Matius 27:45: Kegelapan Menyelimuti Salib

Matius 27:45: Kegelapan Menyelimuti Salib

Teks Ayat (AYT):
Sekarang, dari jam keenam, kegelapan atas seluruh tanah itu, sampai jam kesembilan.
Matius 27:45

1. Pendahuluan

Matius 27:45 mencatat salah satu peristiwa paling dramatis dalam seluruh narasi penyaliban Yesus: kegelapan yang menyelimuti seluruh tanah selama tiga jam, dari jam keenam (sekitar tengah hari) sampai jam kesembilan (sekitar pukul 3 sore). Apa makna dari kegelapan ini? Apakah ini hanya fenomena alam, atau ada pesan teologis yang lebih dalam? Dalam artikel ini, kita akan menggali eksposisi mendalam berdasarkan tradisi Reformed dan pendapat para teolog terkemuka.

2. Latar Belakang Historis dan Konteks

Dalam budaya Yahudi, waktu dihitung sejak pukul enam pagi, sehingga jam keenam adalah pukul 12 siang. Fakta bahwa kegelapan menyelimuti pada saat yang seharusnya paling terang sangat signifikan. Peristiwa ini tercatat tidak hanya oleh Matius, tetapi juga oleh Markus (15:33) dan Lukas (23:44-45), menandakan pentingnya dalam narasi Injil.

Konteks Narasi Penyaliban

Matius 27 menggambarkan puncak dari penderitaan Yesus: penghinaan, pengadilan, penyaliban, dan akhirnya kematian-Nya. Ayat 45 muncul tepat sebelum seruan Yesus "Eloi, Eloi, lama sabaktani?" (ayat 46), yang mencerminkan penderitaan batiniah-Nya karena ditinggalkan oleh Bapa. Kegelapan itu bukan sekadar latar belakang, melainkan bagian dari pewahyuan ilahi akan makna salib.

3. Pandangan Teolog Reformed tentang Matius 27:45

a. John Calvin – “Simbol Murka Allah”

Calvin menafsirkan kegelapan sebagai simbol murka Allah atas dosa yang ditanggung oleh Kristus. Dalam Commentaries on the Harmony of the Gospels, Calvin berkata:

“Kegelapan adalah tanda dari penghakiman Allah. Seolah-olah surga itu sendiri menyatakan kesedihannya, dan bumi tidak layak menerima terang saat Anak-Nya dipakukan di salib.”

Menurut Calvin, peristiwa ini menegaskan bahwa Kristus bukan hanya mengalami penderitaan fisik, melainkan menanggung murka ilahi sebagai pengganti umat-Nya.

b. R.C. Sproul – “The Forsakenness and Wrath”

Dalam bukunya The Truth of the Cross, R.C. Sproul menyatakan bahwa kegelapan adalah manifestasi eksternal dari keterpisahan antara Allah Bapa dan Anak. Ia menulis:

“Di tengah-tengah siang bolong, kegelapan turun untuk menyatakan bahwa penghakiman Allah sedang berlangsung. Yesus tidak hanya ditinggalkan oleh manusia, tetapi oleh Bapa-Nya, mengalami neraka itu sendiri: keterpisahan dari Allah.”

Sproul melihat ini sebagai puncak dari doktrin penebusan substitusioner — bahwa Kristus menggantikan kita di bawah murka Allah.

c. Herman Bavinck – “Kristus sebagai Penanggung Murka”

Dalam Reformed Dogmatics, Bavinck membahas aspek kosmis dari penebusan. Kegelapan, dalam pandangan Bavinck, melambangkan kacau dan kejatuhan kosmos akibat dosa. Yesus, dalam penderitaan-Nya, menanggung bukan hanya dosa individu, tetapi seluruh pencemaran ciptaan.

“Penyaliban Kristus melibatkan seluruh ciptaan, karena Ia datang untuk memulihkan segalanya. Kegelapan adalah ekspresi dari penderitaan kosmis yang ditanggung oleh Penebus.”

4. Makna Teologis dari Kegelapan

a. Simbolisme dalam Perjanjian Lama

Kegelapan sering kali dalam PL merupakan tanda penghakiman dan kehadiran Allah.

