Yesus dan Pengetahuan tentang Hari Kiamat (Markus 13:32)
Pendahuluan
Salah satu ayat yang paling banyak menimbulkan pertanyaan dalam Alkitab adalah perkataan Yesus dalam Markus 13:32:
"Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja."
Banyak orang bertanya: Apakah benar Yesus tidak tahu kapan hari kiamat terjadi? Bukankah Dia adalah Allah yang Mahatahu?
Dalam tradisi teologi Reformed, pertanyaan ini dipahami dengan sangat serius, berakar pada doktrin Kristologi yang mendalam: Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia (Chalcedon, 451 M). Para teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, Louis Berkhof, dan Sinclair Ferguson memberikan penjelasan mendalam mengenai bagaimana memahami ayat ini dengan tetap menjaga keilahian Kristus.
Artikel ini akan membahas bagaimana Yesus, sebagai Allah dan manusia, mengetahui hari kiamat, dan bagaimana Markus 13:32 harus dipahami secara konsisten dengan seluruh kesaksian Alkitab.
1. Keilahian dan Kemanusiaan Yesus: Dasar Pemahaman
Teologi Reformed menekankan bahwa Yesus memiliki dua natur:
-
Natur Ilahi: Yesus adalah Allah sejati (Yohanes 1:1, Kolose 2:9).
-
Natur Manusia: Yesus adalah manusia sejati (Ibrani 2:17).
John Calvin menjelaskan dalam Institutes of the Christian Religion:
"Dalam pribadi Kristus, dua natur bersatu, namun tetap mempertahankan sifat masing-masing, tanpa percampuran atau perubahan."
Oleh karena itu, dalam natur keilahiannya, Yesus Mahatahu. Namun, dalam natur kemanusiaannya, Ia mengalami keterbatasan manusiawi — seperti kelelahan, lapar, dan, dalam kasus ini, keterbatasan pengetahuan yang disengaja.
2. Apa Maksud “Anak Tidak Tahu” dalam Markus 13:32?
Mengapa Yesus mengatakan "Anak tidak tahu"? Ada beberapa penjelasan utama dari kalangan Reformed:
A. Pengetahuan Terbatas dalam Natur Manusia
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan:
"Yesus, dalam kemanusiaan-Nya, secara sukarela membatasi penggunaan penuh atribut ilahi-Nya."
Ini berarti bahwa dalam natur manusia-Nya, Yesus memilih untuk tidak menggunakan seluruh pengetahuan ilahi-Nya secara bebas. Ini sejalan dengan konsep kenosis (Filipi 2:6-8), di mana Yesus mengosongkan diri-Nya, bukan dengan meninggalkan keilahian-Nya, tetapi dengan menahan hak untuk menggunakan atribut ilahi-Nya secara penuh.
Dengan kata lain:
-
Sebagai Allah, Yesus tahu segala sesuatu, termasuk hari kiamat.
-
Sebagai manusia, Yesus memilih untuk tidak mengakses pengetahuan itu dalam misi-Nya di dunia.
B. Bahasa Penyerahan Diri kepada Bapa
Sinclair Ferguson menekankan bahwa pernyataan ini menunjukkan sikap Yesus yang tunduk kepada kehendak Bapa:
"Ini adalah ekspresi kerendahan hati dan ketaatan sempurna Anak kepada Bapa, bukan indikasi ketidaktahuan absolut."
Yesus berbicara dari posisi sebagai Hamba yang taat (Yesaya 53), bukan dari posisi menampilkan semua kemuliaan ilahi-Nya.
3. Kesaksian Alkitab Bahwa Yesus Mahatahu
Alkitab sendiri memberikan bukti kuat bahwa Yesus memiliki pengetahuan ilahi:
-
Yohanes 2:24-25: Yesus mengetahui apa yang ada di dalam hati manusia.
-
Yohanes 16:30: Murid-murid berkata, "Sekarang kami tahu bahwa Engkau tahu segala sesuatu."
-
Kolose 2:3: Dalam Kristus "tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan."
R.C. Sproul dalam Essential Truths of the Christian Faith menulis:
"Yesus tidak pernah berhenti menjadi Mahatahu. Ketika Ia berkata bahwa Anak tidak tahu, itu harus dipahami dalam konteks peran-Nya sebagai Mediator yang menjalankan misi penebusan."
