Yohanes 20:26: Yesus Menjumpai Tomas dan Bukti Kebangkitan

Yohanes 20:26 — Yesus Menampakkan Diri kepada Tomas dan Bukti Kebangkitan

Pendahuluan

Dalam Injil Yohanes pasal 20, kita disuguhkan salah satu momen paling personal dan mendalam dalam penampakan Yesus yang telah bangkit: pertemuan-Nya dengan Tomas. Ayat 26 secara khusus menjadi titik balik, bukan hanya bagi Tomas, tetapi juga bagi pemahaman kita tentang iman, keraguan, dan kasih karunia Allah.

"Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: 'Damai sejahtera bagi kamu!'" (Yohanes 20:26, LAI-TB)

Ayat ini merupakan bagian penting dalam narasi penampakan Yesus pasca-kebangkitan, dan memiliki bobot teologis yang signifikan. Para teolog Reformed melihat peristiwa ini sebagai pengajaran tentang natur kebangkitan Kristus, respons kasih-Nya terhadap keraguan manusia, serta cara Tuhan memelihara iman umat-Nya melalui kehadiran-Nya yang penuh kuasa.

Latar Belakang Naratif dan Teologis

Sebelum menganalisis ayat 26, kita harus memahami konteksnya. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada para murid tanpa kehadiran Tomas (Yoh. 20:19-23). Tomas, ketika mendengar dari teman-temannya bahwa Yesus telah bangkit, merespons dengan skeptis:

"Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." (Yohanes 20:25)

John Calvin mencatat bahwa ini menunjukkan kondisi alami manusia yang cenderung tidak percaya kecuali dengan bukti nyata. Namun, Tuhan tidak mencela Tomas dengan murka, tetapi dengan penuh kasih karunia memberikan apa yang ia butuhkan untuk percaya.

Eksposisi Yohanes 20:26

"Delapan hari kemudian..."

Calvin dan banyak teolog Reformed melihat frasa ini bukan hanya sebagai penanda waktu, melainkan juga sebagai simbol kontinuitas dan penggenapan. Delapan hari, menurut tradisi Yahudi, adalah waktu yang menunjukkan permulaan yang baru — seperti sunat pada hari kedelapan (Kej. 17:12) dan kebangkitan Kristus pada hari pertama minggu itu.

"Ini merupakan lambang kehidupan baru di dalam Kristus — suatu ciptaan baru yang dimulai dengan kebangkitan." – Herman Ridderbos

Kehadiran Yesus delapan hari kemudian menyiratkan bahwa iman adalah pekerjaan progresif Allah dalam hati umat-Nya. Ia datang bukan secara acak, tetapi dalam waktu dan cara yang telah Ia tetapkan, sesuai kebutuhan rohani Tomas.

"Murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka."

Poin ini penting. Ketika Tomas tetap tinggal bersama komunitas iman meski sedang ragu, ia justru mengalami kehadiran Kristus. Dalam teologi Reformed, gereja sebagai tubuh Kristus adalah sarana kasih karunia (means of grace) yang Allah pakai untuk memperkuat iman.

Matthew Henry mencatat bahwa Tomas tidak dipisahkan dari para murid lain, sekalipun ia ragu. Ini menunjukkan bahwa keraguan tidak otomatis mengeluarkan seseorang dari komunitas orang percaya, tetapi komunitaslah yang menjadi tempat bagi keraguan itu untuk dijawab oleh Kristus sendiri.

"Sementara pintu-pintu terkunci..."

Ayat ini menunjukkan bahwa murid-murid masih hidup dalam ketakutan, meski sebelumnya sudah melihat Yesus. Ini menggambarkan ketegangan antara iman dan kelemahan manusia. Kendati demikian, Yesus tetap hadir — menunjukkan bahwa kuasa kebangkitan-Nya tidak terhalang oleh ketakutan, batas fisik, atau kekurangan iman.

R.C. Sproul menafsirkan ini sebagai bukti dari tubuh kebangkitan Kristus yang tidak terikat oleh hukum ruang dan waktu, namun tetap bersifat jasmani. Ini memperkuat doktrin Reformed mengenai realitas kebangkitan tubuh dan bahwa Yesus bangkit secara fisik, bukan sekadar secara spiritual.

"Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka..."

Frasa ini memiliki nuansa Kristologis yang dalam. Kristus hadir bukan di pinggiran, tapi di tengah-tengah — melambangkan otoritas dan pusat kehidupan rohani para murid. Dalam pemikiran Reformed, ini menunjuk pada kepemimpinan Kristus atas gereja-Nya (Kolose 1:18).

Yesus tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga sebagai pusat penyembahan dan sumber damai sejahtera. Ini menegaskan bahwa bahkan setelah kebangkitan, Ia tetap gembala yang hadir dan memimpin domba-domba-Nya.

"Dan berkata: 'Damai sejahtera bagi kamu!'"

Ucapan ini bukan sekadar sapaan biasa. Ini adalah penggenapan janji Kristus dalam Yohanes 14:27, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu...” Para teolog Reformed melihat frasa ini sebagai deklarasi berkat perjanjian. Setelah kebangkitan-Nya, damai sejahtera yang diberikan bukan damai secara emosional semata, melainkan damai dengan Allah (Rm. 5:1).

"Kata-kata Yesus ini adalah injil dalam bentuk paling ringkas: damai yang berasal dari pendamaian dosa, damai yang diberikan oleh Raja Damai." – John Owen

Yesus tidak mencela Tomas secara langsung, melainkan menyatakan damai. Ini adalah bukti kasih karunia yang sabar dan menyelamatkan. Ia meneguhkan iman, bukan dengan argumen, tetapi dengan kehadiran-Nya dan damai-Nya.

Aplikasi Teologis

1. Kristus Mengatasi Keraguan dengan Kasih Karunia

Tomas sering kali dijadikan contoh buruk tentang kurangnya iman. Namun, teolog Reformed seperti B.B. Warfield menekankan bahwa keraguan Tomas menjadi wadah kasih karunia Allah yang menyatakan diri. Tuhan tidak membuang orang yang ragu, tetapi menghampirinya dengan sabar dan penuh kasih.

Ini merupakan pelajaran penting bahwa iman bukan hasil kekuatan manusia, tetapi pemberian Allah. Ketika kita ragu, kita tidak harus menjauh, tetapi mendekat kepada komunitas dan menantikan kehadiran Kristus.

2. Kehadiran Kristus Tak Terbatas oleh Hambatan Duniawi

Yesus masuk melalui pintu yang terkunci — bukan karena Ia adalah roh, melainkan karena tubuh kebangkitan-Nya yang mulia. Ini menjadi dasar pengharapan umat percaya akan tubuh kebangkitan yang serupa dengan Kristus (1 Korintus15:42-49).

John MacArthur menekankan bahwa kehadiran Kristus yang supranatural menjadi penghiburan besar bagi gereja yang hidup dalam dunia yang tertutup oleh ketakutan, kekerasan, dan ketidakpastian. Kristus tidak pernah jauh.

3. Damai Sejahtera sebagai Hasil Kebangkitan

Yesus tidak datang untuk menghukum para murid yang bersembunyi atau Tomas yang ragu, melainkan membawa damai. Ini adalah damai yang berasal dari pengampunan dosa. Pengalaman Tomas membuktikan bahwa damai sejati hanya mungkin ketika orang berdosa mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus yang bangkit.

Teolog Reformed seperti Geerhardus Vos menunjukkan bahwa damai ini bukan sekadar psikologis, tetapi eskatologis — gambaran dari perdamaian kekal yang akan digenapi dalam Kerajaan Allah sepenuhnya kelak.

Kesimpulan: Tomas dan Kita Semua

Yohanes 20:26 adalah undangan bagi setiap orang percaya yang pernah ragu, takut, atau merasa tidak layak. Yesus yang bangkit tidak hanya hadir untuk merayakan kemenangan-Nya, tetapi juga untuk memulihkan yang lemah, meneguhkan yang goyah, dan membawa damai kepada yang hancur hati.

Sebagaimana Tomas akhirnya mengakui Yesus sebagai "Tuhanku dan Allahku" (Yoh. 20:28), demikian pula kita dipanggil untuk melihat dengan mata iman kepada Kristus yang hidup. Kehadiran-Nya di tengah ketakutan kita bukan mitos, melainkan kenyataan yang membebaskan.

Next Post Previous Post