Pribadi dan Pekerjaan Roh Kudus

Pendahuluan
Dalam pemahaman iman Kristen, Roh Kudus memegang peran yang sangat penting sebagai pribadi ketiga dari Allah Tritunggal. Tidak hanya sekadar kuasa atau pengaruh, Roh Kudus dipandang sebagai pribadi sejati dengan kehendak, perasaan, dan tindakan yang khas. Di dalam tradisi teologi Reformed, pembahasan tentang Roh Kudus selalu terikat erat dengan pemahaman akan karya Allah dalam keselamatan, pemeliharaan, dan penyempurnaan umat-Nya. Artikel ini akan membahas pribadi dan pekerjaan Roh Kudus menurut pandangan beberapa pakar teologi Reformed, dengan harapan dapat menjadi bahan refleksi dan pendalaman iman bagi para pembaca.
Siapakah Roh Kudus?
Menurut Louis Berkhof, salah satu teolog Reformed terkemuka, Roh Kudus bukan sekadar pengaruh atau daya ilahi, tetapi pribadi yang memiliki atribut kepribadian seperti pikiran (Roma 8:27), perasaan (Efesus 4:30), kehendak (1 Korintus 12:11), dan kemampuan untuk berbicara (Kisah Para Rasul 13:2). Hal ini berarti Roh Kudus bukan hanya sarana, tetapi pelaku aktif dalam karya keselamatan.
John Calvin, yang dikenal sebagai “Bapa Teologi Reformed”, menegaskan bahwa segala sesuatu yang Kristus peroleh bagi kita melalui karya penebusan hanya dapat diterima melalui Roh Kudus. Dengan kata lain, Roh Kudus adalah penghubung vital antara karya objektif Kristus di kayu salib dengan pengalaman subjektif keselamatan dalam hati manusia.
Roh Kudus Sebagai Pribadi dalam Tritunggal
Teologi Reformed menegaskan keesaan Allah yang menyatakan diri dalam tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Roh Kudus bukan ciptaan atau emanasi (pancaran) dari Allah, melainkan sungguh-sungguh Allah yang kekal, setara, dan sehakikat dengan Bapa dan Anak. Ini ditegaskan dalam Pengakuan Iman Athanasius yang menyatakan bahwa tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil di antara pribadi-pribadi Allah.
Pakar teologi modern seperti Michael Horton menekankan bahwa memahami Roh Kudus sebagai pribadi ilahi membantu gereja untuk tidak jatuh ke dalam kesalahan-kesalahan seperti panteisme (semua adalah Allah) atau pneumatologi fungsional (mengurangi Roh Kudus hanya sebagai fungsi atau pengaruh tanpa pribadi).
Pekerjaan Roh Kudus dalam Keselamatan
1. Penerapan Keselamatan
Salah satu peran utama Roh Kudus dalam pandangan Reformed adalah menerapkan keselamatan yang diperoleh Kristus kepada umat-Nya. Berkhof menyebut ini sebagai “aplikasi subjektif dari keselamatan objektif”. Ini berarti walaupun Kristus sudah menyelesaikan karya penebusan, tanpa pekerjaan Roh Kudus, manusia tidak akan dapat menerima anugerah itu.
Roh Kudus bekerja dengan cara:
-
Membangkitkan kesadaran dosa (Yohanes 16:8-11)
-
Membangkitkan iman dalam hati orang percaya (Efesus 2:8-9)
-
Memimpin kepada pertobatan sejati (2 Timotius 2:25)
-
Memateraikan keselamatan (Efesus 1:13-14)
2. Regenerasi (Kelahiran Baru)
John Murray, teolog Reformed dari Westminster, menjelaskan bahwa kelahiran baru adalah tindakan ilahi yang melaluinya manusia diberikan hidup baru di dalam Kristus. Ini bukan keputusan manusia, melainkan pekerjaan Roh Kudus yang membangkitkan jiwa yang mati karena dosa (Efesus 2:1-5). Dengan kata lain, manusia yang secara rohani mati tidak mungkin merespons Allah kecuali terlebih dahulu dilahirkan kembali oleh Roh Kudus.
3. Penyucian (Sanctification)
Setelah dilahirkan kembali, Roh Kudus terus bekerja dalam kehidupan orang percaya untuk menguduskan mereka, yakni menjadikan mereka makin serupa dengan Kristus (2 Korintus 3:18). Herman Bavinck, seorang teolog Reformed Belanda, menekankan bahwa sanctification adalah proses berkelanjutan, bukan hasil instan. Roh Kudus berperan sebagai penggerak, pembimbing, dan penyempurna dalam perjalanan iman ini.
