Gembalakanlah Domba Allah: 1 Petrus 5:2

“Gembalakanlah domba-domba Allah yang ada padamu! Dengan memelihara mereka bukan karena paksaan, melainkan dengan rela, seperti yang Allah kehendaki. Jangan melakukannya untuk mendapatkan keuntungan yang hina, tetapi karena kesediaanmu.”
(1 Petrus 5:2, AYT)
Pendahuluan: Panggilan Ilahi untuk Para Gembala
Pelayanan sebagai gembala jemaat adalah panggilan ilahi, bukan karier profesional. Ayat ini, bagian dari nasihat akhir Rasul Petrus dalam suratnya, menyampaikan perintah yang sangat penting bagi para pemimpin gereja: menggembalakan umat Allah dengan hati yang rela, bukan karena paksaan atau ambisi pribadi.
Dalam konteks modern di mana pelayanan gerejawi kerap diukur dari pengaruh, kekuasaan, dan materi, 1 Petrus 5:2 menantang para pelayan Tuhan untuk kembali pada visi pelayanan yang murni dan alkitabiah.
I. Konteks Surat 1 Petrus
Surat 1 Petrus ditulis untuk umat Kristen yang mengalami penderitaan, penganiayaan, dan tekanan karena iman mereka. Dalam pasal 5, Petrus berfokus pada penguatan struktur gereja, dan memanggil para penatua (presbyteros) untuk menggembalakan domba Allah dengan kerendahan hati dan integritas rohani.
Menurut Wayne Grudem dalam Tyndale Commentary, Petrus menulis dengan semangat pastoral yang mendalam, memberikan arahan penting kepada para pemimpin tentang bagaimana bersikap dalam masa sulit.
II. Eksposisi Kata demi Kata (1 Petrus 5:2)
“Gembalakanlah domba-domba Allah yang ada padamu!”
A. Tugas Gembala: Menggembalakan, Bukan Menguasai
Kata “gembalakan” (poimanate dalam bahasa Yunani) berarti memimpin, memberi makan, melindungi, dan membimbing. Tugas ini bukan tentang otoritas yang memerintah, tetapi pelayanan kasih kepada domba-domba milik Allah.
John Calvin menekankan:
“Pelayan bukanlah tuan dari jemaat, tetapi hamba yang dipercayakan oleh Tuhan untuk merawat milik-Nya. Maka, pelayanan ini harus dijalankan dengan takut dan gentar.”
B. "Domba-domba Allah"
Petrus menegaskan bahwa umat yang digembalakan adalah milik Allah, bukan milik pribadi gembala. Ini mengingatkan setiap pemimpin bahwa mereka hanya pengelola, bukan pemilik.
“Dengan memelihara mereka bukan karena paksaan, melainkan dengan rela, seperti yang Allah kehendaki.”
A. Pelayanan dengan Hati yang Rela
Pelayanan sejati tidak boleh lahir dari tekanan atau kewajiban. Gembala yang sejati melayani karena kerelaan hati, sebagaimana Allah rela memberikan Anak-Nya bagi dunia.
R.C. Sproul dalam The Priest with Dirty Clothes menyatakan:
“Pelayanan yang dipaksakan akan mengarah pada kepahitan, tetapi pelayanan yang lahir dari kasih akan melahirkan buah rohani.”
B. “Seperti yang Allah kehendaki”
Dalam bahasa Yunani, ini berarti “menurut kehendak Allah” — menunjukkan bahwa pelayanan harus sesuai dengan standar dan hati Allah, bukan budaya dunia atau ambisi pribadi.
“Jangan melakukannya untuk mendapatkan keuntungan yang hina, tetapi karena kesediaanmu.”
A. Menolak Motif Keuntungan
Petrus menegur secara langsung mereka yang menggunakan pelayanan sebagai sarana mencari keuntungan finansial atau status sosial.
Sinclair Ferguson dalam The Whole Christ menulis:
“Jika seseorang melihat pelayanan hanya sebagai jalur karier atau keuntungan, maka ia sedang memperdagangkan kasih karunia Allah.”
B. Pelayanan yang Sukarela dan Berkorban
Sebaliknya, gembala sejati melayani dengan kerelaan dan pengorbanan, tidak mengandalkan kompensasi dunia, tetapi upah dari Tuhan (lihat 1 Ptr. 5:4).
III. Perspektif Teologi Reformed terhadap Kepemimpinan Gerejawi
A. Kepemimpinan Adalah Amanat Kudus
Dalam teologi Reformed, kepemimpinan gereja dipandang sebagai panggilan kudus, bukan jabatan sosial. Pemimpin rohani harus:
-
Dipanggil oleh Tuhan secara internal dan eksternal.
