Markus 9:43: Keseriusan Dosa

“Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah; karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan.”(Markus 9:43)
Perkataan Yesus dalam Markus 9:43 sangat tajam, bahkan mengagetkan. Ia berbicara tentang penggalaan tangan demi keselamatan kekal. Apakah ini dimaksudkan secara harfiah? Bagaimana para teolog Reformed memahami ayat ini? Dan apa makna praktisnya bagi hidup orang percaya?
Artikel ini akan mengupas ayat Markus 9:43 dalam kerangka pemahaman Reformed: mulai dari konteks kitab, studi kata Yunani, tafsiran dari tokoh-tokoh seperti John Calvin, Thomas Watson, hingga aplikasi untuk kehidupan kekristenan masa kini.
1. Konteks Umum Injil Markus
Kitab Markus ditulis dengan gaya yang cepat dan ringkas, memperlihatkan Yesus sebagai Mesias yang berkuasa dan Hamba yang menderita. Pasal 9 berisi ajaran-ajaran Yesus setelah transfigurasi, di mana Ia mulai berbicara tentang penderitaan-Nya dan murid-murid dipanggil untuk mengikut Dia dengan pengorbanan.
Bagian ayat 43 ini muncul dalam konteks ajaran tentang skandalon (jebakan/penyesatan) dan keseriusan dosa. Yesus menasihati murid-murid agar tidak menjadi batu sandungan bagi sesama, terutama anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya.
2. Studi Kata: Makna Yunani Markus 9:43
Dalam teks Yunani asli:
“Καὶ ἐὰν σκανδαλίζῃ σε ἡ χείρ σου, ἀπόκοψον αὐτήν· καλόν ἐστίν σε κυλλὸν εἰσελθεῖν εἰς τὴν ζωήν, ἢ τὰς δύο χεῖρας ἔχοντα ἀπελθεῖν εἰς τὴν γέενναν, εἰς τὸ πῦρ τὸ ἄσβεστον·”
Beberapa kata penting:
-
σκανδαλίζῃ (skandalizē): berasal dari skandalon, berarti “menjadi batu sandungan” atau menyebabkan seseorang jatuh dalam dosa.
-
ἀπόκοψον (apokopson): berarti “potonglah”, kata ini adalah bentuk perintah aktif. Sifatnya tegas.
-
γέεννα (Geenna): “Gehena”, berasal dari “lembah Hinnom”, tempat pembakaran sampah dan korban manusia di luar Yerusalem, menjadi lambang neraka.
-
πῦρ τὸ ἄσβεστον (pur to asbestos): “api yang tak terpadamkan”, metafora untuk murka kekal Allah.
Jadi, Yesus berbicara dengan bahasa simbolis yang kuat untuk menekankan radikalitas pertobatan dan urgensi kekudusan.
3. Pandangan Teologi Reformed tentang Dosa
Salah satu ciri khas teologi Reformed adalah pandangan serius terhadap dosa. Dosa bukan sekadar pelanggaran moral, melainkan pemberontakan terhadap Allah yang kudus.
John Owen berkata, “Be killing sin or it will be killing you” — “Matikan dosa atau dosa akan mematikanmu.” Prinsip ini sejalan dengan pernyataan Yesus dalam Markus 9:43.
Menurut teologi Reformed, semua orang telah jatuh dalam dosa total (total depravity). Oleh karena itu, tidak ada ruang untuk menoleransi dosa dalam hidup orang percaya. Dosa harus dilawan dengan segenap kekuatan, melalui anugerah Allah.
4. Tafsiran John Calvin atas Markus 9:43
John Calvin menafsirkan ayat ini bukan sebagai ajakan literal untuk melukai diri, melainkan sebagai kiasan untuk menghilangkan segala sesuatu yang menjadi jalan masuk dosa, walau hal itu secara manusiawi terasa “berharga”.
Dalam komentarnya atas Injil Markus, Calvin menulis:
“Yesus tidak berbicara tentang memotong tangan sungguhan, tetapi tentang menanggalkan kebiasaan atau hubungan yang menggiring kita kepada dosa, walaupun terasa sulit dan menyakitkan bagi daging.”
Calvin ingin kita memahami bahwa jalan kekudusan menuntut pengorbanan. Bahkan sesuatu yang tampak ‘baik’ secara duniawi pun harus ditinggalkan jika itu menyebabkan kita berdosa.
5. Keselamatan dan Kutukan: Kehidupan Kekal vs. Gehena
Yesus memperhadapkan dua jalan:
-
Masuk ke dalam hidup (ζωήν) dengan kondisi “kudung”.
-
Masuk ke dalam Gehena dengan tangan utuh, tetapi binasa selamanya.
Thomas Watson dalam bukunya The Doctrine of Repentance menyatakan:
“Kita harus menyesali dan meninggalkan dosa dengan segenap jiwa, bahkan jika itu berarti kehilangan ‘tangan kanan’ kita — yaitu hal yang paling berharga dalam hidup.”
