Efesus 5:19: Pujian, Komunitas, dan Hati yang Menyembah

Pendahuluan
Dalam kehidupan orang percaya, penyembahan bukan hanya aktivitas liturgis, melainkan ekspresi dari hati yang telah diubahkan oleh kasih karunia Allah. Salah satu bagian paling penting dalam surat Efesus adalah ajaran Paulus tentang kehidupan penuh Roh, yang manifestasinya mencakup hubungan yang harmonis dalam komunitas, pujian yang rohani, dan penyembahan yang berasal dari hati.
“Berbicaralah satu sama lain dalam mazmur, kidung pujian, dan nyanyian rohani, menyanyilah dan buatlah lagu pujian kepada Tuhan dengan segenap hatimu.”
(Efesus 5:19, AYT)
Ayat ini terletak dalam konteks perintah untuk hidup dipenuhi oleh Roh Kudus (Efesus 5:18), yang kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam bentuk respons iman: salah satunya adalah menyanyi dan memuji Tuhan. Dalam teologi Reformed, ayat ini membuka wawasan mendalam tentang karakteristik penyembahan sejati, peran komunitas, dan hubungan antara ekspresi lahiriah dan kehidupan batiniah.
Artikel ini akan mengupas secara ekspositori ayat ini dengan dukungan dari pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Louis Berkhof, Sinclair Ferguson, R.C. Sproul, dan Herman Bavinck.
1. Konteks Efesus 5:18–21
Efesus 5:18 menyatakan perintah agar orang percaya dipenuhi dengan Roh Kudus. Ayat 19–21 menjelaskan hasil atau buah dari kepenuhan Roh tersebut, yakni:
-
Pujian dan penyembahan (Efesus 5:19)
-
Ucapan syukur (Efesus 5:20)
-
Kerendahan hati dan ketundukan dalam relasi (Efesus 5:21)
Ayat 19 secara khusus menyoroti peran pujian sebagai ungkapan dari hidup yang dipenuhi Roh Kudus.
2. “Berbicaralah satu sama lain dalam mazmur, kidung pujian, dan nyanyian rohani...”
A. Pujian Bersifat Komunal
Paulus menggunakan kata “berbicaralah satu sama lain” (Yunani: lalountes), yang menandakan bahwa pujian bukan hanya antara manusia dengan Tuhan, tetapi juga antar orang percaya. Pujian memiliki dimensi horizontal, bukan hanya vertikal.
John Calvin menyatakan bahwa musik rohani dalam ibadah bukanlah untuk hiburan, tetapi untuk mengajar dan membangun iman satu sama lain. Lagu rohani menjadi alat pengajaran yang kuat dalam komunitas.
B. Mazmur, Kidung Pujian, Nyanyian Rohani
1. Mazmur (psalmois)
Ini mengacu langsung pada Kitab Mazmur. Dalam tradisi Reformed, Mazmur memiliki tempat istimewa dalam ibadah karena merupakan kitab nyanyian ilahi yang diilhami oleh Roh Kudus.
Louis Berkhof menegaskan bahwa nyanyian Mazmur adalah bentuk penyembahan yang paling alkitabiah, karena berasal langsung dari wahyu Allah.
2. Kidung Pujian (hymnois)
Mengacu pada puji-pujian yang ditujukan secara langsung kepada Allah, sering kali menonjolkan atribut dan karya-Nya, seperti dalam Filipi 2:6–11.
3. Nyanyian Rohani (ōdais pneumatikais)
Lagu-lagu rohani yang diilhami oleh Roh Kudus, yang bisa bersifat spontan atau disusun, tetapi harus sesuai dengan kebenaran Alkitab.
Sinclair Ferguson memperingatkan bahwa "nyanyian rohani" harus tetap tunduk pada Firman, bukan didorong oleh emosi atau subjektivisme semata.
C. Nilai Didaktis dan Imanensi Pujian
R.C. Sproul menegaskan bahwa pujian adalah cara mengajarkan doktrin kepada jemaat. Apa yang dinyanyikan membentuk cara berpikir dan hidup orang Kristen.
Karena itu, teologi Reformed sangat menekankan kemurnian doktrin dalam lagu rohani. Lagu tidak boleh hanya enak didengar, tetapi juga harus sesuai dengan Injil.
3. “...menyanyilah dan buatlah lagu pujian kepada Tuhan...”
A. Pujian Sebagai Respons Vertikal
Setelah menjelaskan peran horizontal dari pujian (berbicaralah satu sama lain), Paulus menekankan dimensi vertikal: menyanyilah kepada Tuhan.
