Kesatuan dalam Kristus Roma 15:8–12

Kesatuan dalam Kristus Roma 15:8–12

Pendahuluan

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menguraikan dengan sangat sistematis doktrin keselamatan dan rencana Allah bagi semua umat manusia, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi. Dalam Roma 15:8–12, Paulus menunjukkan bahwa karya Yesus Kristus sebagai Mesias bukan hanya penggenapan janji Allah kepada bangsa Israel, tetapi juga panggilan keselamatan bagi bangsa-bangsa lain (kaum kafir).

Ayat-ayat ini memberikan dasar teologis dan misiologis bagi gereja untuk memahami bahwa kesatuan umat Allah mencakup seluruh etnis, bangsa, dan bahasa. Eksposisi ini akan menyoroti makna ayat-ayat tersebut dari perspektif teologi Reformed, termasuk refleksi historis, eksposisi kata per kata, dan implikasinya bagi kehidupan gereja.

I. Kristus Sebagai Hamba Orang Bersunat (Roma 15:8)

“Kristus telah menjadi hamba orang bersunat…”

Paulus menekankan bahwa Yesus datang sebagai penggenapan janji Allah kepada orang Yahudi. Istilah "orang bersunat" mengacu pada bangsa Israel sebagai umat perjanjian. Namun, menarik bahwa Yesus digambarkan sebagai "hamba", menunjuk pada kerendahan-Nya dan peran-Nya sebagai penggenap nubuat hamba Tuhan dalam Yesaya 53.

John Calvin menyatakan:

“Kristus tidak datang dengan kemuliaan duniawi, tetapi dalam bentuk hamba, untuk menunjukkan bahwa keselamatan bukan karena kekuatan manusia, tetapi oleh anugerah Allah yang setia.”

Yesus Kristus menghidupi ketaatan sebagai orang Yahudi sejati—menghormati Taurat, merayakan Paskah, dan menggenapi nubuat sebagai Mesias yang dijanjikan.

II. Keselamatan sebagai Penggenapan Janji dan Manifestasi Rahmat (Roma 15:8–9)

“…untuk menunjukkan kebenaran Allah…”

Kebenaran di sini bukan moralitas, tetapi kesetiaan Allah pada janji-Nya. Allah telah berjanji kepada Abraham bahwa melalui keturunannya, seluruh bangsa akan diberkati (Kej. 12:3). Kehadiran Yesus membuktikan konsistensi Allah dalam rencana penebusan-Nya.

R.C. Sproul menambahkan:

“Kebenaran Allah bukan hanya soal penghukuman dosa, tetapi tentang Dia yang setia menepati janji-Nya.”

“…supaya bangsa-bangsa lain memuliakan Allah karena rahmat-Nya…”

Bagian ini menegaskan bahwa keselamatan tidak hanya untuk Yahudi, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain. Orang non-Yahudi tidak menerima keselamatan karena janji keturunan, tetapi karena rahmat Allah semata (sola gratia).

Herman Bavinck menyebut ini sebagai catholicity of the church — artinya gereja sejati melintasi batas ras, bangsa, dan budaya karena berakar dalam kasih karunia universal Allah.

III. Dukungan Perjanjian Lama atas Keselamatan Bagi Bangsa-Bangsa (Roma 15:9–12)

Paulus kemudian mengutip empat bagian dari Perjanjian Lama untuk menegaskan bahwa bangsa-bangsa bukanlah rencana darurat, melainkan sudah dirancang sejak awal.

1. Mazmur 18:50 (ayat 9)

“Sebab itu aku akan bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa…”

Pemazmur menggambarkan seorang yang memuji Tuhan di hadapan bangsa-bangsa lain. Ini menunjuk pada pengakuan universal atas kedaulatan Allah, bukan hanya terbatas pada Israel.

2. Ulangan 32:43 (ayat 10)

“Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya.”

Paulus menunjukkan bahwa bangsa-bangsa akan bergabung dengan umat Allah dalam sukacita dan penyembahan.

John Stott menyatakan:

“Tidak ada dualisme antara Yahudi dan non-Yahudi dalam rencana keselamatan Allah. Gereja bukan Israel pengganti, tetapi penggenapan dari semua janji Allah bagi umat-Nya yang sejati.”

3. Mazmur 117:1 (ayat 11)

“Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa...”

Mazmur terpendek ini memiliki tema terdalam: pemuliaan Allah oleh seluruh bangsa. Ini menggemakan Injil bahwa semua orang, di mana pun mereka berada, dipanggil untuk memuliakan Allah.

4. Yesaya 11:10 (ayat 12)

“Akan muncul taruk dari Isai…”

Nubuat tentang Mesias dari keturunan Daud (Isai adalah ayah Daud), yang akan memerintah atas bangsa-bangsa. Di sini kita melihat kerajaan Mesianik bersifat universal. Ia adalah raja atas segala raja, bagi semua bangsa.

IV. Penegasan Reformed: Kesatuan dalam Kristus

Dalam teologi Reformed, ayat ini mendasari doktrin kesatuan umat Allah sebagai hasil karya penebusan Kristus.

A. Tidak Ada Lagi Dinding Pemisah

Seperti dalam Efesus 2:14–16, Kristus menghancurkan tembok pemisah antara Yahudi dan non-Yahudi. Semua orang yang percaya menjadi satu tubuh dalam Kristus.

B. Gereja Sebagai Tubuh Universal

Bavinck menulis:

“Gereja sejati bukan komunitas lokal atau bangsa tertentu, tetapi komunitas yang dipersatukan oleh Roh, berakar dalam Kristus, dan menjangkau seluruh bumi.”

C. Misi sebagai Wujud Kesatuan Injil

Roma 15:8–12 mendasari urgensi misi global. Karena Kristus telah datang untuk semua bangsa, maka Injil harus diberitakan kepada segala bangsa.

V. Implikasi Praktis untuk Gereja Masa Kini

1. Menolak Sektarianisme dan Rasisme

Karena Kristus datang bagi semua bangsa, gereja tidak boleh menjadi eksklusif secara etnis, kelas, atau budaya. Kekristenan sejati melampaui batas-batas manusia.

2. Misi dan Penginjilan Global

Ayat ini memanggil gereja untuk berkomitmen terhadap penginjilan lintas budaya, termasuk memberitakan Injil kepada kelompok yang belum terjangkau.

3. Kesatuan dalam Ibadah

Karena bangsa-bangsa dipanggil untuk memuliakan Allah, ibadah Kristen harus mencerminkan kesatuan dalam keberagaman. Kita tidak menyembah Tuhan sebagai bangsa-bangsa yang bersaing, tetapi sebagai umat Allah yang satu.

Kesimpulan

Roma 15:8–12 adalah deklarasi kuat tentang rencana Allah yang universal dan kekal dalam Kristus. Kristus datang sebagai hamba untuk orang Yahudi, tetapi juga sebagai Pengharapan bagi semua bangsa.

Dalam terang teologi Reformed, ayat ini mengajarkan kita bahwa:

  • Allah setia menepati janji-Nya

  • Rahmat-Nya tidak terbatas pada satu bangsa

  • Kristus adalah Raja bagi semua

  • Gereja harus menjadi komunitas lintas bangsa dan budaya

Kiranya pengertian ini meneguhkan iman kita dan mengobarkan semangat untuk memuliakan Kristus di tengah dunia yang penuh perpecahan.

Next Post Previous Post