Galatia 6:12-13: Legalisme dan Kemunafikan dalam Terang Injil

Pendahuluan
Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia yang sedang menghadapi pengaruh ajaran sesat dari kaum Yudaisme, yang mengajarkan bahwa orang Kristen harus disunat dan menaati hukum Musa untuk memperoleh keselamatan. Paulus menentang ajaran ini dengan tegas dan menekankan bahwa keselamatan hanya diperoleh melalui iman kepada Kristus, bukan melalui hukum Taurat atau perbuatan manusia.
Dalam Galatia 6:12-13, Paulus mengecam orang-orang yang memaksakan sunat kepada orang percaya dengan motif yang salah. Ayat ini berbunyi:
“Mereka yang ingin memamerkan kebaikan dari hal-hal yang lahiriah akan memaksamu untuk disunat. Mereka melakukan hal itu supaya tidak dianiaya demi salib Kristus. Mereka yang disunat pun tidak menaati Hukum Taurat, tetapi mereka ingin kamu disunat supaya mereka dapat memegahkan diri atas sunatmu.” (Galatia 6:12-13, AYT)
Ayat ini menyoroti kemunafikan para penganut Yudaisme yang lebih peduli dengan pujian manusia daripada kebenaran Injil. Mereka memanipulasi hukum Taurat bukan untuk menaati Allah, tetapi untuk menghindari penganiayaan dan mendapat pengakuan dari orang lain.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas eksposisi ayat ini dalam perspektif teologi Reformed, berdasarkan pandangan John Calvin, Charles Hodge, Herman Bavinck, dan Louis Berkhof.
Konteks Galatia 6:12-13
Surat Galatia ditulis untuk menegur jemaat yang mulai terpengaruh oleh ajaran sesat yang mengajarkan bahwa keselamatan bergantung pada sunat dan hukum Taurat. Paulus dalam surat ini menekankan bahwa keselamatan adalah anugerah melalui iman kepada Kristus (Galatia 2:16).
Dalam pasal 6, Paulus membahas gaya hidup Kristen yang sejati, yang didasarkan pada buah Roh (Galatia 5:22-23) dan hidup dalam kebenaran Injil. Ayat 12-13 mengungkap motivasi buruk dari para pengajar palsu, yang lebih peduli dengan status sosial daripada ketaatan kepada Kristus.
Eksposisi Galatia 6:12-13 dalam Teologi Reformed
1. “Mereka yang ingin memamerkan kebaikan dari hal-hal yang lahiriah” – Agama yang Berpusat pada Tampilan Luar
John Calvin: Agama yang Hanya Formalitas
John Calvin dalam Commentary on Galatians menegaskan bahwa:
-
Para pengajar palsu lebih peduli dengan citra diri mereka di hadapan manusia daripada ketaatan sejati kepada Tuhan.
-
Mereka hanya memperhatikan hal-hal lahiriah (seperti sunat) sebagai tanda kesalehan, tetapi hati mereka jauh dari Tuhan.
-
Mereka tidak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, tetapi ingin mendapat pengakuan dari manusia.
Menurut Calvin, agama yang hanya berfokus pada ritual lahiriah tanpa iman yang sejati adalah kemunafikan.
Charles Hodge: Kesalehan yang Palsu
Charles Hodge dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa:
-
Kecenderungan manusia berdosa adalah menggantikan iman sejati dengan ritual eksternal.
-
Ini adalah bentuk legalisme, di mana orang lebih percaya pada perbuatan manusia daripada anugerah Allah.
-
Legalistik seperti ini sebenarnya menunjukkan ketakutan terhadap manusia, bukan ketaatan kepada Tuhan.
Ini menunjukkan bahaya agama yang hanya berfokus pada simbol eksternal, tanpa pertobatan dan iman sejati.
2. “Agar mereka tidak dianiaya demi salib Kristus” – Menghindari Pengorbanan demi Kenyamanan
Herman Bavinck: Injil Menuntut Pengorbanan
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menegaskan bahwa mengikut Kristus berarti menanggung penderitaan.
-
Injil Kristus bertentangan dengan keinginan dunia yang mencari kenyamanan.
-
Orang yang menolak salib Kristus sering kali melakukannya karena takut akan penderitaan dan penganiayaan.
