Keindahan Kristus dalam Tulisan Devosional

I. Pendahuluan: Mengenal David Harsha dan Warisannya
David Addison Harsha adalah seorang penulis, pemikir, dan hamba Tuhan dari tradisi Reformed di abad ke-19. Karyanya yang paling dikenal adalah buku-buku devosional yang penuh kontemplasi terhadap keagungan Kristus dan kedalaman kasih karunia Allah. Sebagian besar tulisannya, seperti The Star of Bethlehem, Voices from the Cross, dan The Heavenly Theme, menyuarakan kerinduan akan kekekalan dan kekaguman terhadap keindahan Kristus.
Gaya Harsha penuh puisi, mendalam secara teologis, dan menggugah secara emosional. Ia bukan hanya seorang pengamat, tetapi seorang penyembah yang membawa pembacanya masuk ke hadirat Allah, melalui renungan yang berbasis Kitab Suci dan kesadaran penuh akan kebesaran Injil.
II. Teologi Reformed dalam Tulisan Devosional Harsha
Walaupun tidak semua tulisannya dikategorikan sebagai teologi sistematik, Harsha sangat terpengaruh oleh Reformasi, khususnya pengajaran para teolog Puritan dan Reformator seperti John Owen dan Jonathan Edwards. Gaya renungannya sejalan dengan teologi Reformed dalam beberapa aspek berikut:
1. Keagungan Allah dan Kedaulatan-Nya
Dalam The Star of Bethlehem, Harsha menulis:
“Bintang terang yang membawa kita ke Betlehem adalah kasih karunia ilahi yang tidak dapat ditawar oleh manusia.”
Pernyataan ini menunjukkan keyakinan pada sola gratia (anugerah semata), bahwa keselamatan berasal dari Allah, bukan dari kehendak bebas manusia.
John Calvin berkata dalam Institutes:
“Tidak ada keselamatan di luar Kristus, dan tidak ada Kristus yang sejati selain yang dinyatakan dalam Injil.”
2. Kristus Sebagai Fokus Iman
Setiap karya Harsha mengarah pada satu hal: keindahan dan keagungan Yesus Kristus. Dalam Voices from the Cross, ia menulis renungan tentang tujuh perkataan salib dengan intensitas rohani yang kuat. Ia memandang salib bukan sebagai simbol kelemahan, tetapi takhta kemuliaan Allah.
Dalam tradisi Reformed, fokus pada Kristus sebagai pusat keselamatan (Christocentrism) sangat penting. Harsha sejalan dengan teologi Kristus sebagai Penggenap Perjanjian — Hamba Allah yang menanggung murka dan memberikan kebenaran.
R.C. Sproul berkata:
“Salib bukan tempat kasih Allah bertentangan dengan murka-Nya, melainkan tempat keduanya bertemu dalam keadilan yang sempurna.”
III. Eksplorasi Tematik dalam Karya Devosional Harsha
A. Tema “Keindahan Kristus”
Dalam The Heavenly Theme, Harsha menulis:
“Bukan surga yang membuat Kristus indah, tetapi Kristus yang membuat surga menjadi rumah bagi umat-Nya.”
Pernyataan ini menggambarkan teologi afeksi, yakni bahwa orang percaya memiliki kasih sejati kepada Kristus, bukan hanya karena manfaat-Nya, tetapi karena pribadi-Nya.
Ini sejalan dengan pemikiran Jonathan Edwards dalam Religious Affections:
“Tanda paling sejati dari kasih karunia adalah kasih sejati kepada Allah karena siapa Dia, bukan karena apa yang Dia berikan.”
B. Tema “Salib dan Penebusan”
Dalam Voices from the Cross, Harsha menggambarkan salib sebagai tempat:
-
Kemuliaan kasih Allah
-
Ketetapan kekal Bapa
-
Penggenapan janji perjanjian
Ia tidak hanya melihat salib sebagai simbol penderitaan, tetapi sebagai puncak anugerah redemptif.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menulis:
“Salib adalah tindakan definitif Allah di dalam waktu untuk menebus umat-Nya melalui wakil federal mereka — Kristus.”
