Bukan Karena Kami, Tapi Kristus - Kisah Para Rasul 3:12–13

Bukan Karena Kami, Tapi Kristus - Kisah Para Rasul 3:12–13

I. Pendahuluan

Kisah Para Rasul pasal 3 mencatat salah satu mujizat besar yang terjadi setelah pencurahan Roh Kudus: seorang pengemis lumpuh disembuhkan di Gerbang Indah oleh kuasa Yesus Kristus. Namun yang paling penting dalam peristiwa ini bukanlah mujizatnya, melainkan penjelasan teologis yang diberikan oleh Petrus. Dalam ayat 12–13, kita melihat bagaimana Petrus menolak segala kemuliaan bagi dirinya dan Yohanes, dan malah mengangkat Kristus yang telah disalib dan dibangkitkan sebagai pusat dari kuasa penyembuhan itu.

Ayat ini mengajarkan banyak hal penting tentang iman, kemuliaan Allah, Kristologi, dan teologi pelayanan, terutama dalam terang teologi Reformed.

II. Teks: Kisah Para Rasul 3:12–13 (AYT)

12 Ketika Petrus melihat hal itu, ia berkata kepada orang banyak, “Hai orang-orang Israel, mengapa kamu takjub akan hal ini? Dan, mengapa kamu memandang kepada kami seolah-olah dengan kekuatan atau kesalehan kami sendiri kami telah membuat orang ini berjalan?
13 Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah nenek moyang kita, telah memuliakan Yesus, Hamba-Nya, yang kamu serahkan dan kamu tolak di hadapan Pilatus, walaupun Pilatus telah memutuskan untuk melepaskan Dia.”

III. Konteks Historis dan Naratif

Setelah mujizat penyembuhan terjadi (ay. 1–10), orang banyak berkumpul dengan rasa takjub. Mereka memandang Petrus dan Yohanes sebagai pelaku keajaiban itu. Namun, Petrus segera menyangkal bahwa kuasa berasal dari dirinya sendiri, dan memanfaatkan momen ini untuk memberitakan Injil Kristus yang telah bangkit.

IV. Eksposisi Ayat demi Ayat

A. Kisah Para Rasul 3:12: “Mengapa kamu memandang kepada kami?”

1. Bahaya Kultus Pribadi

Reaksi spontan orang banyak menunjukkan kecenderungan manusia untuk mengagungkan pemimpin rohani. Petrus segera menolak itu. Ia berkata, "bukan karena kekuatan kami, bukan karena kesalehan kami."

John Calvin menulis:

“Petrus dengan cepat mematahkan segala bentuk penyembahan manusia dan mengalihkan perhatian umat kepada satu-satunya Sumber kuasa dan anugerah: Allah sendiri.”

Ini adalah pelajaran penting bagi gereja masa kini: hamba Tuhan adalah alat, bukan pusat. Kemuliaan harus tetap bagi Allah saja (Soli Deo Gloria).

2. Kesalehan Tidak Menyembuhkan

Petrus bahkan menyinggung soal "kesalehan kami." Artinya, kesalehan pribadi pun tidak memiliki kuasa menyelamatkan atau menyembuhkan.

Ini sangat Reformed. Teologi Reformed menolak segala bentuk keselamatan melalui perbuatan baik, dan menyatakan bahwa anugerah Allah adalah satu-satunya penyebab keselamatan dan pemulihan.

“Perbuatan baik bukanlah dasar keselamatan, tetapi buah dari anugerah.” – R.C. Sproul

B. Kisah Para Rasul 3:13: “Allah Abraham, Ishak, dan Yakub...”

1. Penegasan Identitas Allah

Petrus menyapa audiensnya sebagai orang Yahudi dan langsung menyebut Allah perjanjian: Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Ini bukan Allah asing — ini adalah Allah nenek moyang mereka.

Petrus mengingatkan bahwa Yesus yang mereka tolak adalah bagian dari rencana Allah yang telah dijanjikan dalam sejarah keselamatan Israel.

Herman Bavinck menulis:

“Kekristenan bukanlah sesuatu yang baru, tetapi kelanjutan dan penggenapan dari janji Allah dalam Perjanjian Lama.”

