Percaya Yesus yang Menyelamatkan

Percaya Yesus yang Menyelamatkan

Pandangan Teologi Reformed Tentang Iman yang Menyelamatkan

Dalam kekristenan, salah satu pertanyaan paling penting dan mendasar adalah: percaya Yesus yang seperti apa supaya diselamatkan? Ini bukan hanya sekadar persoalan doktrin, tetapi menyentuh inti keselamatan kekal manusia. Dalam tradisi teologi Reformed, jawaban atas pertanyaan ini dirumuskan dengan hati-hati berdasarkan Alkitab, melalui warisan Reformasi, dan dipertajam oleh para teolog seperti John Calvin, Louis Berkhof, R.C. Sproul, dan John Piper.

Artikel ini akan membahas secara mendalam:

  • Apa yang dimaksud dengan iman yang menyelamatkan?

  • Siapa Yesus yang harus kita percaya?

  • Mengapa hanya iman yang membawa keselamatan?

  • Bagaimana relasi antara iman dan pertobatan?

  • Bagaimana menghindari kesalahan memahami iman?

Mari kita telusuri bersama pandangan para pakar Reformed agar kita memahami bukan hanya percaya, tetapi percaya dengan benar.

1. Apa yang Dimaksud dengan Iman yang Menyelamatkan?

Dalam teologi Reformed, iman yang menyelamatkan (saving faith) berbeda dengan sekadar pengakuan intelektual. Menurut Louis Berkhof dalam Systematic Theology, iman yang menyelamatkan memiliki tiga unsur utama:

  1. Notitia – pengetahuan yang benar tentang Kristus dan karya-Nya.

  2. Assensus – persetujuan hati bahwa pengetahuan itu benar.

  3. Fiducia – kepercayaan pribadi kepada Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

Jadi, percaya Yesus bukan hanya berarti “mengakui bahwa Yesus ada” atau “percaya bahwa Yesus pernah hidup,” tetapi mengandalkan Dia sepenuhnya sebagai Juruselamat.

John Calvin menekankan bahwa iman sejati selalu terkait dengan hati yang tertunduk dan kepercayaan penuh pada rahmat Allah (Institutes of the Christian Religion, Book III). Tanpa unsur fiducia, iman hanya tinggal pada level kepala, bukan hati.

2. Siapa Yesus yang Harus Kita Percaya?

Teologi Reformed dengan tegas menyatakan bahwa Yesus yang kita percaya untuk keselamatan adalah:

  • Yesus yang sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia.

  • Yesus yang lahir dari anak dara Maria, tanpa dosa.

  • Yesus yang disalibkan, mati, dikuburkan, bangkit pada hari ketiga, dan naik ke surga.

  • Yesus yang satu-satunya perantara antara Allah dan manusia (1 Timotius 2:5).

R.C. Sproul dalam bukunya Essential Truths of the Christian Faith menekankan bahwa iman yang menyelamatkan tidak mungkin diarahkan kepada Yesus yang salah, misalnya Yesus yang hanya guru moral atau nabi hebat. Yesus harus dipercaya sebagai Tuhan yang berinkarnasi, yang menggenapi seluruh hukum Allah, dan menanggung murka Allah di kayu salib bagi umat-Nya.

John Piper sering menekankan pentingnya memandang Yesus bukan hanya sebagai penyedia keselamatan, tetapi juga sebagai harta yang paling berharga. Percaya Yesus berarti menganggap Dia lebih bernilai daripada apapun di dunia ini.

3. Mengapa Hanya Iman yang Membawa Keselamatan?

Reformasi Protestan lahir dengan semboyan sola fide – keselamatan hanya oleh iman, bukan oleh perbuatan. Calvin menulis, “Kita dibenarkan bukan karena pekerjaan kita, tetapi karena iman kita bersatu dengan Kristus” (Institutes, III.XI).

Mengapa demikian? Karena:

  • Hanya iman yang menerima Kristus.

  • Perbuatan baik adalah hasil keselamatan, bukan syaratnya (Efesus 2:8-10).

  • Keselamatan adalah anugerah penuh Allah, bukan hasil usaha manusia (Roma 3:28, Galatia 2:16).

