Christ Set Forth: Kristus Dinyatakan bagi Orang Percaya

Pendahuluan
Dalam sejarah pemikiran teologi Reformed, tidak ada tema yang lebih mendalam dan sentral selain karya Kristus di kayu salib. Salah satu karya klasik yang menggambarkan kedalaman Injil dengan begitu kaya adalah “Christ Set Forth” oleh Thomas Goodwin, seorang teolog Puritan abad ke-17. Dalam buku ini, Goodwin tidak hanya mengangkat tema penggantian (substitution), tetapi juga keindahan Kristus yang “diperlihatkan” sebagai korban penebusan untuk umat-Nya. Artikel ini akan menggali tema utama “Christ Set Forth” dari lensa teologi Reformed, menelusuri kontribusi beberapa tokoh besar seperti John Owen, John Calvin, dan R.C. Sproul, serta menghubungkannya dengan relevansi kekinian bagi gereja dan kehidupan iman.
I. Latar Belakang dan Konteks Teologis “Christ Set Forth”
Thomas Goodwin, dalam karya klasiknya Christ Set Forth (1651), memulai dengan menyatakan bahwa Kristus ditampilkan oleh Allah Bapa sebagai objek iman kita, terutama dalam penderitaan-Nya sebagai pengganti bagi orang berdosa. Berdasarkan Roma 3:25, “Yesus Kristus yang telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya”, Goodwin menunjukkan bahwa keselamatan dimulai dari inisiatif Allah—di mana Kristus secara aktif “ditampilkan” di hadapan manusia sebagai korban penebusan.
Dalam tradisi Reformed, ini dikenal sebagai monergisme keselamatan—bahwa hanya Allah yang bekerja dalam menyelamatkan umat-Nya. Karya ini sangat sejalan dengan pemikiran John Calvin yang menyatakan bahwa semua karya keselamatan berasal dari kehendak Allah yang kekal dan berdaulat.
II. Kristus Sebagai Pengganti: Jantung Teologi Reformed
Salah satu fondasi utama dari teologi Reformed adalah doktrin penebusan yang bersifat substitusi, atau penggantian. John Owen, dalam bukunya “The Death of Death in the Death of Christ”, menekankan bahwa Kristus benar-benar menggantikan orang-orang pilihan Allah di kayu salib. Bukan sekadar memberikan kemungkinan keselamatan, melainkan membayar penuh hukuman dosa mereka.
Thomas Goodwin memperkuat pandangan ini dengan menjelaskan bahwa iman seharusnya memandang Kristus sebagaimana Ia ditampilkan di hadapan Allah sebagai korban yang sah. Dalam hal ini, Kristus adalah representasi hukum dan rohani kita, menggantikan posisi kita di hadapan pengadilan Allah yang kudus.
R.C. Sproul, teolog Reformed kontemporer, menegaskan:
“Jika Anda tidak mengerti penggantian, Anda tidak mengerti Injil.”
A. Hukum dan Keadilan Allah
Teologi Reformed berakar kuat pada pemahaman bahwa Allah itu adil, dan karena itu, dosa tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu, satu-satunya cara manusia berdosa dapat diselamatkan adalah jika hukuman dosa dipenuhi—dan Kristus datang untuk memenuhi tuntutan hukum tersebut. Goodwin menunjukkan bahwa Kristus secara sukarela menanggung hukuman sebagai pengganti orang-orang pilihan.
III. Kristus Sebagai Objek Iman
Goodwin menyatakan bahwa iman sejati bukan hanya percaya kepada Allah secara umum, tetapi memusatkan pandangan kepada Kristus yang disalibkan, seperti Musa meninggikan ular tembaga di padang gurun (Yohanes 3:14-15). Dalam hal ini, Kristus adalah:
-
Objek iman (apa yang kita lihat dan percaya),
-
Dasar iman (mengapa kita percaya),
-
Isi iman (siapa yang kita percaya).
A. Kristus dan Hati yang Hancur
Goodwin menghibur hati yang tertuduh dengan menunjuk kepada Kristus yang ditampilkan di hadapan kita sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Ini sejalan dengan kata-kata John Calvin, yang mengatakan:
“Seluruh keselamatan kita terletak pada karya penebusan Kristus.”
Artinya, bukan kondisi rohani kita yang menyelamatkan, melainkan objek iman kita: Kristus yang telah disalibkan.
IV. Iman dan Pemahaman Subjektif akan Kristus
Satu poin unik dari buku Christ Set Forth adalah penekanannya pada penghiburan subjektif, yaitu bagaimana orang percaya dapat merasakan dan mengalami kasih Kristus yang nyata. Goodwin menyatakan bahwa ketika Kristus diperlihatkan secara iman, jiwa menjadi damai karena melihat kasih Allah yang begitu besar dalam pemberian Anak-Nya.
