Pengertian Sinergisme dan Monergisme

Pengertian Sinergisme dan Monergisme

Pendahuluan

Salah satu warisan teologis terbesar dari Reformasi abad ke-16 adalah penegasan kembali bahwa keselamatan adalah anugerah Allah semata—tanpa kontribusi manusia. Melalui semboyan sola gratia, para reformator seperti Martin Luther dan John Calvin menolak segala bentuk sinergisme, yaitu pandangan bahwa keselamatan adalah hasil dari kerjasama antara kehendak manusia dan anugerah Allah. Namun, seiring berjalannya waktu, gagasan sinergistik ini kembali mencuat dalam berbagai bentuk.

Artikel ini bertujuan untuk menelusuri bagaimana sinergisme yang telah ditolak oleh para reformator kembali muncul setelah Reformasi, menganalisis bentuk-bentuknya yang modern, serta melihat respons para teolog Reformed terhadap fenomena tersebut.

1. Pengertian Sinergisme dan Monergisme

a. Sinergisme: Definisi Teologis

Dalam konteks keselamatan, sinergisme berasal dari kata Yunani synergeō yang berarti “bekerja bersama.” Dalam pengertian teologis, sinergisme mengajarkan bahwa kehendak manusia ikut berperan aktif dalam proses keselamatan.

Teologi Katolik Roma klasik dan kemudian Arminianisme adalah dua bentuk utama sinergisme:

  • Katolik Roma: manusia harus bekerjasama dengan rahmat sakramental.

  • Arminianisme: keselamatan ditawarkan kepada semua, namun respons manusia menentukan efektivitasnya.

b. Monergisme: Doktrin Reformed

Sebaliknya, monergisme (dari monos = satu + ergon = kerja) menegaskan bahwa hanya Allah yang bekerja dalam keselamatan. Ini merupakan inti ajaran Reformed yang menyatakan bahwa:

  • Manusia mati dalam dosa (Efesus 2:1),

  • Regenerasi mendahului iman (Yohanes 3:3-8),

  • Keselamatan adalah anugerah murni, bukan hasil pilihan manusia.

2. Reformasi dan Penolakan Terhadap Sinergisme

a. Martin Luther: Bondage of the Will

Dalam karyanya yang monumental De Servo Arbitrio (The Bondage of the Will), Luther dengan tajam menolak gagasan kehendak bebas manusia dalam hal keselamatan:

“Kehendak bebas bukanlah kemampuan memilih Tuhan, tetapi hanya mampu memilih dosa.”

Bagi Luther, jika keselamatan tergantung pada respons manusia, maka anugerah tidak lagi menjadi anugerah.

b. John Calvin: Keselamatan adalah inisiatif Allah

Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyatakan bahwa:

“Iman itu sendiri adalah anugerah, bukan kontribusi manusia.”

Ia menolak pandangan bahwa manusia dapat memilih Allah secara alami. Baginya, keselamatan terjadi karena Allah lebih dahulu memilih dan menarik manusia kepada-Nya (Yohanes 6:44).

3. Kebangkitan Sinergisme Setelah Reformasi

a. Arminianisme dan Remonstran

Pada awal abad ke-17, Jacobus Arminius dan para pengikutnya (Remonstran) menantang ajaran Calvinisme. Mereka menyatakan:

  • Allah menyediakan anugerah bagi semua orang,

  • Manusia memiliki kehendak bebas untuk menerima atau menolak keselamatan,

  • Pemilihan bersifat kondisional, tergantung respons iman.

Pandangan ini secara langsung menantang sola gratia dan sola fide.

b. Respons Sinode Dort (1618–1619)

Sinode ini menghasilkan Lima Poin Calvinisme (TULIP) sebagai respons terhadap sinergisme Arminian. Penekanan utamanya:

  • Total depravity: manusia tidak dapat menyelamatkan diri,

  • Unconditional election: Allah memilih tanpa syarat,

  • Irresistible grace: anugerah tidak dapat ditolak.

4. Bentuk Sinergisme Modern

a. Evangelikalisme Populer

Dalam khotbah dan praktik modern, sering terdengar kalimat seperti:

“Tuhan sudah membuka jalan, sekarang giliran kamu.”

Ungkapan ini secara tidak sadar mengandung unsur sinergisme: seolah-olah keselamatan tergantung pada keputusan akhir manusia. Meskipun terdengar akrab dan bersifat mengundang, hal ini menyamarkan doktrin monergisme.

b. Pelagianisme dan Semi-Pelagianisme

  • Pelagianisme: manusia tidak benar-benar jatuh; masih bisa memilih baik.

  • Semi-Pelagianisme: manusia memulai, Allah menyempurnakan.

