Matius 10:34 – Yesus Datang Membawa Pedang?

Matius 10:34 – Yesus Datang Membawa Pedang?

Pendahuluan

Matius 10:34 adalah salah satu pernyataan Yesus yang sering kali menimbulkan kebingungan:

“Jangan berpikir bahwa Aku datang untuk membawa perdamaian di bumi. Aku datang bukan untuk membawa perdamaian, melainkan pedang.” (Matius 10:34, AYT)

Pada pandangan pertama, ayat ini tampaknya bertentangan dengan gambaran Yesus sebagai Raja Damai (Yesaya 9:6). Bagaimana mungkin Yesus, yang mengajarkan kasih dan perdamaian, berkata bahwa Ia datang membawa pedang?

Dalam artikel ini, kita akan membahas makna Matius 10:34 dalam konteks teologi Reformed, berdasarkan pendapat beberapa teolog terkenal seperti John Calvin, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones.

1. Konteks Matius 10:34

Untuk memahami ayat ini, kita perlu melihat konteks pasal 10 dalam Injil Matius.

  • Yesus sedang mengutus murid-murid-Nya untuk memberitakan Kerajaan Allah (Matius 10:7).

  • Ia memperingatkan bahwa akan ada penolakan dan penganiayaan terhadap mereka (Matius 10:16-23).

  • Yesus menegaskan bahwa mengikut Dia akan menimbulkan konflik, bahkan di dalam keluarga (Matius 10:35-36).

Ayat ini bukan berarti Yesus mengajarkan kekerasan fisik, tetapi menegaskan bahwa Injil akan memisahkan mereka yang percaya dan yang menolaknya.

2. Apa Arti “Pedang” dalam Matius 10:34?

A. Pedang sebagai Simbol Perpecahan

Menurut John Calvin, "pedang" dalam ayat ini adalah simbol perpecahan yang terjadi karena kebenaran Injil.

"Kristus membawa terang yang menyingkap kegelapan, dan kegelapan itu tidak bisa menerima terang itu tanpa perlawanan." (John Calvin, Commentary on Matthew 10:34-36)

Artinya, Injil Kristus tidak bisa hidup berdampingan dengan dunia yang penuh dosa, sehingga pasti akan ada pertentangan antara orang percaya dan dunia.

B. Pedang sebagai Firman Allah

Dalam Efesus 6:17, pedang digambarkan sebagai Firman Allah:

"Ambillah juga ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah."

Menurut R.C. Sproul, Yesus membawa "pedang" dalam arti bahwa Firman-Nya akan membelah antara yang benar dan yang salah.

"Kebenaran Injil tidak pernah netral. Itu akan mengubah hati seseorang atau justru menimbulkan perlawanan yang keras terhadapnya." (R.C. Sproul, The Holiness of God)

Yesus tidak datang untuk menciptakan kedamaian kompromistis dengan dunia, tetapi untuk menegakkan kebenaran yang akan membuat orang harus memilih: mengikut Kristus atau tetap di dalam dosa.

3. Bagaimana Injil Menyebabkan Perpecahan?

Yesus melanjutkan dengan mengatakan:

"Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya." (Matius 10:35)

Mengapa Injil bisa menyebabkan konflik dalam keluarga?

A. Perbedaan Keyakinan Membawa Pertentangan

  • Saat seseorang percaya kepada Kristus, ia mengalami perubahan hidup yang sering kali tidak bisa diterima oleh keluarga yang tidak percaya.

  • Dalam sejarah gereja, banyak orang Kristen yang ditolak oleh keluarganya setelah mereka bertobat.

B. Murid Kristus Harus Mengutamakan Tuhan

Dalam Matius 10:37, Yesus berkata:

"Barangsiapa mengasihi ayah atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku."

Menurut Martyn Lloyd-Jones, ayat ini menegaskan bahwa kesetiaan kepada Kristus harus di atas segala-galanya, termasuk keluarga.

"Kesetiaan kepada Injil sering kali menuntut kita untuk membuat keputusan sulit, bahkan jika itu berarti harus berseberangan dengan orang yang kita kasihi." (Martyn Lloyd-Jones, Spiritual Depression: Its Causes and Cure)

Yesus bukan mengajarkan membenci keluarga, tetapi menegaskan bahwa mengikut Dia membutuhkan komitmen penuh.

4. Bagaimana Orang Percaya Menanggapi Perpecahan Ini?

A. Tetap Mengasihi Walaupun Ditolak

Meskipun Injil bisa menyebabkan pertentangan, orang Kristen tetap dipanggil untuk mengasihi musuh mereka (Matius 5:44).

Yesus sendiri ditolak oleh keluarga-Nya (Yohanes 7:5), tetapi tetap mengasihi mereka.

B. Bertahan dalam Penganiayaan

Yesus memperingatkan murid-murid-Nya bahwa mereka akan mengalami penganiayaan karena nama-Nya (Matius 10:22).

  • Dalam sejarah gereja, banyak orang percaya yang harus memilih antara iman mereka atau keselamatan duniawi.

  • Contoh: Reformator Protestan, seperti Martin Luther dan John Knox, menghadapi penganiayaan karena membela kebenaran Injil.

C. Mengandalkan Kuasa Roh Kudus

  • Dalam Matius 10:19-20, Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan memberi kekuatan kepada murid-murid-Nya dalam menghadapi penganiayaan.

  • Orang percaya tidak perlu takut, karena Allah akan menyertai mereka.

5. Kesimpulan: Yesus Membawa Pedang, Bukan Damai?

Berdasarkan kajian ini, kita bisa menyimpulkan bahwa:

  1. "Pedang" dalam Matius 10:34 bukan berarti kekerasan fisik, tetapi simbol perpecahan antara orang yang percaya kepada Yesus dan mereka yang menolak-Nya.

  2. Yesus memang Raja Damai, tetapi Injil-Nya akan menimbulkan konflik dengan dunia yang menolak kebenaran.

  3. Mengikut Yesus bisa membawa konsekuensi berat, termasuk pertentangan dalam keluarga dan penganiayaan.

  4. Orang percaya dipanggil untuk tetap setia kepada Kristus meskipun mengalami penolakan.

  5. Kita harus mengandalkan Roh Kudus dan tetap mengasihi mereka yang menentang kita.

Sebagai orang Kristen, kita harus siap menghadapi tantangan karena iman kita, tetapi kita juga bisa bersukacita karena kita memiliki damai yang sejati di dalam Kristus (Yohanes 14:27).

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post