Yesus Kristus: Satu-satunya Imam Besar Kita

Yesus Kristus: Satu-satunya Imam Besar Kita

Pendahuluan

Dalam iman Kristen, khususnya dalam kerangka teologi Reformed, kedudukan Yesus Kristus sebagai Imam Besar memiliki tempat yang sangat penting dan mendasar. Iman Reformed menekankan bahwa Kristus bukan hanya Juru Selamat dan Tuhan, tetapi juga satu-satunya Imam Besar yang sejati, yang telah mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban sempurna dan sekarang menjadi perantara kekal di hadapan Allah bagi umat-Nya.

Tema ini bukan hanya sekadar konsep teologis, tetapi memiliki implikasi yang dalam terhadap pengertian kita tentang keselamatan, pengampunan dosa, hubungan dengan Allah, dan kehidupan rohani sehari-hari. Dalam artikel ini, kita akan menggali peran Kristus sebagai Imam Besar berdasarkan Kitab Suci, penafsiran dari para teolog Reformed ternama, serta aplikasinya bagi kehidupan umat percaya.

I. Konsep Imam Besar dalam Perjanjian Lama

Sebelum memahami Kristus sebagai Imam Besar, kita perlu meninjau latar belakang Perjanjian Lama mengenai jabatan imam besar. Dalam sistem keimaman Israel, imam besar bertugas sebagai perantara antara Allah dan umat-Nya. Ia memasuki Ruang Maha Kudus setahun sekali pada Hari Pendamaian (Yom Kippur), membawa darah korban untuk mengadakan pendamaian bagi dosa bangsa (Imamat 16).

Namun, para imam besar ini memiliki keterbatasan:

  1. Mereka berdosa dan harus mempersembahkan korban juga untuk diri mereka sendiri.

  2. Mereka fana dan harus digantikan oleh imam besar lain seiring waktu.

  3. Korban yang mereka bawa hanya bersifat simbolis dan tidak sempurna.

Para teolog Reformed seperti John Owen dan Jonathan Edwards menekankan bahwa sistem keimaman Perjanjian Lama bersifat bayangan atau tipe (type) dari realitas yang akan digenapi dalam Kristus. Owen menulis dalam The Death of Death in the Death of Christ bahwa semua persembahan korban dan pelayanan para imam menunjuk pada penggenapan sempurna dalam diri Mesias.

II. Kristus sebagai Imam Besar Menurut Kitab Ibrani

Kitab Ibrani adalah pusat dari pengajaran bahwa Yesus adalah Imam Besar sejati. Di dalamnya, Yesus digambarkan sebagai penggenapan dari segala bayangan Perjanjian Lama. Berikut adalah beberapa poin penting dari Ibrani:

a. Ditentukan oleh Allah

“Demikian pula Kristus tidak mengangkat diri-Nya menjadi Imam Besar, tetapi Ia diangkat oleh Allah...” (Ibrani 5:5)

Seperti Harun yang diangkat Allah, Yesus ditetapkan oleh Allah sebagai Imam Besar menurut urutan Melkisedek — suatu tatanan yang melampaui keimaman Lewi (Ibrani 7:17).

b. Tidak Berdosa dan Kekal

“...seorang Imam Besar yang kudus, tanpa salah, tanpa noda, yang telah dipisahkan dari orang-orang berdosa dan ditinggikan lebih tinggi dari langit...” (Ibrani 7:26)

Yesus tidak perlu mempersembahkan korban untuk diri-Nya sendiri. Kesucian dan ketidakberdosaan-Nya menjadikan korban-Nya sempurna dan memadai.

c. Persembahan Sekali untuk Selama-lamanya

“Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.” (Ibrani 10:14)

Tidak seperti para imam lain yang mempersembahkan korban setiap hari, Yesus mempersembahkan diri-Nya sekali saja, dan itu cukup untuk menebus dosa seluruh umat pilihan-Nya.

d. Pelayanan di Surga

“...Kristus telah masuk ke dalam tempat kudus untuk menghadap hadirat Allah demi kita.” (Ibrani 9:24)

Yesus tidak melayani di Kemah atau Bait fisik, tetapi di surga, di hadapan Allah sendiri. Ia adalah Perantara sejati yang tidak tergantikan.

III. Pandangan Teologi Reformed

1. John Calvin

John Calvin, bapak Reformasi Jenewa, dalam Institutes of the Christian Religion menguraikan Kristus dalam tiga jabatan: Nabi, Imam, dan Raja. Mengenai jabatan Imam, Calvin berkata:

"Kristus melakukan dua hal sebagai Imam: pertama, Ia mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa sebagai korban untuk mendamaikan murka-Nya dan menghapuskan dosa; kedua, Ia menjadi perantara, mendoakan kita di hadapan Allah."