4. Pemeliharaan (Perseverance)
Dalam tradisi Reformed, salah satu doktrin penting adalah ketekunan orang kudus. Ini berarti mereka yang benar-benar diselamatkan akan dipelihara hingga akhir oleh kuasa Allah. Roh Kuduslah yang menopang iman mereka (Filipi 1:6), menguatkan mereka dalam pencobaan, dan memelihara mereka agar tidak terlepas dari kasih Allah.
Karunia dan Buah Roh Kudus
Roh Kudus tidak hanya bekerja dalam aspek keselamatan individu, tetapi juga memberikan karunia (1 Korintus 12) dan buah Roh (Galatia 5:22-23) demi membangun tubuh Kristus, yaitu gereja.
Karunia Roh
Karunia Roh Kudus bukan untuk pamer kekuatan atau kesalehan pribadi, melainkan untuk pelayanan dan kesatuan jemaat. Sinclair Ferguson, teolog Reformed kontemporer, mengingatkan bahwa salah satu kesalahan besar gereja masa kini adalah menekankan karunia spektakuler seperti bahasa roh atau nubuat, tetapi melupakan karunia-karunia “biasa” seperti pengajaran, kepemimpinan, dan pelayanan kasih. Semua karunia, besar atau kecil, memiliki peran penting dalam gereja.
Buah Roh
Berbeda dengan karunia, buah Roh Kudus adalah hasil karakter yang dihasilkan Roh dalam hidup orang percaya. Ini mencakup kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Bavinck menegaskan bahwa tanpa buah Roh, semua karunia menjadi sia-sia, karena tujuan utama Allah bukan hanya menghasilkan pelayan yang berbakat, tetapi pribadi yang serupa dengan Kristus.
Roh Kudus dan Firman
Dalam pandangan Reformed, Roh Kudus bekerja selalu seiring dengan Firman Allah. Calvin menekankan prinsip “Word and Spirit” – Roh Kudus tidak pernah bekerja tanpa Firman, dan Firman tidak pernah efektif tanpa Roh. Ini penting untuk membedakan iman Reformed dari mistisisme atau pengalaman subjektif yang lepas dari otoritas Alkitab.
Michael Horton menyebutkan bahwa Roh Kuduslah yang menerangi (illuminates) hati kita untuk memahami Firman, memberikan keyakinan akan kebenarannya, dan menggerakkan hati untuk taat. Tanpa Roh, membaca Alkitab hanya menjadi latihan akademis kosong. Tetapi dengan Roh, Firman menjadi hidup dan berkuasa.
Roh Kudus dan Gereja
Gereja adalah ciptaan Roh Kudus. Dari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2), Roh Kudus mencurahkan diri-Nya untuk membentuk satu komunitas umat Allah yang baru. Gereja bukan sekadar organisasi manusia, tetapi persekutuan ilahi yang digerakkan oleh Roh.
Dalam liturgi, persekutuan, pengajaran, dan misi, gereja bergantung penuh pada karya Roh Kudus. Tanpa Roh, gereja akan menjadi sekadar lembaga sosial. Dengan Roh, gereja menjadi tubuh Kristus yang hidup, penuh kuasa, dan berbuah bagi kemuliaan Allah.
Kontroversi dan Klarifikasi
Beberapa kesalahpahaman umum tentang Roh Kudus menurut pandangan Reformed antara lain:
-
Menganggap Roh Kudus hanya bekerja dalam tanda-tanda ajaib (padahal Roh juga bekerja dalam hal-hal “biasa” seperti pembacaan Firman, sakramen, dan doa).
-
Menganggap Roh Kudus bekerja secara lepas dari Firman (padahal keduanya selalu terikat).
-
Mengabaikan peran Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah hanya penting untuk keselamatan awal.
Teologi Reformed berusaha menjaga keseimbangan antara menghargai keajaiban dan misteri karya Roh tanpa jatuh ke dalam subjektivisme atau ekstremisme yang tidak sesuai Alkitab.
Kesimpulan
Pribadi dan pekerjaan Roh Kudus adalah jantung dari kehidupan Kristen. Dari awal keselamatan hingga akhir, Roh Kuduslah yang memanggil, memperbarui, memimpin, memelihara, dan menyempurnakan umat Allah. Tanpa Roh, tidak ada gereja, tidak ada iman, tidak ada pengharapan.
Sebagai penutup, mari kita mengingat perkataan John Calvin yang terkenal:
“Roh Kudus adalah ikatan yang menghubungkan kita dengan Kristus dan semua berkat-Nya.”
Sebagai umat percaya, kita diajak untuk hidup dalam ketergantungan penuh kepada Roh, memohon pimpinan-Nya setiap hari, dan membiarkan Dia membentuk kita makin serupa dengan Kristus.