2. Yesus Sebagai Hamba Allah

Yesus disebut “Hamba-Nya” — merujuk pada nubuat-nubuat dari Yesaya 42–53, terutama “Hamba yang Menderita.” Ini memperlihatkan bahwa penyembuhan ini adalah pekerjaan dari Mesias yang telah dijanjikan.

Matthew Henry mengomentari:

“Mereka tidak mengenali Hamba yang sejati, tetapi Allah telah memuliakan Dia melalui kebangkitan, meskipun manusia menolaknya.”

3. Tuduhan Terhadap Bangsa Yahudi

Petrus menyampaikan kebenaran dengan keberanian pastoral: "kamu serahkan... kamu tolak..." Ini bukan kebencian, melainkan koreksi kasih melalui konfrontasi akan dosa.

Ini penting: Injil bukan hanya menawarkan anugerah, tapi mengungkapkan kejahatan dosa. Dalam Reformed Theology, ini disebut sebagai fungsi hukum (law) — menginsafkan manusia akan kesalahan dan kebutuhan akan Juruselamat.

V. Teologi Reformed dalam Kisah Para Rasul 3:12–13

1. Anugerah Allah adalah Sumber Segala Kuasa

Petrus menekankan bahwa semua kuasa dan hasil pelayanan berasal dari Allah, bukan manusia. Ini selaras dengan prinsip Sola Gratia — bahwa semua yang baik berasal dari anugerah Allah, bukan usaha manusia.

2. Kristus adalah Penggenapan Janji Perjanjian Lama

Penyebutan Allah Abraham, Ishak, dan Yakub menunjukkan kesinambungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam kerangka Covenant Theology, Yesus adalah penggenapan dari janji Mesianik kepada Israel.

“Kristus adalah pusat dari seluruh Alkitab, dari Kejadian hingga Wahyu.” – Louis Berkhof

3. Injil Menghancurkan Kepercayaan Diri

Ketika Petrus menyangkal peran dirinya, ia sedang meruntuhkan kepercayaan pada manusia dan menempatkan semua pengharapan hanya kepada Kristus.

Dalam Reformed Theology, ini merupakan esensi dari Total Depravity: manusia tidak memiliki apapun dalam dirinya sendiri untuk menyelamatkan atau menyembuhkan.

VI. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini

1. Hamba Tuhan Bukan Fokus Pelayanan

Gereja modern sering tergoda mengidolakan pemimpin karismatik. Kisah Para Rasul 3:12–13 mengingatkan bahwa kuasa tidak datang dari “kesalehan kami”, tetapi dari Allah melalui Kristus.

Hamba Tuhan bukan pusat kuasa, tetapi jembatan kepada Kristus.

2. Segala Kemuliaan Bagi Allah

Prinsip Soli Deo Gloria harus nyata dalam praktik: dari pelayanan mimbar, kesembuhan, penginjilan, hingga kehidupan gereja. Semua yang baik harus diarahkan kembali kepada Allah.

3. Injil Harus Disampaikan dengan Kebenaran dan Keberanian

Petrus tidak menghindar dari menyatakan bahwa mereka telah menyalibkan Yesus. Dalam konteks modern, kita pun harus berani menyampaikan kebenaran, bukan sekadar membicarakan berkat dan motivasi.

VII. Kristus sebagai Pusat Segala Kemuliaan

Inti dari bagian ini adalah Yesus yang telah ditolak, kini dimuliakan. Inilah Injil: kematian dan kebangkitan Kristus menjadi dasar dari segala kuasa, penyembuhan, dan keselamatan.

R.C. Sproul menulis:

“Kebangkitan Kristus adalah puncak pembenaran ilahi atas pelayanan-Nya. Ia ditolak manusia, tetapi dipilih Allah.”

VIII. Kesimpulan: Kuasa dari Kristus, Bukan dari Kami

Kisah Para Rasul 3:12–13 bukan hanya narasi tentang mujizat, tetapi pelajaran teologis tentang bagaimana seharusnya kita memandang kuasa, pelayanan, dan Injil.

Kita belajar bahwa:

  • Mujizat bukan untuk kemuliaan manusia, tetapi untuk menunjuk kepada Kristus.

  • Kesalehan kita bukan sumber kuasa, tetapi anugerah Kristus-lah yang memampukan.

  • Injil bukan hanya janji keselamatan, tetapi juga seruan untuk bertobat dari dosa.

Next Post Previous Post