2 Timotius 1:6: Mengobarkan Karunia Allah

Pendahuluan:
“Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.”(2 Timotius 1:6)
Ayat ini adalah seruan penuh kasih dari Rasul Paulus kepada anak rohaninya, Timotius, agar tidak membiarkan karunia rohaninya menjadi pasif atau dingin, melainkan terus dikobarkan. Dalam surat terakhirnya sebelum kematian, Paulus menekankan urgensi pelayanan yang setia, terutama saat penderitaan dan tantangan menghadang.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam 2 Timotius 1:6 menurut pendekatan teologi Reformed, termasuk studi kata, konteks historis, tafsiran dari tokoh-tokoh besar seperti John Calvin, Martyn Lloyd-Jones, hingga R.C. Sproul, serta aplikasinya bagi gereja masa kini.
1. Konteks Surat dan Latar Belakang Historis
Surat 2 Timotius merupakan bagian terakhir dari surat-surat Paulus, ditulis saat ia berada dalam penjara Roma, menjelang akhir hidupnya (sekitar tahun 67 M). Berbeda dengan 1 Timotius yang lebih bersifat administratif, 2 Timotius penuh dengan nada pribadi dan emosional.
Paulus menulis kepada Timotius yang sedang mengalami ketakutan dan mungkin rasa minder dalam pelayanannya. Karena itu, dalam pasal pertama, Paulus mengingatkan akar panggilan Timotius dan mendorongnya agar tidak malu bersaksi tentang Kristus (ayat 8), dan agar tetap setia memelihara ajaran sehat (ayat 13-14).
2. Analisis Gramatikal dan Kata Kunci Yunani
Ayat Yunani:
“Δι’ ἣν αἰτίαν ἀναμιμνῄσκω σε ἀναζωπυρεῖν τὸ χάρισμα τοῦ θεοῦ, ὃ ἐστὶν ἐν σοί διὰ τῆς ἐπιθέσεως τῶν χειρῶν μου.”
Kata Kunci:
-
ἀναζωπυρεῖν (anazōpurein) = “mengobarkan kembali” atau “menjaga tetap menyala”. Kata ini berasal dari zōpuron, yaitu bara api kecil yang harus ditiup agar menyala lagi. Ini bukan berarti karunia itu telah padam, tetapi sedang melemah.
-
χάρισμα (charisma) = karunia, anugerah rohani yang berasal dari Roh Kudus.
-
ἐπιθέσεως τῶν χειρῶν = penumpangan tangan, suatu praktik umum dalam penahbisan atau peneguhan pelayanan.
John Stott mencatat bahwa kata kerja anazōpurein menunjukkan tindakan yang aktif dan berkelanjutan. Timotius tidak diperintahkan untuk meminta karunia baru, tetapi menghidupkan kembali yang sudah ada.
3. Teologi Reformed Tentang Karunia Rohani
Dalam pemikiran Reformed, karunia rohani (charismata) bukanlah hasil usaha manusia atau sesuatu yang bisa dikembangkan secara natural. Herman Bavinck menyatakan bahwa semua karunia rohani berasal dari Roh Kudus dan diberikan untuk pelayanan, bukan demi kemuliaan pribadi.
John Calvin menjelaskan dalam komentarnya bahwa:
“Karunia-karunia ini harus terus diasah agar tidak menjadi tumpul. Karunia itu bukan milik kita, tapi harus digunakan bagi kemuliaan Kristus.”
Artinya, karunia rohani bukan untuk dibanggakan, melainkan dikobarkan untuk membangun tubuh Kristus.
4. Apa Itu “Karunia Allah” dalam Konteks Timotius?
Beberapa penafsir Reformed memahami bahwa karunia yang dimaksud adalah panggilan pelayanan penggembalaan atau pengajaran. Ini bukan semata-mata karunia supernatural, tetapi pemberian Allah yang berkaitan dengan pelayanan publik dalam gereja.
R.C. Sproul menekankan bahwa “karunia” di sini mencakup pengurapan Roh Kudus untuk tugas pelayanan, baik secara pengajaran maupun pemuridan, yang ditetapkan melalui penumpangan tangan oleh para rasul atau penatua gereja.
5. Peran Penumpangan Tangan dalam Tradisi Reformed
Tradisi Reformed tidak memandang penumpangan tangan sebagai ritual magis, tetapi sebagai tanda simbolik peneguhan dan pengakuan gereja atas panggilan seseorang.
Dalam Institutes, Calvin menulis:
“Penumpangan tangan adalah pengakuan gerejawi bahwa seorang hamba telah dipanggil oleh Allah. Ini bukan transmisi kekuatan, tetapi konfirmasi pelayanan.”
Jadi, ketika Paulus menyebut penumpangan tangannya, ia sedang mengingatkan Timotius bahwa pelayanan yang ia emban bukan dari kehendaknya sendiri, melainkan panggilan yang disahkan oleh Allah dan gereja-Nya.