Bagi Calvin, pengantaraan Kristus adalah dasar dari pengharapan orang percaya. Ia menolak sistem imam dalam Katolik Roma yang dianggap merampas peran unik Kristus sebagai satu-satunya Imam Besar.

2. Louis Berkhof

Dalam bukunya Systematic Theology, Louis Berkhof menulis bahwa keimaman Kristus terdiri dari:

  • Pengorbanan diri-Nya

  • Syafaat kekal-Nya

  • Pemberkatan umat-Nya

Berkhof menyatakan bahwa "syafaat Kristus bukan hanya suatu tindakan pendoaan biasa, melainkan suatu penghadapan diri sebagai korban yang hidup di hadapan Allah sebagai alasan pengampunan dan berkat."

3. R.C. Sproul

R.C. Sproul dalam berbagai pengajarannya menekankan bahwa keimaman Kristus adalah dasar dari doktrin keselamatan oleh anugerah semata (sola gratia). Ia menulis:

"Jika Kristus bukan Imam Besar kita, kita tidak punya akses kepada Allah. Kita tetap berdosa dan terkutuk. Tapi karena Ia menjadi perantara kita, kita dapat datang kepada Allah dengan keberanian."

IV. Implikasi Teologis dan Praktis

1. Jaminan Keselamatan

Karena Yesus mempersembahkan korban sempurna, keselamatan yang Ia berikan tidak bersifat sementara atau tergantung pada usaha manusia. Dalam pandangan Reformed, keselamatan itu pasti karena dijamin oleh keimaman Kristus (bdk. Ibrani 7:25).

2. Akses Langsung kepada Allah

Tidak lagi dibutuhkan imam manusia sebagai perantara. Setiap orang percaya dapat langsung datang kepada Allah melalui Kristus (Ibrani 4:16). Inilah dasar dari doktrin "imamat umum orang percaya".

3. Jaminan Doa yang Didengar

Kristus sebagai Imam Besar yang hidup dan menjadi perantara di surga menjamin bahwa doa-doa orang percaya tidak sia-sia. Ia terus menerus berdoa bagi kita (Roma 8:34).

4. Hidup Kudus sebagai Respon

Karena korban Kristus begitu besar dan mulia, respon orang percaya bukan hanya iman tetapi juga kehidupan yang dikuduskan. Seperti dinyatakan dalam Ibrani 10:22–24, kita dipanggil untuk hidup dalam pertobatan dan kasih terhadap sesama.

V. Perbedaan dengan Sistem Keimaman Lain

a. Konteks Katolik Roma

Dalam sistem Katolik, imam masih dianggap sebagai pengantara antara umat dan Allah, khususnya dalam sakramen Ekaristi. Pandangan Reformed menolak hal ini dan menegaskan bahwa hanya Kristus yang dapat menjadi Imam dan pengantara.

b. Gerakan Modern

Beberapa gerakan modern yang menekankan “iman sebagai sarana berkat” tanpa menghargai pengorbanan Kristus secara mendalam, secara tidak langsung meremehkan peran Kristus sebagai Imam Besar. Dalam Reformed, keimaman Kristus adalah pusat keselamatan dan pengudusan.

VI. Kristus, Imam Besar dan Raja

Salah satu kekayaan doktrin Reformed adalah pengakuan atas tiga jabatan Kristus: Nabi, Imam, dan Raja. Ketiganya tidak terpisahkan. Sebagai Raja, Ia memerintah atas umat-Nya; sebagai Nabi, Ia menyatakan kehendak Allah; dan sebagai Imam, Ia memperdamaikan umat dengan Allah.

Ketika kita mengakui Kristus sebagai Imam Besar, kita tidak hanya melihat penderitaan-Nya di salib, tetapi juga pelayanan kekal-Nya saat ini di surga. Ia adalah Imam yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya.

Kesimpulan

Yesus Kristus adalah satu-satunya Imam Besar kita. Tidak ada imam lain, sistem keagamaan lain, atau pengantara lain yang bisa menggantikan atau menyamai-Nya. Ia adalah Imam yang sempurna, tidak berdosa, dan kekal.

Sebagaimana dinyatakan oleh para teolog Reformed seperti Calvin, Berkhof, dan Sproul, keimaman Kristus bukan hanya doktrin, tetapi fondasi iman Kristen. Karena Ia menjadi korban dan pengantara, kita dapat hidup dalam damai dengan Allah, penuh keyakinan, dan pengharapan akan keselamatan kekal.

Kiranya pemahaman akan keimaman Kristus ini membawa kita pada kekaguman yang lebih dalam kepada-Nya, serta mendorong kita untuk hidup dalam iman, pengudusan, dan syukur yang sejati.

Next Post Previous Post