Tantangan Umat Kristen di Zaman Akhir

Pendahuluan
Teologi Reformed memiliki perhatian besar terhadap realitas zaman akhir. Para pakar seperti R.C. Sproul, John MacArthur, dan Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa zaman akhir bukan sekadar periode penuh tanda-tanda ajaib, tetapi masa di mana iman Kristen diuji melalui berbagai tantangan rohani, moral, sosial, dan teologis. Pemahaman tentang zaman akhir bukan hanya soal spekulasi, melainkan soal kesetiaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara mendalam berbagai tantangan yang dihadapi umat Kristen di zaman akhir, berdasarkan pemikiran beberapa tokoh teologi Reformed, serta bagaimana respons iman yang sejati harus dihidupi di tengah dunia yang semakin rusak.
1. Penyimpangan Ajaran: Ancaman Terbesar
Salah satu tantangan utama menurut R.C. Sproul adalah penyimpangan ajaran. Ia menulis bahwa zaman akhir akan ditandai dengan "serangan terhadap kemurnian Injil." (Sproul, Essential Truths of the Christian Faith).
Alkitab memperingatkan bahwa akan muncul nabi-nabi palsu yang menyesatkan banyak orang (Matius 24:11). Di zaman ini, banyak ajaran baru yang mengklaim bersumber dari Alkitab namun sebenarnya bertentangan dengan kebenaran Injil. Teologi kemakmuran, universalisme (semua akan diselamatkan tanpa iman kepada Kristus), dan relativisme moral adalah beberapa bentuk penyimpangan yang nyata hari ini.
John MacArthur menegaskan dalam bukunya The Truth War, "Perang terbesar kita bukan melawan dunia sekuler, tetapi melawan mereka yang membawa Injil lain dalam gereja."
Respons Reformed:
-
Menekankan Sola Scriptura — hanya Kitab Suci yang menjadi standar kebenaran.
-
Melatih jemaat untuk berpikir teologis dan kritis terhadap setiap pengajaran.
2. Penganiayaan dan Penolakan Dunia
Martyn Lloyd-Jones mengingatkan bahwa gereja yang setia pada Injil akan selalu mengalami penganiayaan. Dalam Studies in the Sermon on the Mount, ia menulis, "Kristus tidak berjanji kemudahan; Ia menjanjikan salib."
Di banyak negara, umat Kristen menghadapi penganiayaan fisik. Namun, di dunia Barat, tantangan yang lebih halus adalah penolakan sosial, pengucilan, dan diskriminasi ideologis. Nilai-nilai Kristen tentang keluarga, seksualitas, dan kebenaran absolut semakin dianggap sebagai ancaman terhadap 'kebebasan' modern.
Respons Reformed:
-
Menguatkan jemaat melalui pengajaran tentang penderitaan sebagai bagian dari panggilan Kristen (2 Timotius 3:12).
-
Menumbuhkan keberanian dan ketekunan dalam iman.
3. Cinta Dingin dan Kemerosotan Moral
Yesus memperingatkan bahwa pada zaman akhir, cinta banyak orang akan menjadi dingin (Matius 24:12). Dalam dunia modern, kita melihat kemerosotan moral dalam berbagai bentuk: keluarga yang hancur, normalisasi dosa seksual, budaya hedonisme, dan ketidakpedulian terhadap kebenaran.
Menurut Kevin DeYoung, seorang teolog Reformed kontemporer, tantangan zaman akhir adalah "melawan budaya yang membenarkan dosa dan mengejek kesucian."
Respons Reformed:
-
Menekankan kekudusan hidup (1 Petrus 1:15-16).
-
Menghidupi kasih yang murni dan aktif dalam komunitas Kristen dan masyarakat luas.
4. Penyalahgunaan Teknologi
Pakar Reformed seperti Carl Trueman memperingatkan bahwa teknologi bukan hanya alat netral, tetapi bisa membentuk kembali identitas manusia. Media sosial, algoritma, dan teknologi kecerdasan buatan mengubah cara kita berpikir, berelasi, bahkan memandang diri sendiri.