C. Tema “Kerinduan akan Surga”
Harsha sangat sering menulis tentang kekekalan, bukan dalam bentuk spekulasi, melainkan sebagai pengharapan pasti berdasarkan janji Allah dalam Kristus.
Dalam The Heavenly Theme, ia menulis:
“Iman memandang ke depan, melihat kota yang tidak dibangun oleh tangan manusia, dan menyambutnya seperti rumah sejati.”
Ini menggemakan Ibrani 11:16 dan menunjukkan pengharapan eskatologis Reformed — bahwa surga bukan pengganti dunia, tetapi pemulihan sempurna dari ciptaan.
IV. Gaya Devosional Harsha dalam Terang Reformed Spirituality
1. Renungan Biblis yang Emosional dan Teologis
Harsha tidak menulis dalam gaya akademik, tetapi ia menulis dengan penghormatan tinggi terhadap Firman Allah. Ia menggabungkan puisi, meditasi, dan kutipan Kitab Suci dengan indah, namun penuh bobot.
2. Berakar dalam Sejarah Penebusan
Walaupun ia sering menulis secara pribadi dan kontemplatif, tulisannya selalu berada dalam kerangka besar narrative redemption — dari Kejadian hingga Wahyu, dari Eden menuju Yerusalem Baru.
V. Kaitan Harsha dengan Tradisi Devosional Reformed
1. Persamaan dengan Para Puritan
Tulisan Harsha sering dibandingkan dengan tulisan-tulisan Thomas Watson, John Owen, dan Richard Sibbes, yang memiliki fokus serupa dalam:
-
Membuka kekayaan hati Kristus
-
Mendorong pertobatan sejati
-
Menguatkan iman dalam penderitaan
2. Kelebihan: Kesederhanaan yang Dalam
Jika Owen berat, Harsha ringan namun tetap dalam. Ia menulis untuk umat awam, bukan untuk seminari. Tetapi kedalaman teologis tetap nyata dalam setiap paragrafnya.
VI. Aplikasi Praktis Bagi Gereja dan Orang Percaya
1. Renungan Harian yang Bermakna
Karya Harsha adalah bahan devosi yang kuat — bukan sekadar inspiratif, tetapi menantang hati dan pikiran untuk kembali kepada Injil sejati.
2. Pendidikan Iman yang Menyentuh Hati
Dalam zaman di mana pengajaran cenderung kering atau semata emosional, Harsha memberikan teladan dalam menyatukan kebenaran dan kasih, doktrin dan devosi.
VII. Kritik dan Refleksi
Beberapa mungkin menganggap tulisan Harsha terlalu puitis dan tidak sistematik. Namun dari perspektif Reformed, tulisannya justru menunjukkan bahwa:
-
Teologi tidak harus kering.
-
Renungan tidak harus dangkal.
-
Iman tidak hanya untuk dipelajari, tetapi untuk disembah.
John Calvin sendiri menyebut teologi sebagai “pengetahuan tentang Allah dan tentang diri kita” — bukan hanya untuk kepala, tetapi juga untuk hati.
VIII. Kesimpulan: Devosi yang Mendorong Reformed Living
Karya-karya devosional David Harsha membawa kita ke pusat dari iman Reformed: Kristus yang mulia, kasih karunia yang mempesona, dan surga yang pasti. Ia adalah pengingat bahwa teologi terbaik adalah teologi yang membuat kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi.
Dalam tradisi Reformed yang mencintai doktrin yang dalam, Harsha menunjukkan bahwa kedalaman teologi dan kelembutan devosi bisa berjalan beriringan — dan bahwa mata iman yang memandang salib akan membawa kita kepada kekaguman yang kudus.