Dengan kata lain, ayat-ayat ini menunjukkan bahwa secara esensi, Yesus tetap Mahatahu, tetapi secara fungsional, Ia menahan sebagian pengetahuan itu selama pelayanan-Nya di bumi.
4. Penjelasan Tambahan dari Beberapa Teolog Reformed
Mari kita lihat beberapa pendapat spesifik dari pakar teologi Reformed:
A. John Calvin
Dalam komentarnya atas Markus 13:32, Calvin menulis:
"Tidak boleh diragukan bahwa Kristus, yang di dalam-Nya terdapat segala hikmat dan pengetahuan, tahu kapan hari itu. Namun Ia menyembunyikannya, tidak untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk memberikannya sesuai dengan misi-Nya sebagai Guru kepada umat-Nya."
Calvin menekankan bahwa ketidaktahuan ini bukan ketidaktahuan sejati, melainkan penyangkalan untuk menyatakan pengetahuan itu.
B. R.C. Sproul
Sproul mengatakan:
"Yesus berbicara sebagai manusia yang tunduk kepada Bapa, dan dalam peran-Nya sebagai Hamba, Ia memilih untuk tidak mengetahui dalam kapasitas manusia-Nya."
Ini mencerminkan teologi Reformed tentang functional subordination — bahwa dalam inkarnasi-Nya, Anak secara sukarela tunduk kepada Bapa tanpa mengurangi keesaan dan keilahian-Nya.
C. Herman Bavinck
Bavinck dalam Reformed Dogmatics menulis:
"Dalam natur manusia-Nya, Yesus bertumbuh dalam hikmat dan pengetahuan. Namun, dalam natur ilahi-Nya, Ia adalah sumber segala pengetahuan."
Ini penting: Yesus sebagai manusia mengalami pertumbuhan, termasuk dalam pemahaman, tanpa kehilangan keilahian-Nya.
5. Mengapa Ini Penting untuk Kita?
Mengapa kita perlu memahami bahwa Yesus tahu hari kiamat?
A. Untuk Menjaga Keilahian Kristus
Jika kita berkata Yesus tidak tahu dalam esensi-Nya, maka kita akan menyangkal keilahian-Nya. Ini adalah kesesatan yang serius (seperti ajaran Arius di abad ke-4).
Teologi Reformed menekankan:
-
Kristus adalah Allah.
-
Kristus tetap Allah, bahkan dalam kerendahan-Nya.
B. Untuk Mendorong Iman Kita
Karena Yesus Mahatahu, kita bisa percaya bahwa:
-
Dia tahu segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita.
-
Dia tahu akhir sejarah dunia.
-
Dia memegang masa depan kita.
Seperti dinyatakan dalam Wahyu 22:13:
"Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir."
C. Untuk Mendorong Penantian yang Sabar
Yesus mengajarkan kita untuk hidup dalam kesiapsiagaan, tanpa mencari tahu kapan kiamat akan terjadi. Fokus kita adalah setia dan berjaga-jaga, bukan berspekulasi.
Matthew Henry dalam komentarnya berkata:
"Tuhan sengaja merahasiakan waktu hari kiamat untuk menjaga kita tetap rendah hati dan waspada."
Kesimpulan: Yesus Tahu, dan Kita Dipanggil Percaya
Dari semua pembahasan ini, kita dapat merangkum:
-
Dalam natur ilahi-Nya, Yesus tahu kapan hari kiamat akan terjadi.
-
Dalam natur manusia-Nya, Yesus memilih untuk tidak mengungkapkan pengetahuan itu.
-
Pernyataan "Anak tidak tahu" menunjukkan kerendahan hati dan ketaatan Yesus, bukan ketidaktahuan sejati.
-
Kita dipanggil untuk percaya kepada Yesus, bukan berspekulasi tentang waktu kiamat.
Yesus Kristus, Raja segala raja, memegang sejarah dan masa depan di tangan-Nya. Kita tidak perlu tahu semua jawaban; kita hanya perlu mempercayai Dia yang tahu segalanya.
Soli Deo Gloria!