Louis Berkhof mengingatkan bahwa iman itu sendiri adalah pemberian Allah (Filipi 1:29). Manusia yang mati dalam dosa tidak mungkin memunculkan iman sendiri tanpa karya Roh Kudus (Efesus 2:1-5).

4. Bagaimana Relasi Antara Iman dan Pertobatan?

Menurut teologi Reformed, iman yang menyelamatkan selalu disertai dengan pertobatan sejati. John Calvin menyebutnya sebagai “dua sisi dari koin yang sama.” Tidak ada iman sejati tanpa pertobatan, dan tidak ada pertobatan sejati tanpa iman.

Pertobatan (bahasa Yunani: metanoia) berarti perubahan hati dan pikiran, membalikkan arah dari dosa kepada Allah. Namun, pertobatan juga bukan syarat tambahan untuk diselamatkan; pertobatan adalah buah alami dari iman sejati.

R.C. Sproul menjelaskan bahwa iman yang menyelamatkan menghasilkan kehidupan yang berubah, karena Roh Kudus bekerja dalam hati orang percaya, memimpin mereka meninggalkan dosa dan mengejar kekudusan.

5. Apa Bahaya Memahami Iman Secara Salah?

Ada beberapa kesalahpahaman yang sering muncul:

  • Mengira bahwa iman hanya berarti setuju secara intelektual. (Yakobus 2:19 – bahkan setan pun percaya bahwa Allah itu Esa!)

  • Mengira bahwa iman adalah sekadar keputusan emosional tanpa pengenalan yang benar akan Kristus.

  • Mengira bahwa iman mengabaikan pertobatan dan kehidupan baru.

John Piper mengingatkan bahwa iman sejati bukan hanya soal “keputusan sekali seumur hidup” tetapi hubungan yang terus-menerus dengan Kristus. Iman yang mati tidak menyelamatkan (Yakobus 2:17).

Teologi Reformed juga menentang ajaran antinomianisme (anti-hukum), yaitu gagasan bahwa orang percaya bisa hidup semaunya karena sudah diselamatkan oleh iman. Keselamatan memang tidak diperoleh oleh perbuatan, tetapi iman yang sejati selalu menghasilkan buah perbuatan baik.

6. Bagaimana Memastikan Iman Kita adalah Iman yang Menyelamatkan?

Bagaimana kita tahu bahwa iman kita bukan sekadar iman palsu? Para teolog Reformed menyarankan:

  • Periksa apakah hati kita sungguh mengandalkan Kristus, bukan diri sendiri.

  • Periksa apakah kita melihat buah Roh dalam kehidupan kita (Galatia 5:22-23).

  • Periksa apakah kita memiliki kerinduan untuk taat kepada Firman Allah.

  • Periksa apakah kita mengalami pertobatan terus-menerus dan kebencian terhadap dosa.

John Calvin menulis bahwa jaminan keselamatan lahir bukan dari melihat diri sendiri, tetapi dari memandang kepada Kristus dan janji-Nya. Kita memang harus menguji diri (2 Korintus 13:5), tetapi bukan dengan mencari alasan untuk putus asa, melainkan untuk semakin bersandar pada Kristus.

Kesimpulan: Percaya Yesus yang Seperti Apa Supaya Diselamatkan?

Berdasarkan pandangan para pakar Reformed, percaya Yesus yang menyelamatkan berarti:

  • Percaya kepada Yesus yang Alkitabiah, bukan Yesus yang direkayasa oleh budaya atau pikiran manusia.

  • Percaya dengan pengetahuan yang benar, persetujuan hati, dan kepercayaan pribadi.

  • Percaya dengan iman yang menghasilkan pertobatan, perubahan hidup, dan buah Roh.

  • Percaya bukan pada usaha diri, tetapi semata-mata pada karya Kristus yang sempurna di salib.

Keselamatan adalah karya anugerah Allah dari awal sampai akhir. Iman kita bukanlah sebab keselamatan, tetapi alat yang Allah pakai untuk menyatukan kita dengan Kristus. Seperti yang tertulis dalam Efesus 2:8-9 (TB):

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”

Next Post Previous Post