Mencari Kota Surgawi - Ibrani 11:16

I. Pendahuluan: Iman yang Tidak Berakar di Dunia
Ibrani 11 adalah pasal yang terkenal sebagai galeri “pahlawan iman.” Mereka adalah orang-orang yang percaya kepada janji Allah meskipun janji itu belum mereka terima sepenuhnya dalam kehidupan ini. Puncaknya, ayat 16 menyatakan bahwa mereka “merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu tanah air surgawi.”
Ayat ini penting dalam teologi Reformed karena menunjukkan bahwa iman sejati bukan hanya berkaitan dengan masa kini, tetapi mengarah ke pengharapan eskatologis. Iman mengikat orang percaya kepada kota Allah, bukan dunia ini.
II. Teks Alkitab: Ibrani 11:16 (AYT)
“Namun sekarang, mereka merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu tanah air surgawi. Karena itu, Allah tidak malu disebut sebagai Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota untuk mereka.”
III. Konteks Iman dalam Ibrani 11
Pasal ini membicarakan tokoh-tokoh besar seperti Abraham, Ishak, Yakub, Musa, dan lainnya yang hidup bukan demi kenyamanan dunia ini, tetapi dengan pengharapan akan janji Allah yang akan datang. Meskipun mereka tidak melihat penggenapan penuh dari janji itu, mereka tetap taat dan menanti.
Ibrani 11:13 menegaskan bahwa mereka semua meninggal dalam iman, tanpa menerima janji, tetapi menyambutnya dari jauh. Lalu Ibrani 11:16 menyimpulkan motivasi terdalam mereka: kerinduan akan kota surgawi.
IV. Eksposisi Ayat demi Ayat
1. “Namun sekarang, mereka merindukan tanah air yang lebih baik...”
A. Kerinduan yang Suci
Dalam bahasa Yunani, kata “merindukan” (oregomai) menunjukkan keinginan yang mendalam. Ini bukan sekadar cita-cita, tetapi kerinduan spiritual akan sesuatu yang mulia, kekal, dan suci — bukan sekadar tempat tinggal yang lebih baik.
John Calvin menafsirkan:
“Para leluhur iman tidak puas dengan dunia ini, tetapi mereka mengarahkan pandangan mereka kepada kerajaan surgawi. Kerinduan mereka adalah tanda bahwa mereka telah lahir dari atas.”
Dalam teologi Reformed, ini mencerminkan pekerjaan Roh Kudus dalam hati orang percaya, yang membangkitkan rasa tidak puas terhadap dunia berdosa dan menanamkan kerinduan akan kekekalan.
B. Kota vs. Padang Gurun
Sepanjang Ibrani 11, para pahlawan iman digambarkan sebagai orang asing dan musafir. Dunia ini bukan rumah mereka. Tetapi mereka tidak mengembara tanpa arah — mereka menuju sebuah kota, kota Allah.
2. “...yaitu tanah air surgawi.”
Ini adalah pengakuan eksplisit bahwa tanah air sejati orang percaya bukanlah di bumi ini, melainkan di surga.
Jonathan Edwards menulis:
“Surga bukan sekadar tempat yang lebih baik, tetapi tempat di mana Allah sendiri tinggal, dan di mana kekudusan sempurna memenuhi segala sesuatu. Itulah sebabnya orang percaya sejati merindukannya.”
Konsep ini menggemakan Filipi 3:20 – “Karena kewargaan kita ada di dalam sorga...”
3. “Karena itu, Allah tidak malu disebut sebagai Allah mereka...”
A. Relasi yang Indah dan Kudus
Pernyataan ini luar biasa: Allah tidak malu menyebut diri-Nya sebagai Allah mereka. Ini adalah bentuk afirmasi ilahi terhadap iman mereka.
Louis Berkhof menjelaskan:
“Ketaatan dan iman yang mengarah ke kota surgawi adalah tanda bahwa seseorang adalah milik Allah. Dan Allah dengan senang hati mengidentifikasikan diri-Nya dengan umat pilihan-Nya.”
Di dunia, mereka dianggap “asing,” “bodoh,” bahkan “gila.” Tetapi di mata Allah, mereka adalah milik-Nya.
4. “...karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota untuk mereka.”
A. Kota yang Disediakan oleh Allah Sendiri
Ini adalah kota yang bukan dibuat oleh tangan manusia, melainkan dipersiapkan oleh Allah sendiri.
Dalam Ibrani 11:10, dikatakan bahwa Abraham menantikan kota yang dirancang dan dibangun oleh Allah.
Herman Bavinck menyebut ini sebagai:
“Kota eskatologis yang merupakan kepenuhan dari kerajaan Allah, di mana segala sesuatu dipenuhi dengan kemuliaan dan kekudusan.”
B. Kota sebagai Simbol Eskatologi
Kota ini bukan hanya tempat, tetapi juga menyatakan:
-
Kehadiran Allah
-
Komunitas orang benar
-
Kemuliaan kekal
-
Kebebasan dari dosa dan penderitaan
Inilah yang digambarkan secara penuh dalam Wahyu 21–22: Yerusalem baru, kota Allah, yang turun dari surga.
V. Teologi Reformed tentang Pengharapan Eskatologis
1. Dualisme Waktu: “Sudah tapi belum”
Orang percaya sudah mengalami keselamatan, tetapi penggenapan terakhirnya masih akan datang. Ibrani 11:16 memperlihatkan bahwa iman Reformed bersifat progresif — mengarah kepada eskaton (akhir zaman) dengan penuh pengharapan.
2. Kota Surgawi sebagai Janji Perjanjian Allah
Dalam teologi perjanjian (Covenant Theology), kota ini adalah penggenapan dari janji Abraham, yang akhirnya digenapi di dalam Kristus, dan akan disempurnakan saat kedatangan-Nya yang kedua.
VI. Aplikasi Praktis Bagi Gereja Masa Kini
1. Hidup sebagai Musafir
Gereja tidak boleh melekat pada dunia ini. Panggilan kita adalah hidup seperti para leluhur iman: sebagai musafir yang sedang menuju kota Allah.
R.C. Sproul mengingatkan:
“Kekristenan yang tidak menanti kota surgawi adalah kekristenan yang kehilangan arah.”
2. Memperjuangkan Kekudusan
Kerinduan akan surga akan menuntun pada pengudusan hidup. Orang yang menantikan kota Allah tidak akan hidup seperti warga dunia ini.
3. Mendorong Penghiburan dalam Penderitaan
Ayat ini menjadi penghiburan bagi mereka yang menderita karena iman. Di dunia mereka mungkin ditolak, tetapi Allah tidak malu menyebut diri-Nya sebagai Allah mereka.
VII. Perbandingan dengan Kota Babel
Dalam Alkitab, Babel melambangkan kota dunia: penuh kemegahan, kesombongan, dan dosa. Sebaliknya, kota Allah adalah tempat kekudusan, kesetiaan, dan penyembahan.
Ibrani 11:16 menempatkan umat Allah sebagai orang yang meninggalkan Babel dan berjalan menuju Yerusalem surgawi.
VIII. Kesimpulan: Orang Asing yang Dimuliakan
Ibrani 11:16 adalah deklarasi tegas bahwa:
-
Hidup Kristen adalah ziarah iman
-
Tujuan akhir kita bukan dunia ini, tetapi kota surgawi
-
Allah sendiri yang menyambut kita dan menyatakan diri-Nya sebagai Allah kita