-
Pengajar palsu di Galatia lebih memilih keselamatan semu daripada menanggung konsekuensi iman sejati.
Bavinck menekankan bahwa kekristenan sejati menuntut keberanian untuk menanggung salib dan menolak kompromi dengan dunia.
Louis Berkhof: Salib sebagai Pusat Injil
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa:
-
Salib adalah pusat Injil, karena melalui salib, Kristus menyelamatkan manusia dari dosa.
-
Menolak salib berarti menolak Injil sejati dan menggantikannya dengan agama manusia.
-
Orang yang menghindari salib cenderung mencari pembenaran diri melalui usaha manusia (seperti sunat dan hukum Taurat).
Paulus mengkritik para pengajar palsu karena mereka menolak penderitaan demi Injil dan lebih memilih kenyamanan duniawi.
3. “Mereka yang disunat pun tidak menaati Hukum Taurat” – Kemunafikan Legalisme
John Calvin: Legalisme yang Tidak Konsisten
Calvin menekankan bahwa para legalis sebenarnya tidak benar-benar menaati hukum Taurat.
-
Mereka menekankan sunat, tetapi mengabaikan aspek lain dari hukum Taurat.
-
Mereka memilih aturan yang menguntungkan mereka, tetapi tidak hidup dalam kebenaran.
-
Legalistik seperti ini adalah bentuk kemunafikan karena mereka sendiri tidak menaati standar yang mereka paksakan kepada orang lain.
Charles Hodge: Bahaya Kemunafikan Agama
Charles Hodge menambahkan bahwa kemunafikan adalah salah satu dosa terbesar dalam agama.
-
Orang yang legalistik sering kali lebih peduli dengan peraturan daripada dengan hati yang diubahkan.
-
Mereka ingin mengontrol orang lain tanpa menjalani hidup yang benar.
-
Legalisme tanpa kasih karunia hanya menghasilkan kesombongan dan kemunafikan.
4. “Mereka ingin kamu disunat supaya mereka dapat memegahkan diri atas sunatmu” – Mencari Pengakuan Daripada Mengutamakan Kebenaran
Herman Bavinck: Agama yang Berorientasi pada Pengakuan Manusia
Bavinck menegaskan bahwa:
-
Pengajar palsu tidak sungguh-sungguh peduli dengan keselamatan orang lain, tetapi hanya ingin memperoleh pujian dari manusia.
-
Mereka mengukur kesuksesan mereka berdasarkan jumlah pengikut, bukan kebenaran firman Tuhan.
-
Ini adalah bentuk kesombongan rohani yang menjauhkan orang dari anugerah Tuhan.
Louis Berkhof: Keselamatan Bukan Berdasarkan Perbuatan
Berkhof menjelaskan bahwa:
-
Keselamatan tidak pernah bergantung pada perbuatan manusia, tetapi hanya pada anugerah Tuhan.
-
Mereka yang mencari kemuliaan dari manusia telah kehilangan pemahaman akan Injil.
-
Orang Kristen harus mengutamakan kemuliaan Allah, bukan pengakuan manusia.
Aplikasi Galatia 6:12-13 dalam Kehidupan Kristen
-
Jangan terjebak dalam legalisme
-
Keselamatan bukan karena perbuatan kita, tetapi karena anugerah Kristus.
-
-
Berani menanggung konsekuensi iman
-
Mengikut Kristus berarti bersedia menghadapi tantangan dan penderitaan.
-
-
Hindari kemunafikan rohani
-
Iman sejati harus diiringi dengan hidup yang selaras dengan Injil.
-
-
Jangan mencari pengakuan manusia, tetapi utamakan kemuliaan Tuhan
-
Fokus utama kita adalah menyenangkan Tuhan, bukan mendapatkan pujian dari orang lain.
-
Kesimpulan
Galatia 6:12-13 mengingatkan kita akan bahaya legalisme dan kemunafikan rohani. Para pengajar palsu di Galatia lebih mementingkan tampilan luar daripada iman sejati, dan mereka menghindari penderitaan demi Kristus demi kenyamanan duniawi.
Teologi Reformed menekankan bahwa keselamatan hanya berdasarkan anugerah Tuhan, bukan perbuatan manusia. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran, menanggung salib Kristus, dan mengutamakan kemuliaan Allah di atas segalanya.