6. Mengapa Timotius Perlu Diingatkan?
Banyak bukti dalam surat ini bahwa Timotius sedang menghadapi tekanan besar:
-
Ada rasa takut (ayat 7).
-
Ada bahaya murtad di sekitarnya (ayat 15).
-
Ada penderitaan karena Injil (ayat 8).
Martyn Lloyd-Jones, seorang pengkhotbah Reformed yang terkenal, menyatakan bahwa pelayanan sering kali membuat hamba Tuhan merasa letih rohani. Maka, perlu ada dorongan untuk kembali “mengobarkan” karunia — bukan menunggu perasaan, tetapi dengan ketaatan aktif.
7. Hubungan Ayat 6 dan 7
Ayat 6 dan 7 harus dipahami bersama:
"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."
Timotius diminta mengobarkan karunia bukan berdasarkan kekuatannya sendiri, tetapi karena Roh Kudus yang Allah berikan telah melengkapinya.
Tim Chester menulis:
“Keberanian dalam pelayanan bukan hasil karakter bawaan, tetapi hasil karya Roh Kudus dalam diri kita.”
8. Aplikasi Teologis dan Praktis
a. Karunia Perlu Dipelihara
Dalam pengertian Reformed, kita tidak boleh bersikap pasif terhadap karunia rohani. Seperti bara yang harus ditiup agar tetap menyala, demikian juga kita harus menjaga semangat pelayanan dengan disiplin rohani: doa, Firman, komunitas, dan penginjilan.
b. Pelayanan Bukan Berdasar Keberanian Alamiah
Banyak orang mengira bahwa hanya yang “berbakat” atau “berani” yang dapat melayani. Tetapi, dalam teologi Reformed, yang menjadi dasar pelayanan adalah panggilan Allah dan penyertaan Roh-Nya, bukan keahlian duniawi semata.
c. Tidak Semua Orang Punya Karunia yang Sama, Tetapi Semua Dipanggil Setia
Karunia-karunia mungkin berbeda (bdk. Roma 12, 1 Korintus 12), tetapi prinsipnya sama: semua karunia dari Allah perlu dikobarkan, bukan diabaikan. Setiap orang percaya punya tanggung jawab untuk setia dalam panggilan masing-masing.
9. Kesetiaan dalam Konteks Kemunduran dan Penderitaan
Paulus tidak meminta Timotius untuk mencari pelayanan yang “nyaman”, melainkan tetap setia dalam masa sulit. Konteks surat ini penuh dengan peringatan tentang penderitaan karena Injil, tetapi juga panggilan untuk bertekun.
Dalam konteks gereja masa kini yang cenderung pragmatis dan mencari popularitas, ayat ini adalah teguran dan penghiburan: setialah mengobarkan karunia yang Allah beri, walau tidak terlihat oleh dunia.
10. Kesaksian Para Tokoh Reformed Terkait Ayat Ini
John Calvin:
“Banyak orang yang telah dipanggil, tetapi membiarkan karunianya layu karena kemalasan. Inilah sebabnya kita harus terus-menerus dibangkitkan oleh peringatan semacam ini.”
Charles Hodge:
“Ini adalah dorongan bagi semua hamba Tuhan untuk terus giat, tidak menjadi hangat-hangat tahi ayam dalam pelayanannya.”
Matthew Henry:
“Semangat pelayanan sering redup, seperti api yang padam karena tertutup abu. Tapi api bisa dinyalakan kembali. Jangan padamkan karunia.”
11. Relevansi Ayat Ini untuk Pelayanan Zaman Ini
Di tengah tantangan pelayanan kontemporer — mulai dari kejenuhan, perpecahan, hingga serangan budaya postmodern — ayat ini menyerukan satu hal yang sangat penting: kobarkan kembali karunia dari Allah.
Bagi para pendeta, pengkhotbah, guru, dan pelayan awam, pesan ini relevan: jangan menyerah, jangan biarkan kasihmu dingin, jangan anggap kecil karunia yang Tuhan beri.
Penutup: Kobarkan Terus Karunia Itu!
2 Timotius 1:6 bukan sekadar motivasi pribadi, tetapi panggilan teologis: kita harus setia menjaga dan menggunakan karunia dari Allah. Ini bukan karena kita kuat, tetapi karena Roh Kudus yang memberi kekuatan.
Dalam terang teologi Reformed:
-
Karunia berasal dari anugerah, bukan usaha.
-
Karunia harus dipelihara melalui ketaatan dan doa.
-
Karunia digunakan untuk kemuliaan Kristus, bukan ambisi pribadi.
Maka, mari kita merespons seperti Timotius: dengan taat, dengan setia, dan dengan semangat yang dibangkitkan oleh Roh Kudus. Jangan biarkan pelayanan menjadi suam-suam kuku. Kobarkan kembali karunia Allah di dalammu!