  • Keluaran 10:21-23 – Tulah kegelapan atas Mesir.

  • Amos 8:9 – Nubuat tentang hari murka Tuhan: “Pada hari itu… Aku akan membuat matahari terbenam di tengah hari.”

Yesus sedang memikul kutukan hukum Taurat (Galatia 3:13), dan kegelapan ini mencerminkan penghakiman ilahi atas dosa. Ini adalah penggenapan dari nubuat-nubuat PL.

b. Theophany Terbalik

Biasanya, theophany (penyataan Allah) disertai terang (lihat Transfigurasi, atau Keluaran 33). Tetapi pada salib, Allah hadir dalam keheningan dan kegelapan, sebagai tanda penghakiman, bukan berkat.

c. Penebusan Kristus sebagai Pusat

Dalam teologi Reformed, salib adalah pusat dari seluruh narasi Alkitab — momen di mana keadilan dan kasih Allah bertemu (Roma 3:26). Kegelapan di tengah hari adalah "tabir" yang menyembunyikan momen paling kudus, yaitu saat Kristus menanggung dosa umat-Nya.

5. Tafsiran Historis dari Gereja

a. Gereja Puritan

Para Puritan sering menekankan aspek keseriusan dosa dalam eksposisi Matius 27:45. Mereka melihat bahwa hanya dengan kegelapan dan penderitaan Yesus, dosa bisa ditebus.

Richard Baxter menulis:

“Jika salib adalah harga keselamatan, maka betapa mengerikannya dosa yang harus ditebus dengan penderitaan dalam kegelapan.”

b. Reformasi Skotlandia – Teologi Covenant

Dalam teologi perjanjian, Yesus dianggap menanggung kutuk perjanjian bagi umat Allah (Ulangan 28:29 menyebut kegelapan sebagai akibat dari pelanggaran). Oleh karena itu, Matius 27:45 adalah perwujudan nyata dari kutuk itu.

6. Aplikasi Praktis dan Spiritual

a. Kematian Kristus Bukan Kecelakaan

Peristiwa kegelapan menunjukkan bahwa penyaliban Yesus adalah bagian dari rencana ilahi, bukan tragedi sejarah belaka. Ini menunjukkan kedaulatan Allah dalam menyelamatkan umat-Nya.

b. Kekuatan Salib Mengubah Segalanya

Kegelapan membawa kesan bahwa harapan telah hilang, tetapi pada saat itulah penebusan sedang terjadi. Dalam kehidupan orang percaya, momen tergelap bisa menjadi tempat di mana karya Allah paling nyata.

c. Seruan untuk Pertobatan

Melihat kegelapan yang menyelimuti saat Yesus disalibkan, orang percaya dipanggil untuk merenungkan beratnya dosa mereka dan kembali kepada salib setiap hari.

7. Perbandingan Injil dan Bukti Historis

Ketiga Injil Sinoptik mencatat kegelapan ini, namun tidak ada penjelasan ilmiah yang pasti. Beberapa sarjana mencoba menjelaskan sebagai gerhana, tetapi tidak mungkin terjadi saat Paskah karena itu terjadi saat bulan purnama. Maka, kegelapan ini bersifat supernatural, seperti yang diyakini oleh para reformator.

8. Perspektif Apologetik

Dalam apologetika Reformed, peristiwa ini digunakan untuk menunjukkan bahwa Alkitab mencatat realitas spiritual, bukan hanya fenomena alam. Kegelapan adalah bukti bahwa penyaliban Kristus adalah momen teologis penting, bukan semata-mata peristiwa politik atau sosial.

Simpulan: Terang dari Dalam Kegelapan

Matius 27:45 bukanlah sekadar catatan sejarah. Ini adalah wahyu ilahi tentang kedalaman kasih Allah dan beratnya murka-Nya terhadap dosa. Dalam tiga jam kegelapan itu, Yesus menanggung apa yang tidak bisa kita bayangkan: keterpisahan dari Bapa, penderitaan ilahi, dan penghakiman menggantikan kita.

Next Post Previous Post