Ini adalah aspek yang sering kurang ditekankan dalam pendekatan intelektual terhadap teologi. Reformed orthodoxy menekankan pentingnya keseimbangan antara:
-
Kebenaran objektif: apa yang Kristus lakukan dalam sejarah.
-
Pengalaman subjektif: bagaimana kita mengalami dan menikmati kebenaran itu.
V. Hubungan dengan Doa, Persekutuan, dan Pengudusan
Dalam bagian akhir bukunya, Goodwin menunjukkan bahwa pemahaman yang benar akan Kristus sebagai korban yang ditampilkan mendorong:
-
Doa yang penuh iman, sebab kita tahu bahwa kita memiliki pengantara yang telah membayar lunas dosa kita.
-
Persekutuan dengan Allah, karena tirai telah disobek dan akses kepada Allah telah terbuka.
-
Kehidupan kudus, karena kasih Kristus mendorong kita untuk hidup bagi Dia.
John Owen dalam teologinya tentang pengudusan, menjelaskan bahwa pengudusan adalah buah dari kesatuan dengan Kristus. Maka dari itu, melihat Kristus dengan iman setiap hari adalah bahan bakar kehidupan rohani kita.
VI. Aplikasi Praktis: Memandang Kristus di Tengah Kehidupan
A. Di Tengah Penderitaan
Banyak orang Kristen mengalami penderitaan dan pencobaan yang besar. Dalam hal ini, “Christ Set Forth” menjadi pelita. Ketika iman melihat Kristus yang ditampilkan sebagai pengganti kita, kita tahu bahwa Allah tidak sedang menghukum kita—karena hukuman telah jatuh kepada Kristus.
Seperti yang dikatakan oleh R.C. Sproul:
“Tidak ada penderitaan yang kita alami yang sebanding dengan penderitaan Kristus demi kita.”
B. Di Tengah Keraguan dan Dosa
Ketika kita merasa tidak layak, Goodwin mengingatkan bahwa kita tidak memandang diri kita sendiri untuk jaminan keselamatan, tetapi memandang Kristus yang telah ditampilkan. Kita tidak membawa apa pun kepada Allah kecuali dosa-dosa kita—dan Kristus menerima kita dalam kasih karunia.
VII. Kristus dan Kehidupan Gereja
Gereja dipanggil untuk menampilkan Kristus dalam pemberitaan Injil dan sakramen. Dalam ibadah, Kristus “ditampilkan” sebagai Anak Domba yang disembelih. Hal ini menggenapi panggilan penginjilan: menyajikan Kristus kepada dunia sebagai satu-satunya pengganti yang sah dan menyelamatkan.
John Calvin berkata:
“Kita harus memandang Kristus dalam pemberitaan firman dan sakramen, seperti seakan-akan kita melihat-Nya secara langsung.”
Oleh karena itu, pemberitaan yang Kristosentris adalah jantung gereja Reformed yang sejati.
VIII. Relevansi Bagi Gereja Modern
Dalam era yang mengedepankan pengalaman, perasaan, dan relativisme, Christ Set Forth memberi panggilan untuk kembali kepada Kristus yang objektif. Ini bukan soal apa yang kita rasakan, tetapi apa yang telah Kristus lakukan.
-
Untuk pengkhotbah: jadikan Kristus sebagai pusat khotbah, bukan moralitas kosong.
-
Untuk orang percaya: pandanglah Kristus lebih dari melihat kepada keadaanmu sendiri.
-
Untuk dunia: satu-satunya harapan adalah Kristus yang telah ditampilkan sebagai korban penebusan.
Kesimpulan: Pandanglah Kristus
Buku Christ Set Forth oleh Thomas Goodwin, meskipun ditulis lebih dari 350 tahun yang lalu, tetap berbicara dengan kuat kepada gereja masa kini. Pesannya sederhana namun mendalam: Allah telah menampilkan Kristus sebagai korban penebusan—dan kita dipanggil untuk memandang Dia dengan iman.
Teologi Reformed yang sejati selalu kembali kepada pusat segala sesuatu: Kristus dan Dia yang disalibkan. Ketika kita memandang kepada-Nya, kita menemukan:
-
Penghiburan dalam penderitaan,
-
Keyakinan dalam pengampunan,
-
Kekuatan dalam pengudusan.
Sebagaimana Musa meninggikan ular tembaga di padang gurun, demikian juga Kristus telah ditinggikan—supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:14-16).