Hagai 1:1-2 – Panggilan untuk Membangun Kembali Rumah Tuhan

Hagai 1:1-2 – Panggilan untuk Membangun Kembali Rumah Tuhan

Pendahuluan

Kitab Hagai adalah salah satu kitab nabi kecil dalam Perjanjian Lama yang berisi pesan kuat tentang kepatuhan kepada Tuhan dan prioritas dalam kehidupan rohani. Ayat Hagai 1:1-2 berbunyi:

“Pada tahun kedua pemerintahan Raja Darius, pada bulan keenam, pada hari pertama bulan itu, firman TUHAN datang melalui Nabi Hagai kepada Zerubabel anak Sealtiel, gubernur Yehuda, dan kepada Yosua anak Yozadak, Imam Besar, yang berkata, ‘Inilah firman TUHAN semesta alam, kata-Nya, Bangsa ini mengatakan bahwa belum tiba waktunya untuk membangun kembali Bait TUHAN!’” (Hagai 1:1-2, AYT)

Ayat ini menyoroti kondisi spiritual bangsa Israel pasca-pembuangan, di mana mereka mengabaikan pembangunan kembali Bait Suci dengan alasan bahwa waktunya belum tepat. Tuhan menegur mereka melalui Nabi Hagai, menantang mereka untuk mengutamakan kembali ibadah kepada-Nya.

Dalam artikel ini, kita akan mengupas eksposisi Hagai 1:1-2, melihat konteks sejarahnya, serta meninjau pandangan beberapa teolog Reformed terhadap ayat ini.

1. Konteks Sejarah Kitab Hagai

Kitab Hagai ditulis sekitar tahun 520 SM, yaitu 16 tahun setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan di Babel (538 SM). Mereka telah kembali ke Yehuda dengan izin Raja Koresh (Ezra 1:1-4) dan mulai membangun kembali Bait Suci. Namun, karena perlawanan dari bangsa-bangsa sekitar dan karena keengganan mereka sendiri, proyek ini terhenti.

Pada masa itu, pemerintahan berada di tangan Raja Darius I (522-486 SM) dari Persia, dan dua pemimpin utama bangsa Yehuda adalah:

  • Zerubabel, gubernur Yehuda dari keturunan Daud

  • Yosua, Imam Besar yang memimpin umat dalam hal rohani

Melalui Hagai, Tuhan menegur umat-Nya yang sibuk membangun rumah mereka sendiri tetapi membiarkan Bait Allah dalam keadaan terbengkalai.

2. Eksposisi Hagai 1:1-2

a. Tahun Kedua Raja Darius (Hagai 1:1)

Hagai secara spesifik menyebutkan bahwa pesan ini datang pada tahun kedua pemerintahan Raja Darius. Hal ini menunjukkan bahwa kitab ini bukan hanya nubuat simbolik, tetapi memiliki konteks historis yang nyata.

Teolog Reformed, John Calvin, menekankan bahwa penentuan waktu dalam nubuat ini menandakan keseriusan firman Tuhan. Ia mengatakan:

“Tuhan berbicara pada waktu yang tepat, ketika manusia sudah terlalu lama menunda ketaatan mereka.”

Artinya, Tuhan tidak tinggal diam terhadap ketidaktaatan umat-Nya, tetapi menyampaikan teguran tepat pada waktunya.

b. Firman Tuhan Datang kepada Zerubabel dan Yosua (Hagai 1:1)

Tuhan berbicara melalui Nabi Hagai kepada dua pemimpin utama bangsa itu:

  1. Zerubabel – pemimpin politik dan keturunan Daud

  2. Yosua – pemimpin rohani sebagai Imam Besar

John Gill, seorang teolog Reformed, menjelaskan bahwa pemilihan dua pemimpin ini menunjukkan bahwa kebangunan rohani harus melibatkan kepemimpinan yang kuat, baik secara politik maupun spiritual. Tanpa kepemimpinan yang tunduk kepada Tuhan, umat akan tetap dalam kondisi suam-suam kuku.

c. Bangsa Ini Berkata: "Belum Waktunya Membangun Kembali Bait Allah" (Hagai 1:2)

Dalam ayat 2, Tuhan mengutip pernyataan orang-orang Israel yang menunda pembangunan kembali Bait Suci. Mereka beralasan bahwa waktunya belum tepat.