Herman Bavinck menyebut bahwa semi-Pelagianisme adalah bentuk teologis yang paling licik, karena menggabungkan bahasa anugerah dengan filsafat kehendak bebas.

5. Analisis Teologi Reformed terhadap Sinergisme

a. Herman Bavinck: Keselamatan sebagai Anugerah Absolut

Bavinck menulis:

“Tidak ada bagian dari keselamatan yang berasal dari manusia. Semuanya adalah karya Allah dari awal hingga akhir.”

Ia menyatakan bahwa sinergisme, bahkan dalam bentuk paling halusnya, menodai kemuliaan Allah dan mengarah pada teologi manusia-sentris.

b. Louis Berkhof: Anugerah Efektif

Dalam Systematic Theology, Berkhof membahas tentang "gratia efficax", yaitu anugerah yang efektif dan tak tertolak. Ia menekankan bahwa jika keselamatan bisa ditolak, maka Allah bukanlah Allah yang Mahakuasa.

c. Cornelius Van Til: Dasar Filosofis Monergisme

Van Til melihat bahwa sinergisme bermula dari asumsi bahwa manusia adalah otonom. Dalam apologetik presupositional, ia berargumen bahwa:

“Jika manusia dapat memilih Allah secara independen, maka ia tidak lagi makhluk ciptaan, tapi setara dengan Sang Pencipta.”

6. R.C. Sproul dan Bahaya Sinergisme dalam Gereja Masa Kini

Sproul dalam Chosen by God menjelaskan bahwa sinergisme modern adalah kebangkitan humanisme dalam gereja. Ia menulis:

“Kita tidak hanya diselamatkan oleh Kristus. Kita bahkan tidak memilih untuk diselamatkan. Kristus memilih kita.”

Menurutnya, banyak gereja yang secara liturgis dan teologis mengaku Reformed, tetapi dalam praktiknya menjadi semi-Pelagian karena menekankan respons manusia lebih dari anugerah Allah.

7. Akibat Teologis dan Pastoral dari Sinergisme

a. Mengaburkan Injil

Jika keselamatan tergantung pada keputusan manusia, maka Injil bukan lagi kabar baik, melainkan beban moral: “Berimanlah agar kamu diselamatkan!” bukan lagi ajakan, tapi tuntutan yang tak mampu kita penuhi tanpa anugerah.

b. Mengganggu Penghiburan Orang Percaya

Jika keselamatan bisa ditolak atau hilang karena kelemahan kita, maka:

  • Penghiburan iman menjadi rapuh,

  • Kepastian keselamatan digantikan oleh kecemasan rohani.

8. Mengapa Sinergisme Mudah Diterima?

  • Sinergisme menghormati kehendak bebas manusia → tampak adil.

  • Lebih mudah dikhotbahkan dalam konteks evangelistik.

  • Menghindari "kasus predestinasi" yang kontroversial.

  • Memberikan rasa "kontrol" terhadap keselamatan.

Namun, semua keuntungan ini dibayar mahal dengan pengorbanan kebenaran Injil.

9. Penegasan Kembali Monergisme: Jalan Reformasi Sejati

Para teolog Reformed modern terus menyerukan penegasan kembali terhadap monergisme. Dalam dunia yang mencintai otonomi, suara Reformasi tetap relevan:

  • Allah berinisiatif dalam keselamatan,

  • Manusia yang mati dalam dosa tidak dapat merespons tanpa dibangkitkan oleh Roh Kudus,

  • Segala kemuliaan kembali kepada Allah saja (Soli Deo Gloria).

Kesimpulan

Sinergisme adalah doktrin yang secara konsisten ditolak oleh para reformator, karena menyalahi Injil kasih karunia. Namun, sinergisme tidak pernah benar-benar mati. Ia terus muncul dalam bentuk baru—dalam arminianisme, dalam khotbah populer, dan dalam liturgi modern.

Teologi Reformed, berdiri di atas dasar Kitab Suci dan warisan Reformasi, terus menegaskan bahwa:

  • Keselamatan berasal dari Allah (Yunus 2:9),

  • Manusia diselamatkan hanya oleh anugerah, melalui iman yang juga adalah anugerah.

Maka, tugas gereja dan teolog saat ini bukan hanya mengkhotbahkan Injil, tetapi juga menjaganya dari pengaruh sinergisme yang terus mengintai.

Refleksi

Apakah kita sebagai gereja dan individu telah tergoda untuk “membantu” Allah dalam karya keselamatan-Nya? Mari kembali kepada Injil sejati: bahwa kita diselamatkan bukan karena kehendak kita, tetapi karena kasih karunia yang tidak layak kita terima. Hanya ketika kita menolak segala bentuk sinergisme, kita bisa berkata bersama Paulus:

"Sebab oleh kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah."
Efesus 2:8

Next Post Previous Post