Kisah Para Rasul 20:17-38: Kesaksian dan Amanat Paulus kepada Para Penatua Efesus

Pendahuluan
Kisah Para Rasul 20:17-38 adalah bagian dari narasi perjalanan Rasul Paulus dalam pelayanannya. Dalam perikop ini, Paulus memberikan perpisahan emosional kepada para penatua jemaat di Efesus. Ia mengingatkan mereka akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pemimpin gereja serta menasihati mereka untuk tetap setia kepada Tuhan. Eksposisi ini akan menguraikan ayat-ayat ini berdasarkan pandangan beberapa pakar teologi Reformed.
Eksposisi Kisah Para Rasul 20:17-38
1. Panggilan Para Penatua Jemaat (Kisah Para Rasul 20:17)
"Dari Miletus, Paulus mengutus orang ke Efesus dan menyuruh para penatua jemaat datang kepadanya."
Paulus tidak bisa kembali ke Efesus karena kesibukan perjalanannya, tetapi ia tetap ingin berbicara dengan para pemimpin gereja di sana. John Calvin dalam komentarnya menyatakan bahwa panggilan para penatua ini menegaskan pentingnya kepemimpinan dalam gereja lokal. Para penatua memiliki tanggung jawab utama dalam menggembalakan umat Tuhan.
2. Teladan Paulus dalam Pelayanan (Kisah Para Rasul 20:18-21)
"Kamu sendiri tahu, bagaimana aku hidup di antaramu sepanjang waktu, sejak hari pertama aku menginjakkan kaki di Asia..." (Kisah Para Rasul 20:18)
Paulus mengingatkan mereka akan teladannya dalam melayani Tuhan dengan kerendahan hati dan ketekunan, bahkan dalam menghadapi pencobaan. Menurut R.C. Sproul, pelayanan yang sejati harus didasarkan pada kerendahan hati dan ketergantungan pada Tuhan.
"Aku tidak menahan diri untuk memberitakan kepadamu segala sesuatu yang berguna dan mengajar kamu di depan umum dan dari rumah ke rumah." (Kisah Para Rasul 20:20)
Pakar teologi seperti Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa pelayanan Firman harus dilakukan dengan keberanian dan kejujuran, tanpa menyembunyikan kebenaran yang mungkin sulit diterima.
3. Panggilan Paulus Menuju Yerusalem (Kisah Para Rasul 20:22-24)
"Dengan diikat oleh Roh, aku sedang dalam perjalananku ke Yerusalem..." (Kisah Para Rasul 20:22)
Paulus mengakui bahwa ia tidak tahu apa yang akan terjadi di Yerusalem, tetapi ia yakin bahwa Roh Kudus telah memimpin langkahnya. Beberapa teolog Reformed seperti Charles Hodge menyoroti bagaimana Paulus menggambarkan kehidupan Kristen sebagai perjalanan iman yang sering kali penuh ketidakpastian, tetapi harus dijalani dengan ketundukan kepada kehendak Allah.
4. Peringatan Paulus tentang Bahaya dalam Gereja (Kisah Para Rasul 20:25-31)
"Aku tahu bahwa setelah keberangkatanku, serigala-serigala buas akan datang di antara kamu..." (Kisah Para Rasul 20:29)
Paulus memperingatkan para penatua bahwa akan ada pengajar sesat yang masuk ke dalam gereja. Teolog John MacArthur menegaskan bahwa gereja sepanjang zaman harus selalu waspada terhadap ajaran-ajaran yang menyimpang dari Injil sejati.
5. Penyerahan kepada Tuhan (Kisah Para Rasul 20:32-35)
"Dan sekarang, aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman anugerah-Nya..." (Kisah Para Rasul 20:32)
Paulus menegaskan bahwa hanya Firman Allah yang dapat membangun iman jemaat dan memberikan warisan kekal. Herman Bavinck menekankan bahwa keselamatan dan pertumbuhan iman tidak bergantung pada manusia, tetapi pada kuasa Allah.
6. Perpisahan yang Penuh Emosi (Kisah Para Rasul 20:36-38)
"Lalu, ada banyak tangisan di antara mereka semua dan mereka memeluk leher Paulus, serta menciuminya." (
Kisah Para Rasul 20:37)
Perpisahan ini menunjukkan kasih yang mendalam antara Paulus dan jemaat di Efesus. Ini menjadi pengingat bahwa pelayanan Kristen bukan hanya soal ajaran, tetapi juga relasi kasih yang erat dalam tubuh Kristus.
Aplikasi bagi Gereja Masa Kini
-
Pemimpin gereja harus menjadi teladan dalam kehidupan dan ajaran.
-
Setiap orang percaya harus siap menghadapi pencobaan dalam perjalanan imannya.
-
Gereja harus waspada terhadap ajaran yang menyimpang dan tetap berpegang pada Firman Tuhan.
-
Kehidupan Kristen harus dipimpin oleh Roh Kudus dan bukan oleh keinginan pribadi.
Kesimpulan
Kisah Para Rasul 20:17-38 adalah bagian yang sangat penting dalam Alkitab yang mengajarkan tentang kepemimpinan gereja, ketekunan dalam iman, dan perpisahan Paulus yang emosional. Paulus memberikan teladan dalam pelayanan yang setia dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengikuti teladan ini dengan setia dan tetap berpegang teguh pada Firman Tuhan dalam segala keadaan.