-
Diakui oleh jemaat.
-
Memenuhi syarat karakter dalam 1 Timotius 3 dan Titus 1.
John Stott menyebut hal ini sebagai “kepadatan tanggung jawab yang suci” dalam The Cross of Christ.
B. Gembala Adalah Cerminan Kristus, Sang Gembala Agung
Yesus disebut sebagai Gembala Agung (Ibrani 13:20). Maka, setiap gembala harus meneladani:
-
Kasih yang rela berkorban (Yoh. 10:11)
-
Kepedulian terhadap yang tersesat (Mat. 18:12-14)
-
Kelemahlembutan dalam membimbing (Yes. 40:11)
Herman Bavinck menyatakan bahwa pelayanan gembala adalah partisipasi dalam pelayanan Kristus yang sedang berlangsung melalui gereja-Nya.
IV. Aplikasi Praktis bagi Pelayan dan Gembala Masa Kini
A. Jangan Jadikan Pelayanan sebagai Alat Pencitraan
Banyak pelayanan kini dijalankan seperti perusahaan, dengan citra, merek, dan pengaruh. Tapi 1 Petrus 5:2 mengingatkan bahwa fokus pelayanan adalah domba, bukan panggung atau popularitas.
Pertanyaan reflektif:
Apakah aku melayani karena panggilan, atau karena gengsi dan kesempatan?
B. Bangun Motivasi Pelayanan dari Kasih dan Anugerah
Jika motivasi pelayanan tidak berasal dari anugerah, maka cepat atau lambat akan luntur dalam kelelahan dan kekecewaan. Kasih Kristuslah yang harus menggerakkan kita (2 Kor. 5:14).
C. Tanggapi Penderitaan Jemaat dengan Empati
Dalam konteks 1 Petrus, para gembala diingatkan untuk menjadi sumber penghiburan di tengah penderitaan jemaat, bukan penambah beban.
V. Perbandingan dengan Yesus: Gembala yang Baik
Yesus berkata:
“Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” (Yohanes 10:11)
Ini menjadi pola utama bagi setiap pemimpin rohani. Bukan memerintah, tapi melayani. Bukan mengambil, tapi memberi.
Pertanyaan untuk refleksi pemimpin:
-
Apakah aku mencerminkan karakter Kristus dalam pelayananku?
-
Apakah aku dikenal karena kasih dan kesediaan, bukan otoritas dan ambisi?
VI. Tantangan bagi Gereja Masa Kini
A. Gembala yang Jadi Bos, Bukan Pelayan
Dalam banyak gereja, pemimpin dianggap sebagai bos yang sulit dijangkau. Padahal, Petrus memanggil para pemimpin untuk menjadi penggembala, bukan penguasa (ayat 3).
B. Komersialisasi Pelayanan
Fenomena “pelayanan berbayar”, “konten eksklusif”, dan “jabatan rohani untuk keuntungan” semakin menjauh dari visi 1 Petrus 5:2.
Gereja perlu menyaring kembali motivasi pelayanan berdasarkan prinsip kasih karunia dan teladan Kristus.
VII. Doa Reflektif
“Tuhan, Engkaulah Gembala Agung kami. Bentuklah para pemimpin di tengah jemaat-Mu agar memiliki hati seperti-Mu — rela, rendah hati, dan penuh kasih. Singkirkan ambisi, paksa, dan motivasi duniawi dari pelayanan kami. Biarlah kami melayani demi Engkau, dan bagi kemuliaan-Mu saja. Amin.”
Kesimpulan: Gembala yang Setia dalam Dunia yang Sibuk
1 Petrus 5:2 bukan sekadar nasihat, tetapi manifesto bagi setiap pelayan dan pemimpin gerejawi. Dalam zaman di mana pelayanan bisa dengan mudah diselewengkan menjadi panggung pribadi atau jalur keuntungan, ayat ini meneguhkan kembali esensi pelayanan Kristen: menggembalakan umat Allah dengan hati yang rela dan murni.
“Gembalakanlah domba-domba Allah… bukan karena paksaan, tetapi dengan rela... bukan karena keuntungan, tetapi karena kesediaan.”
Catatan:
Teks Alkitab diambil dari versi Alkitab Yang Terbuka (AYT) Artikel ini bertujuan sebagai bahan studi mendalam dan pembinaan pelayanan dalam terang teologi Reformed.