Watson memahami tangan sebagai lambang aktivitas dan kuasa. Jika aktivitas kita menjauhkan kita dari Allah, itu harus dihentikan.
6. Relevansi Ajaran Ini dengan Pertobatan Radikal
Ayat ini mendorong pertobatan yang radikal dan nyata. Tidak cukup hanya merasa bersalah atas dosa, tetapi perlu tindakan konkret memutuskan segala yang membuat kita jatuh.
Misalnya:
-
Jika pekerjaan menjerumuskan pada kompromi, mungkin harus ditinggalkan.
-
Jika hubungan membawa pada kenajisan, harus dihentikan.
-
Jika media sosial menyebabkan iri hati, gosip, atau nafsu, mungkin perlu dibatasi atau dihapus.
Hal ini bukan legalisme, tetapi ungkapan kasih kepada Kristus dan keseriusan terhadap kekudusan.
7. Neraka: Realitas yang Diajar oleh Kristus
Yesus berbicara lebih sering tentang neraka dibandingkan siapa pun dalam Alkitab. Markus 9:43 menyatakan bahwa api neraka itu “tak terpadamkan”. Dalam pandangan Reformed, ini adalah peringatan tentang murka Allah yang kudus.
Jonathan Edwards menggambarkan murka Allah sebagai:
“Bagaikan danau api yang dalam dan kekal, tempat keadilan Ilahi menyala tanpa henti atas dosa.”
Banyak gereja modern enggan berbicara tentang neraka, tetapi ajaran Kristus sangat jelas: ada akibat kekal bagi dosa yang tidak dipertobatkan.
8. Antara Simbolik dan Literal
Beberapa pembaca mungkin tergoda memahami Markus 9:43 secara harfiah. Namun para teolog Reformed sepakat bahwa ini adalah bahasa metaforis yang hiperbolis, bukan ajakan mutilasi diri.
R.C. Sproul menyatakan:
“Yesus sedang menekankan betapa seriusnya dosa itu. Jika kita bersedia mengorbankan tubuh demi kesehatan fisik, mengapa tidak mengorbankan hal duniawi demi kesehatan jiwa?”
Intinya: tindakan simbolis ini menggambarkan urgensi dan mutlaknya panggilan untuk menjauh dari dosa, apa pun harganya.
9. Pengaruh Ayat Ini dalam Kehidupan Kristen Sehari-hari
a. Kekristenan Bukan Hidup Nyaman
Banyak orang berpikir menjadi Kristen berarti hidup lebih mudah dan diberkati secara materi. Namun Yesus mengajarkan pengorbanan, penyangkalan diri, dan radikal terhadap dosa.
b. Dosa Harus Ditangani Secara Serius
Gereja masa kini cenderung permisif terhadap dosa. Markus 9:43 menegur kita untuk tidak main-main. Orang Kristen harus dikenal sebagai orang yang terus-menerus bertobat.
c. Menyucikan Hidup = Mematikan Dosa
Mortifikasi dosa adalah doktrin penting dalam tradisi Reformed. Seperti yang dikatakan Paulus: “Matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi” (Kolose 3:5). Markus 9:43 memberi dasar bagi praktik ini.
10. Ilustrasi dari Sejarah Gereja
Tokoh Puritan seperti John Owen, Richard Baxter, dan Thomas Brooks sangat menekankan kehidupan kudus dan perjuangan melawan dosa. Mereka bahkan menulis traktat khusus tentang bagaimana melawan dosa dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, Owen dalam Of the Mortification of Sin in Believers menyatakan:
“Jika engkau tidak berperang melawan dosa, maka engkau sedang berdamai dengannya. Dan jika engkau berdamai dengan dosa, engkau sedang berperang dengan Allah.”
11. Markus 9:43 dan Etika Digital
Dalam konteks modern, ayat ini sangat relevan:
-
Jika smartphone membuatmu berdosa, potonglah aksesnya.
-
Jika tayangan tertentu membuatmu jauh dari Allah, tinggalkan.
-
Jika komunitas online menyeretmu ke percabulan atau dosa lidah, jauhi.
Ayat ini mendorong setiap orang percaya untuk hidup secara sadar dan aktif melawan kecenderungan dosa, bahkan dengan cara ekstrem secara sosial.
Penutup: Jalan Kekudusan adalah Jalan Hidup
Markus 9:43 mengajak kita meninjau kembali sikap terhadap dosa. Bagi orang Kristen, keselamatan bukan sekadar percaya di mulut, tetapi dibuktikan dengan hidup dalam kekudusan. Ayat ini menegaskan bahwa hidup kekal lebih berharga dari kenikmatan sesaat.
Yesus berkata, lebih baik kehilangan satu bagian tubuh sekarang, daripada kehilangan jiwamu untuk selamanya. Ini adalah panggilan untuk bertobat dan hidup dalam kekudusan — bukan dengan kekuatan sendiri, tetapi oleh anugerah Allah melalui karya Roh Kudus.