A Christian and Plain Treatise of the Manner and Order of Predestination

Pendahuluan: Mengapa Predestinasi Penting dalam Teologi Reformed?
Predestinasi adalah salah satu doktrin paling mendalam dan kontroversial dalam tradisi Kekristenan, terutama dalam Teologi Reformed. Istilah ini berasal dari bahasa Latin praedestinare yang berarti "menentukan sebelumnya". Dalam konteks teologi, predestinasi merujuk pada rencana kekal Allah yang telah menentukan segala sesuatu, termasuk siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang tidak.
Menurut Kamus Browning dalam SABDA, predestinasi bukan sekedar konsep filosofis, melainkan pernyataan luar biasa tentang kemurahan dan kedaulatan Allah. Dalam pemahaman teologi Reformed, predestinasi tidak hanya tentang takdir manusia, tetapi juga mencerminkan kebesaran kasih karunia Allah dalam karya keselamatan.
Sejarah Singkat Doktrin Predestinasi
Dalam sejarah gereja, beberapa tokoh penting memberikan kontribusi terhadap perkembangan pemikiran tentang predestinasi, di antaranya:
1. Agustinus (354-430)
Agustinus adalah Bapa Gereja yang memperkenalkan doktrin predestinasi dengan penekanan kuat pada kedaulatan Allah dan ketidakberdayaan manusia karena dosa asal.
2. Yohanes Calvin (1509-1564)
Calvin, dalam karyanya Institutio Christianae Religionis, mengembangkan secara sistematis pandangan tentang predestinasi ganda (double predestination), yaitu bahwa Allah secara aktif memilih sebagian untuk diselamatkan (eleksi) dan sebagian untuk dihukum (reprobasi).
3. Reformator Lainnya
Beberapa teolog Reformed seperti Theodore Beza, Jonathan Edwards, dan Louis Berkhof turut memperdalam diskusi predestinasi, menekankan bahwa doktrin ini harus dipahami dalam terang kasih karunia dan kedaulatan Allah.
Definisi Predestinasi dalam Teologi Reformed
Menurut para teolog Reformed, predestinasi adalah keputusan kekal Allah sebelum dunia dijadikan, di mana Ia memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan melalui iman kepada Yesus Kristus.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menyatakan bahwa predestinasi mencakup dua aspek utama:
-
Predestinasi positif (eleksi): Pemilihan orang percaya untuk keselamatan.
-
Predestinasi negatif (reprobasi): Penolakan terhadap mereka yang tetap tinggal dalam ketidakpercayaan.
Namun, perlu dicatat bahwa penekanan utama dalam Teologi Reformed bukanlah pada reprobasi, tetapi pada kasih karunia Allah yang menyelamatkan.
Alasan Alkitabiah Mengenai Predestinasi
Doktrin predestinasi bukan sekadar spekulasi teologis, tetapi memiliki dasar Alkitabiah yang kuat. Beberapa ayat penting yang sering dikutip antara lain:
-
Roma 8:29-30 — "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula..."
-
Efesus 1:4-5 — "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan..."
-
Yohanes 6:37, 44 — Tentang mereka yang diberikan Bapa kepada Anak.
Menurut R.C. Sproul, seorang teolog Reformed kontemporer, predestinasi bukan tentang perampasan kebebasan manusia, tetapi tentang kebebasan Allah untuk menyelamatkan berdasarkan kehendak-Nya yang sempurna.
Predestinasi dan Kedaulatan Allah
Bagi Teologi Reformed, kedaulatan Allah adalah fondasi predestinasi. Allah bukan hanya mengetahui masa depan, tetapi juga menentukan masa depan.
John Piper dalam bukunya The Pleasures of God menjelaskan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu — termasuk keselamatan manusia — tanpa mengabaikan tanggung jawab manusia untuk percaya dan bertobat.
Predestinasi dan Kebebasan Manusia
Salah satu keberatan terhadap doktrin predestinasi adalah dugaan bahwa ajaran ini merampas kebebasan manusia. Namun, teologi Reformed menegaskan dua kebenaran yang berjalan bersamaan:
-
Allah berdaulat penuh atas keselamatan.
-
Manusia tetap bertanggung jawab atas responsnya terhadap Injil.
B.B. Warfield menyebutkan bahwa ketegangan ini bukan kontradiksi, tetapi misteri iman Kristen.
Tujuan Predestinasi Menurut Teologi Reformed
Doktrin predestinasi bukan untuk membuat orang sombong atau fatalis, tetapi memiliki beberapa tujuan rohani:
1. Mengagungkan Kemurahan Allah
Predestinasi menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah murni, bukan hasil usaha manusia.
2. Memberikan Penghiburan
Bagi orang percaya, predestinasi memberikan kepastian bahwa Allah memegang hidup mereka sampai kekekalan.
3. Mendorong Kekudusan
Kesadaran akan dipilih Allah mendorong hidup dalam kekudusan dan ketaatan.
Pandangan Pakar Teologi Reformed tentang Predestinasi
Berikut adalah beberapa kutipan penting dari para teolog Reformed ternama:
1. John Calvin
"Predestinasi adalah rahasia Allah yang harus kita hormati, bukan untuk diperdebatkan dengan sembrono."
2. Louis Berkhof
"Predestinasi menunjukkan bahwa keselamatan itu berasal dari Tuhan dari awal sampai akhir."
3. R.C. Sproul
"Kita tidak dipilih karena kita percaya, tetapi kita percaya karena kita telah dipilih."
4. John Piper
"Jika kita memahami predestinasi dengan benar, itu akan membuat kita rendah hati, bukan sombong."
Predestinasi dalam Kehidupan Praktis
Teologi Reformed tidak memisahkan doktrin dari kehidupan. Predestinasi berdampak nyata bagi kehidupan orang Kristen:
-
Menumbuhkan rasa syukur.
-
Menguatkan iman dalam penderitaan.
-
Memotivasi untuk mengabarkan Injil.
-
Menyadarkan akan pentingnya doa dan ketaatan.
Kritik dan Kesalahpahaman terhadap Predestinasi
Beberapa kesalahpahaman umum tentang predestinasi antara lain:
-
Predestinasi menghapuskan tanggung jawab manusia.
-
Predestinasi membuat orang tidak perlu menginjil.
-
Predestinasi menciptakan kesombongan rohani.
Teologi Reformed menegaskan bahwa semua itu adalah penyimpangan dari pemahaman yang benar. Predestinasi harus membawa kerendahan hati, kasih kepada sesama, dan semangat penginjilan.
Kesimpulan
Doktrin predestinasi adalah bagian integral dari iman Kristen Reformed. Ini bukan doktrin yang menakutkan, tetapi justru memperlihatkan keindahan kasih karunia Allah yang tidak layak kita terima. Teologi Reformed mengajarkan bahwa predestinasi bukan alasan untuk pasif, melainkan dorongan untuk hidup dalam kekudusan dan pelayanan.
Sebagaimana dikatakan Paulus dalam Efesus 1:4-6, tujuan Allah memilih umat-Nya adalah supaya mereka hidup kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya, sambil memuji kemuliaan kasih karunia-Nya.