Dasar yang Teguh dari Allah: 2 Timotius 2:19

Pendahuluan
Dalam konteks dunia yang berubah-ubah, penuh ketidakpastian, dan banyaknya ajaran menyesatkan, Rasul Paulus dalam 2 Timotius 2:19 memberikan sebuah kepastian yang tak tergoyahkan. Ayat tersebut berbunyi:
"Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya dan: Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."
Ayat ini mengandung dua aspek utama: jaminan ilahi dan tanggung jawab manusia. Eksposisi ini akan menguraikan secara mendalam 2 Timotius 2:19 berdasarkan pemahaman para teolog Reformed, untuk menjelaskan bagaimana fondasi kekal dari Allah menjamin umat pilihan-Nya di tengah kerusakan dan kebingungan rohani.
1. Konteks Historis dan Sastra
Surat 2 Timotius adalah surat pastoral terakhir Paulus, ditulis dari penjara. Pada bagian sebelumnya (ayat 16–18), Paulus menyinggung tentang dua tokoh—Himenaius dan Filetus—yang mengajarkan kebangkitan telah terjadi dan telah merusak iman sebagian orang. Di tengah penyimpangan tersebut, Paulus memberikan jaminan bahwa “dasar Allah itu teguh.”
John Stott menjelaskan bahwa ayat ini adalah sebuah respons terhadap kekacauan doktrinal: “Meskipun gereja mungkin terguncang oleh ajaran palsu, Allah tetap memelihara milik-Nya.”
2. "Dasar yang diletakkan Allah itu teguh"
Kata "dasar" (Yunani: themelios) menunjukkan fondasi bangunan yang kuat dan tak tergoyahkan. Dalam teologi Reformed, dasar ini ditafsirkan sebagai kedaulatan Allah dalam pemilihan umat-Nya.
John Calvin menyebutnya sebagai "perjanjian kekal Allah yang tak dapat diganggu gugat oleh manusia atau Iblis." Gereja sejati dibangun di atas dasar Allah, bukan prestasi manusia.
R.C. Sproul dalam Chosen by God menekankan bahwa dasar ini adalah karya pemilihan Allah, dan karena itu tidak dapat digoyahkan oleh kesalahan doktrin manusia.
3. "Meterainya ialah: Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya"
Frasa ini mengacu pada segel atau cap resmi, seperti yang dipakai dalam konteks Romawi kuno. Ini menunjukkan kepemilikan dan perlindungan.
Dalam konteks teologi Reformed, pengenalan Allah atas umat-Nya bukan hanya sekadar informasi, melainkan sebuah kasih pilihan (divine election). Bahwa Allah “mengenal” adalah bahasa relasional—Allah mengasihi dan memanggil milik-Nya secara pribadi.
Matthew Henry menyatakan, “Segel pertama dari fondasi Allah adalah pemilihan kekal yang tidak berubah, karena Tuhan mengenal mereka yang telah Ia tetapkan.”
4. "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan"
Ini adalah bagian kedua dari segel tersebut, menunjukkan tanggung jawab manusia. Dalam pemahaman Reformed, keselamatan bukan hanya status, tapi juga gaya hidup.
Teolog seperti Herman Bavinck dan Louis Berkhof menegaskan bahwa mereka yang dipilih dan dipanggil secara efektif oleh Allah akan menunjukkan buah pertobatan dalam hidupnya.
John Owen menulis bahwa kekudusan adalah tanda dari seseorang yang benar-benar mengenal Allah. Ini selaras dengan doktrin pengudusan sebagai buah regenerasi dan justifikasi.
5. Tension antara Jaminan dan Tanggung Jawab
Teologi Reformed menyeimbangkan doktrin pemilihan (election) dengan pengudusan (sanctification). 2 Timotius 2:19 mengandung keduanya. Allah mengenal milik-Nya (jaminan keselamatan) tetapi orang percaya juga dipanggil untuk menjauhi kejahatan (tanggung jawab etis).
Charles Hodge mengatakan, “Kepastian keselamatan tidak membuat orang pasif, tetapi justru memotivasi mereka untuk mengejar kekudusan sebagai bukti keselamatan itu nyata.”
6. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
Ayat ini memiliki implikasi praktis dalam konteks gereja dan kehidupan pribadi:
Keyakinan di Tengah Ajaran Sesat: Meski ada pengajaran palsu dan kemurtadan, dasar Allah tetap teguh.
Panggilan untuk Hidup Kudus: Menyebut nama Tuhan tanpa menjauhi kejahatan adalah kemunafikan.
Identitas dan Keamanan Orang Percaya: Allah mengenal milik-Nya. Ini memberi ketenangan di tengah penganiayaan dan kesulitan.
Tanggung Jawab Gembala dan Pengajar: Untuk menekankan kesetiaan kepada doktrin yang benar dan hidup yang sesuai Injil.
7. Pandangan Beberapa Teolog Reformed
John Calvin: Menyebut ayat ini sebagai pilar penghiburan bagi orang percaya sejati, bahwa mereka tidak akan hilang meski gereja berguncang.
Martyn Lloyd-Jones: Memperingatkan agar jangan menyalahgunakan jaminan Allah sebagai alasan untuk hidup sembrono. Ia menyebut bahwa iman sejati akan selalu menghasilkan kehidupan yang takut akan Tuhan.
Cornelius Van Til: Menggarisbawahi bahwa kebenaran Allah adalah dasar semua kepastian epistemologis dan eksistensial umat-Nya.
8. Bahaya Jika Mengabaikan Keseimbangan Ayat Ini
Jika hanya menekankan satu sisi:
Hanya pada Jaminan: Menjadi antinomianisme—kehidupan tanpa hukum, merasa aman meski hidup dalam dosa.
Hanya pada Ketaatan: Menjadi legalisme—usaha menyelamatkan diri dengan perbuatan.
Teologi Reformed memelihara keseimbangan ini: keselamatan adalah anugerah Allah sepenuhnya, tetapi selalu menghasilkan buah ketaatan.
Kesimpulan
2 Timotius 2:19 adalah ayat yang sangat kaya dalam makna teologis. Ia menyatakan bahwa fondasi Allah tak tergoyahkan, dan bahwa umat pilihan-Nya dikenal oleh-Nya dan dituntut untuk hidup dalam kekudusan.
Dalam terang teologi Reformed, ayat ini menjadi peneguhan bagi mereka yang setia, sekaligus peringatan bagi mereka yang hanya menyebut nama Tuhan tanpa hidup dalam pertobatan. Ia memanggil kita untuk bersandar pada pemilihan Allah, sambil menjauhi segala bentuk kejahatan sebagai respons terhadap anugerah itu.
Soli Deo Gloria.