Roma 7:15-20: Pergulatan Dosa dalam Diri Orang Percaya

Pendahuluan
Surat Paulus kepada jemaat di Roma pasal 7 merupakan salah satu bagian paling dalam dan kontroversial dalam Alkitab. Secara khusus, Roma 7:15-20 membahas realitas konflik batin dalam diri seorang Kristen sejati. Paulus, seorang rasul besar, mengungkapkan kejujurannya tentang pergumulan melawan dosa yang masih bercokol dalam dirinya. Dalam tradisi teologi Reformed, bagian ini dipahami sebagai bukti bahwa bahkan orang percaya yang telah dilahirkan baru tetap berjuang dengan dosa sampai akhir hayat.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas Roma 7:15-20 secara rinci, memperhatikan struktur teks, makna kata, serta penafsiran dari beberapa pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Martin Lloyd-Jones, dan R.C. Sproul. Kita juga akan membahas aplikasinya dalam kehidupan orang percaya masa kini.
Latar Belakang: Pergumulan Paulus
John Calvin dalam Commentaries on the Epistle of Paul the Apostle to the Romans menegaskan bahwa Paulus berbicara di sini sebagai orang percaya. Ini bukan deskripsi tentang kondisi sebelum pertobatan, melainkan pergumulan setelah lahir baru. Calvin mengatakan:
“Paulus menggambarkan pertentangan batin yang dialami oleh setiap orang Kristen, di mana keinginan untuk taat kepada Allah ada, tetapi kelemahan daging menghambatnya.”
Pandangan ini menegaskan bahwa perjuangan melawan dosa adalah bagian alami dari kehidupan iman. Orang percaya tidak dibebaskan dari keberadaan dosa, melainkan dari kuasa dosa sebagai tuan mereka.
Eksposisi Ayat per Ayat
Roma 7:15 – "Apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat"
Di ayat ini, Paulus menyatakan paradoks internal yang dialaminya. Dia ingin melakukan yang baik, tetapi mendapati dirinya melakukan yang ia benci.
R.C. Sproul dalam The Reformation Study Bible menjelaskan bahwa ini menggambarkan:
“Ketidakmampuan manusia yang sudah jatuh untuk sepenuhnya memenuhi standar moral Allah, bahkan setelah regenerasi.”
Dalam kerangka Reformed, dosa asal meninggalkan bekas dalam natur manusia, sehingga bahkan dalam kelahiran baru, ada pertempuran terus-menerus antara roh dan daging (bdk. Galatia 5:17).
Aplikasi: Orang percaya hari ini perlu sadar bahwa perjuangan melawan dosa bukan tanda ketidakselamatan, melainkan tanda bahwa Roh Kudus bekerja dalam mereka.
Roma 7:16 – "Aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik"
Ketika Paulus mengakui bahwa dia tidak melakukan apa yang dia kehendaki, dia sekaligus menegaskan kebaikan Hukum Taurat.
Martin Lloyd-Jones dalam Romans: An Exposition of Chapter 7 berargumen:
“Setiap pengakuan dosa yang sejati mengandung pembenaran atas hukum Allah.”
Ini artinya, orang percaya bukan membenci standar Allah, tetapi berduka karena ketidakmampuan mereka untuk memenuhinya. Mereka mengasihi hukum itu, namun bergumul untuk hidup sesuai dengannya.
Aplikasi: Semakin kita mengerti kebaikan hukum Allah, semakin kita menyadari kebutuhan kita akan kasih karunia.
Roma 7:17 – "Bukan aku lagi yang memperbuatnya, melainkan dosa yang ada di dalam aku"
Pernyataan ini bisa terdengar seperti Paulus melepaskan tanggung jawab, tetapi sebenarnya ia sedang membedakan antara “aku baru” (yang dikuasai oleh Roh) dan “dosa yang masih tinggal” dalam dirinya.
John Murray dalam The Epistle to the Romans menulis:
“Identitas Paulus yang sejati, yaitu sebagai manusia baru dalam Kristus, tidak lagi diwakili oleh dosa, meskipun dosa itu masih ada dalam dagingnya.”
Dengan kata lain, dosa bukan lagi definisi diri orang percaya, tetapi tetap menjadi musuh internal yang harus diperangi.
Aplikasi: Kita harus belajar membedakan antara identitas baru kita di dalam Kristus dan sisa-sisa dosa yang berusaha menyeret kita kembali.