Pujian bukanlah performa, tetapi respon penyembahan kepada Allah yang kudus dan mulia.
Herman Bavinck menyatakan bahwa ibadah adalah ekspresi tertinggi dari relasi antara makhluk yang ditebus dan Sang Penebus. Dalam menyanyi, hati yang ditebus menyatu dengan kehendak Allah.
B. Musik Sebagai Instrumen Penebusan
Musik, dalam teologi Reformed, adalah anugerah umum yang dipulihkan menjadi anugerah khusus dalam gereja. Ketika dipakai dengan benar, musik menjadi alat untuk memuliakan Allah dan membangun tubuh Kristus.
4. “...dengan segenap hatimu.”
A. Ketulusan dan Integritas dalam Ibadah
Bagian ini menggarisbawahi bahwa ibadah sejati berasal dari hati, bukan hanya dari bibir.
John Calvin dalam komentarnya atas Mazmur menulis: "Allah tidak menerima pujian dari bibir yang kosong, tetapi dari hati yang percaya dan bersyukur."
B. Hati yang Dipenuhi Roh
Dalam konteks Efesus 5, hati yang bernyanyi kepada Tuhan adalah hati yang dipenuhi oleh Roh Kudus dan Firman Allah. Ini sejalan dengan Kolose 3:16:
"Biarlah Firman Kristus diam dengan limpah di antara kamu... nyanyikanlah mazmur, pujian dan nyanyian rohani dengan syukur di dalam hatimu kepada Allah."
5. Dimensi Teologi Reformed dalam Efesus 5:19
A. Liturgi yang Berbasis Firman
Teologi Reformed sangat menekankan bahwa ibadah gereja harus dikendalikan oleh regulatif principle — yaitu hanya dilakukan apa yang diperintahkan atau dicontohkan dalam Alkitab.
Nyanyian dalam ibadah harus:
-
Berdasarkan teks Alkitab
-
Memuliakan Kristus
-
Mendidik umat
-
Didorong oleh Roh Kudus, bukan emosi belaka
B. Kesatuan Iman dan Penyembahan
Nyanyian adalah cara di mana gereja mengafirmasi iman bersama, seperti dalam pengakuan iman dan doktrin. Lagu-lagu Reformed klasik (misalnya Mazmur, himne Puritan, dll.) memiliki struktur teologis yang kuat.
C. Kepemimpinan Roh Kudus dalam Ibadah
Kepenuhan Roh Kudus bukan hanya soal tanda-tanda ajaib, tetapi juga terlihat dalam pujian yang murni, penyembahan yang benar, dan relasi antar jemaat yang sehat.
Ferguson menekankan bahwa hidup dipenuhi Roh akan mengalir dalam penyembahan yang sejati — bukan histeria, tetapi kesalehan yang dalam.
6. Aplikasi Praktis dari Efesus 5:19
1. Nilai dan Pilih Lagu Berdasarkan Kebenaran
Tanyakan: Apakah lagu ini sesuai dengan Firman? Apakah lagu ini membangun iman? Apakah lagu ini memuliakan Kristus?
2. Bernyanyilah dengan Segenap Hati
Jangan hanya mengikuti irama atau lirik. Biarkan Roh Kudus bekerja di dalam hatimu saat kamu memuji Tuhan — baik di gereja maupun dalam keseharian.
3. Gunakan Musik untuk Mengajar dan Menguatkan Orang Lain
Lagu-lagu rohani dapat menjadi sarana untuk menasihati, menghibur, dan menguatkan orang lain — sebagai perpanjangan kasih dan kebenaran.
4. Hargai Kekayaan Tradisi Musik Kristen
Pelajari dan gunakan Mazmur, himne reformasi, dan lagu rohani yang teologis sebagai bagian dari pertumbuhan rohani.
5. Libatkan Diri dalam Ibadah Komunitas
Pujian bukan aktivitas pribadi semata, tetapi tindakan komunitas. Ambillah bagian secara aktif, dan biarlah roh persaudaraan terpancar melalui penyembahan.
Kesimpulan
Efesus 5:19 adalah seruan yang indah dan mendalam:
-
Untuk menyanyikan pujian sebagai hasil dari hidup yang dipenuhi Roh
-
Untuk membangun satu sama lain melalui nyanyian rohani
-
Untuk memuji Tuhan dari hati yang tulus
-
Untuk menumbuhkan kehidupan ibadah yang berakar dalam Firman dan dipimpin oleh Roh Kudus
Dalam terang teologi Reformed, ibadah yang sejati adalah ibadah yang didasarkan pada kebenaran Kitab Suci, diarahkan kepada Kristus, dan dipenuhi oleh Roh Kudus.