Teknologi membuat manusia semakin narsis, cepat marah, dangkal secara intelektual, dan rentan terhadap manipulasi.
Respons Reformed:
-
Menekankan kebijaksanaan penggunaan teknologi (1 Korintus 10:31).
-
Memprioritaskan komunitas nyata dan pertumbuhan spiritual nyata di atas dunia maya.
5. Krisis Kepemimpinan Gereja
John Owen, salah satu tokoh besar Reformed, menulis bahwa "jatuhnya gereja seringkali dimulai dengan jatuhnya pemimpin-pemimpinnya." Di zaman akhir, krisis kepemimpinan rohani menjadi tantangan besar: banyak gembala yang jatuh dalam dosa, menjadi pencari ketenaran, atau mengorbankan kebenaran demi popularitas.
Respons Reformed:
-
Menekankan pentingnya karakter pemimpin Kristen (1 Timotius 3; Titus 1).
-
Memulihkan model kepemimpinan berdasarkan Kristus, yaitu melayani, bukan dilayani (Markus 10:45).
6. Apatisme dan Duniawi di Tengah Jemaat
James Montgomery Boice, seorang tokoh Reformed Amerika, menulis bahwa zaman modern ditandai dengan gereja yang "hangat suam-suam kuku" (mengacu pada Wahyu 3:16). Banyak orang Kristen yang lebih bersemangat terhadap hiburan, karier, dan kenikmatan duniawi daripada Injil.
Respons Reformed:
-
Menegaskan pentingnya regenerasi sejati — lahir baru yang nyata, bukan hanya keanggotaan gereja formal.
-
Mengajarkan hidup yang mengejar kekekalan, bukan kenikmatan sesaat (Kolose 3:1-2).
7. Penyebaran Atheisme dan Agama Baru
Di zaman akhir, ateisme, agnostisisme, dan bentuk-bentuk "agama baru" seperti spiritualisme modern dan penyembahan diri sendiri menjadi semakin dominan.
Tim Keller, meskipun bukan Reformed klasik ketat, memperingatkan tentang "agama tanpa Allah," di mana orang-orang mencari makna dan keselamatan melalui karier, politik, dan pengalaman pribadi, bukan kepada Tuhan sejati.
Respons Reformed:
-
Mengembalikan fokus kepada supremasi Allah (Soli Deo Gloria).
-
Melatih apologetika yang berakar pada kebenaran Alkitab untuk menjawab tantangan zaman.
8. Penyimpangan tentang Pengharapan Eskatologis
Sebagian orang terjebak dalam obsesi spekulatif tentang akhir zaman: menebak tanggal kedatangan Yesus, mencari-cari antikristus, dan sebagainya. Padahal Alkitab jelas mengatakan bahwa hari itu tidak diketahui siapapun (Matius 24:36).
Sinclair Ferguson menulis, "Fokus kita bukan menebak waktu, tetapi menjadi setia dalam setiap waktu."
Respons Reformed:
-
Menanamkan pengharapan sejati dalam kedatangan Kristus sambil hidup dalam ketaatan harian.
-
Menolak spekulasi kosong dan menumbuhkan kerinduan akan kerajaan kekal.
Kesimpulan: Hidup Setia di Tengah Tantangan
Zaman akhir bukanlah waktu untuk ketakutan, melainkan untuk ketekunan. Dengan memahami tantangan-tantangan ini berdasarkan pandangan para pakar teologi Reformed, umat Kristen dipanggil untuk hidup:
-
Dengan berpegang pada kebenaran firman Tuhan,
-
Dengan hati yang tetap teguh meskipun dunia bergoncang,
-
Dengan hidup suci di tengah dunia yang rusak,
-
Dengan kerinduan akan kedatangan Kristus yang kedua.
Seperti dikatakan oleh John Calvin, "Kita harus siap setiap saat, seakan-akan Kristus akan datang esok hari — tetapi juga bekerja dengan setia seakan-akan dunia masih akan berlangsung seribu tahun lagi."
Semoga kita menjadi umat yang setia, yang tetap berdiri teguh di tengah badai zaman akhir, sampai Sang Raja datang untuk menjemput kita. Soli Deo Gloria!