Roma 7:18 – "Di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik"
Paulus dengan tegas menyatakan ketidakberdayaan manusia alami untuk menghasilkan kebaikan. Frasa "sebagai manusia" (dalam daging) menunjukkan natur manusiawi yang terpisah dari karya Roh Kudus.
R.C. Sproul mengomentari:
“Daging adalah arena di mana dosa tetap beroperasi dalam kehidupan orang percaya, menyebabkan konflik batin yang terus-menerus.”
Meskipun keinginan untuk taat ada, tanpa kuasa Roh Kudus, tidak mungkin mewujudkannya.
Aplikasi: Kesadaran akan kelemahan kita harus membawa kita bergantung penuh kepada Roh Kudus setiap hari.
Roma 7:19 – "Bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat"
Di sini, Paulus mengulangi ketegangan yang sama. Ini bukan sekadar frustrasi biasa, tetapi gambaran nyata tentang perang rohani internal.
Sinclair Ferguson dalam The Christian Life menulis:
“Perulangan Paulus menunjukkan realitas mendalam dari pertarungan melawan dosa, sebuah pertarungan yang akan berlangsung seumur hidup.”
Aplikasi: Kesabaran dan ketekunan sangat penting dalam kehidupan kekristenan. Kekalahan sesaat bukan berarti kekalahan akhir.
Roma 7:20 – "Kalau aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki..."
Paulus mengakhiri bagian ini dengan menegaskan kembali sumber masalahnya: dosa yang tinggal di dalam dirinya.
John Calvin menyatakan:
“Pengulangan ini mengajarkan kita untuk tidak merasa puas dengan keadaan kita, tetapi untuk terus bergumul melawan dosa hingga akhir.”
Orang percaya sejati tidak menyerah pada dosa, tetapi mengakuinya, melawannya, dan bersandar pada anugerah Kristus.
Pandangan Teologi Reformed Secara Umum
Dalam teologi Reformed, Roma 7:15-20 dipahami sebagai:
-
Deskripsi pengalaman orang percaya, bukan orang tidak percaya.
-
Pengakuan akan kebutuhan mutlak akan kasih karunia Allah untuk kemenangan atas dosa.
-
Penegasan akan realitas pertumbuhan dalam kekudusan (sanctification) yang tidak sempurna di dunia ini.
Institutes of the Christian Religion oleh Calvin menjelaskan bahwa:
“Kehidupan orang Kristen adalah peperangan yang tiada henti, yang hanya berakhir dalam kematian atau dalam kedatangan kembali Kristus.”
Aplikasi Praktis dalam Kehidupan Sehari-Hari
Bagaimana Roma 7:15-20 membentuk cara hidup kita?
1. Kesadaran akan Kebutuhan Anugerah
Setiap hari, kita harus sadar bahwa kita tidak bisa hidup benar tanpa pertolongan Allah. Kesadaran ini mendorong kita untuk berdoa, membaca Firman, dan bergantung pada Roh Kudus.
2. Penghiburan di Tengah Pergumulan
Ketika kita gagal, kita tidak langsung putus asa. Kita ingat bahwa bahkan Paulus bergumul, dan keselamatan kita tidak bergantung pada kinerja sempurna, melainkan pada karya sempurna Kristus.
3. Dorongan untuk Terus Bertobat
Pertobatan bukan hanya peristiwa satu kali saat awal percaya, melainkan pola hidup orang Kristen. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk bertobat dan berubah.
4. Belajar Rendah Hati
Menyadari bahwa kita masih jatuh dalam dosa mengajarkan kita untuk tidak menghakimi orang lain dengan keras, melainkan menolong mereka dengan penuh belas kasihan.
Kesimpulan
Roma 7:15-20 adalah cermin pergumulan terdalam dalam diri setiap orang Kristen. Ayat-ayat ini bukan seruan untuk menyerah, tetapi undangan untuk berjuang dengan kekuatan Roh Kudus. Melalui bagian ini, kita belajar bahwa:
-
Perjuangan melawan dosa adalah tanda kehidupan rohani.
-
Kemenangan sejati hanya ditemukan dalam Kristus, bukan dalam diri sendiri.
-
Hidup Kristen adalah peperangan sampai kemuliaan kekal tiba.
Sebagaimana diajarkan oleh para teolog Reformed seperti Calvin, Lloyd-Jones, dan Sproul, kita dipanggil untuk terus mengandalkan kasih karunia Tuhan setiap hari. Kita bertempur bukan untuk mendapatkan keselamatan, melainkan karena kita sudah diselamatkan.
Soli Deo Gloria!