itu, orang tua harus memiliki kehidupan doa pribadi yang kuat.

B. Mempraktikkan Doa di Berbagai Kesempatan

Doa keluarga tidak harus selalu dilakukan dalam waktu formal. Kita dapat berdoa dalam berbagai situasi, misalnya:

  • Doa syukur sebelum makan

  • Doa sebelum tidur bersama anak-anak

  • Doa untuk anggota keluarga yang sedang sakit atau mengalami kesulitan

  • Doa sebelum memulai perjalanan atau menghadapi ujian

C. Melibatkan Semua Anggota Keluarga

Agar doa keluarga menjadi hidup, libatkan semua anggota keluarga dalam doa. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:

  • Bergiliran dalam memimpin doa setiap hari.

  • Membuat daftar doa keluarga dan mendoakannya bersama.

  • Mengajarkan anak-anak untuk berdoa dengan kata-kata mereka sendiri.

4. Doa Keluarga dalam Perspektif Reformed

Teologi Reformed menekankan bahwa doa keluarga bukan hanya bagian dari kehidupan rohani individu, tetapi juga bagian dari ibadah keluarga (family worship). Ini adalah cara bagi keluarga untuk menghidupi prinsip Soli Deo Gloria—melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah.

Jonathan Edwards menulis dalam Some Thoughts Concerning the Present Revival of Religion in New England bahwa kebangkitan rohani yang sejati sering kali dimulai dari keluarga-keluarga yang setia dalam doa. Oleh karena itu, jika kita rindu melihat kebangunan rohani dalam gereja dan masyarakat, itu harus dimulai dari keluarga.

John Calvin juga menekankan pentingnya doa dalam rumah tangga sebagai bagian dari disiplin rohani Kristen. Dalam tulisannya, Calvin mengajarkan bahwa doa keluarga adalah cara untuk menjaga hati kita tetap dekat dengan Tuhan dan untuk mengajarkan kebenaran-Nya kepada anak-anak kita.

Kesimpulan

Doa dalam keluarga bukanlah sekadar kebiasaan atau tradisi, tetapi bagian dari ketaatan kepada Tuhan dan cara untuk membangun rumah tangga yang berakar dalam iman. Dalam perspektif teologi Reformed, doa keluarga adalah bagian dari panggilan kita untuk hidup bagi kemuliaan Allah.

Meskipun ada tantangan dalam membangun kebiasaan doa keluarga, dengan komitmen, ketekunan, dan kepemimpinan rohani yang kuat, setiap keluarga Kristen dapat bertumbuh dalam kehidupan doa yang lebih dalam.

Mari kita menghidupi firman Tuhan dalam Yosua 24:15:

“Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN.”

Dengan menjadikan doa sebagai bagian dari kehidupan keluarga, kita tidak hanya memperkuat hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga mewariskan iman yang kokoh kepada generasi berikutnya. Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post