Namun, Arthur Pink, seorang teolog Reformed, menafsirkan ini sebagai rasionalisasi dosa. Ia mengatakan:

“Ketika manusia menunda ketaatan dengan dalih ‘waktu yang tidak tepat’, sesungguhnya itu adalah tanda hati yang tidak siap untuk taat.”

Ini mengajarkan kita bahwa ketidaktaatan sering kali dibungkus dengan alasan yang tampak masuk akal, padahal akar masalahnya adalah prioritas yang salah.

3. Pandangan Teologi Reformed tentang Hagai 1:1-2

Para teolog Reformed memiliki beberapa pandangan yang mendalam tentang ayat ini:

a. John Calvin: Kepatuhan kepada Tuhan Harus Menjadi Prioritas

John Calvin dalam tafsirannya menekankan bahwa ketaatan kepada perintah Tuhan harus didahulukan dibandingkan urusan duniawi. Ia mengatakan:

“Orang-orang Israel mengira bahwa mereka bisa mengatur waktu mereka sendiri untuk melayani Tuhan, tetapi Tuhan menegur mereka: ‘Bukan kamu yang menentukan waktu, tetapi Aku.’”

Hal ini mengajarkan kita bahwa ketaatan kepada Tuhan tidak boleh ditunda hanya karena keadaan yang tidak nyaman.

b. Matthew Henry: Peringatan bagi Gereja untuk Mengutamakan Ibadah

Matthew Henry menafsirkan ayat ini sebagai peringatan bagi gereja modern yang sering kali lebih sibuk dengan urusan duniawi daripada ibadah kepada Tuhan. Ia menulis:

“Ketika gereja lebih sibuk membangun kerajaan duniawi daripada kerajaan Allah, mereka sedang berjalan menuju kehancuran.”

Hal ini sangat relevan bagi orang percaya masa kini. Apakah kita lebih sibuk mengejar karier, kenyamanan, dan harta daripada membangun hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan?

c. Charles Spurgeon: Alasan yang Dapat Menghancurkan Iman

Spurgeon dalam salah satu khotbahnya berkata:

“Ketika iblis tidak bisa membuat kita menolak Tuhan, ia akan membuat kita berkata ‘nanti saja.’”

Menurut Spurgeon, penundaan dalam menjalankan kehendak Tuhan sering kali lebih berbahaya daripada penolakan terang-terangan. Orang yang menolak secara langsung bisa bertobat, tetapi orang yang menunda sering kali kehilangan kesempatan sama sekali.

4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

Ayat ini mengajarkan beberapa pelajaran penting bagi orang percaya masa kini:

a. Jangan Menunda Ketaatan kepada Tuhan

Terlalu sering, kita menunda tindakan yang kita tahu benar. Kita berkata:

  • “Nanti saja saya lebih serius dalam doa.”

  • “Nanti saja saya melayani di gereja.”

  • “Nanti saja saya memberi perpuluhan.”

Namun, Tuhan berkata: “Sekaranglah waktunya!”

b. Prioritaskan Kerajaan Allah

Yesus berkata dalam Matius 6:33:

“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Bangsa Israel sibuk membangun rumah mereka sendiri sementara Bait Allah terbengkalai. Apakah kita juga sibuk mengejar kehidupan duniawi tetapi melupakan ibadah kepada Tuhan?

c. Tuhan Memanggil Para Pemimpin untuk Bertindak

Sama seperti Tuhan berbicara kepada Zerubabel dan Yosua, Tuhan juga memanggil pemimpin gereja dan keluarga untuk memimpin umat-Nya dalam ketaatan. Apakah kita siap menerima tanggung jawab itu?

Kesimpulan

Hagai 1:1-2 adalah teguran keras bagi orang Israel yang menunda pembangunan kembali Bait Suci. Tuhan mengingatkan mereka bahwa ketaatan tidak boleh ditunda.

Dari sudut pandang teologi Reformed, kita belajar bahwa:

  1. John Calvin menekankan bahwa ketaatan harus menjadi prioritas.

  2. Matthew Henry mengingatkan gereja untuk tidak lebih sibuk dengan urusan dunia daripada ibadah.

  3. Charles Spurgeon memperingatkan bahaya penundaan ketaatan.

Hari ini, kita juga dihadapkan pada pertanyaan yang sama: Apakah kita menunda ketaatan kepada Tuhan? Jika ya, maka sekaranglah waktunya untuk bertindak!

Next Post Previous Post