Kejadian 3:8 Tersembunyilah Mereka dari TUHAN

Pendahuluan
Kejadian 3 adalah titik balik dalam sejarah umat manusia. Jika pasal 1–2 menggambarkan ciptaan yang baik dan hubungan yang sempurna antara Allah dan manusia, maka Kejadian 3 menandai kejatuhan manusia ke dalam dosa. Ayat 8 adalah salah satu ayat paling dramatis dan menyedihkan: manusia bersembunyi dari Allah.
“Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.” (Kejadian 3:8, TB)
Ayat ini bukan hanya menggambarkan konsekuensi dosa, tetapi juga membuka pengertian teologis yang dalam tentang hubungan manusia dan Allah, tabiat dosa, dan inisiatif anugerah Allah. Artikel ini akan membedah ayat ini berdasarkan pemikiran para teolog Reformed dan menerapkan maknanya bagi kehidupan iman masa kini.
I. Latar Konteks Kejatuhan
Sebelum ayat 8, kita membaca bahwa Hawa dan Adam tergoda oleh ular untuk memakan buah pohon yang dilarang. Setelah memakan, mata mereka terbuka, mereka menjadi sadar akan ketelanjangan mereka, dan mereka menutupi diri dengan daun ara.
Ayat 8 mencatat reaksi pertama manusia setelah berdosa terhadap kehadiran Allah. Ini adalah pertama kalinya dalam Alkitab manusia menyembunyikan diri dari Allah.
II. Eksposisi Frasa demi Frasa
1. “Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah…”
Ini menggambarkan kedekatan Allah dengan manusia. Dalam Perjanjian Lama, Allah sering kali digambarkan secara antropomorfik—menggunakan bahasa manusia untuk menyampaikan realitas ilahi. “Langkah TUHAN” menunjukkan bahwa Allah biasa berjalan bersama manusia di taman.
John Calvin menekankan:
“Allah, yang tidak terbatas dan tidak terlihat, menyesuaikan diri dengan ciptaan-Nya dalam bentuk yang bisa dipahami.”
Bagi Calvin, ini adalah bukti kebaikan dan kemurahan Allah, bahwa Ia ingin bersekutu dengan ciptaan-Nya.
R.C. Sproul menambahkan bahwa ini bukan penampakan pertama Allah, tetapi pola relasional yang akrab antara Allah dan manusia sebelum kejatuhan.
2. “…yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk”
Frasa ini menunjukkan waktu damai—“ruah” (angin/lembut/sejuk). Beberapa penafsir Reformed melihat ini sebagai saat yang biasa bagi Allah untuk bertemu Adam dan Hawa. Namun, pada kali ini, suasananya berubah drastis.
Cornelius Van Til, dalam kerangka apologetik Reformed, menekankan bahwa Allah sebagai Pribadi yang relational datang dalam kebebasan dan kesucian-Nya untuk mencari ciptaan yang memberontak.
3. “Bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap TUHAN Allah…”
Ini adalah titik klimaks dari tragedi. Manusia, yang diciptakan untuk bersekutu dengan Allah, kini bersembunyi dari-Nya. Kata "bersembunyi" dalam Ibrani mengandung konotasi melarikan diri karena takut.
Herman Bavinck menjelaskan:
“Dosa menciptakan keterasingan. Manusia sekarang merasa terancam oleh hadirat Allah yang kudus.”
Ini bukan hanya ketakutan akan hukuman, tetapi rasa malu dan kehilangan keintiman yang sebelumnya dimiliki.
4. “Di antara pohon-pohonan dalam taman”
Ironisnya, pohon-pohon yang sebelumnya menjadi tempat mereka memelihara dan menikmati, sekarang menjadi tempat perlindungan semu. Dosa membuat manusia menghindari Allah dan mencari keamanan palsu.
Ini menggambarkan sifat dosa menurut teologi Reformed: penolakan aktif terhadap Allah, bukan ketidaktahuan pasif.
III. Perspektif Teologi Reformed
1. Natur Dosa: Pemberontakan dan Ketakutan
Dosa bukan hanya melanggar aturan, tetapi memutuskan hubungan dengan Allah. Dalam Roma 5:12, Paulus menyatakan bahwa dosa masuk ke dunia melalui satu orang (Adam), dan semua manusia mewarisinya.
Calvin dalam Institutes menulis:
“Dosa adalah kebutaan terhadap Allah dan kecintaan kepada diri sendiri.”
Dosa menghasilkan rasa bersalah dan keinginan untuk melarikan diri dari hadirat Allah.
2. Tuhan yang Tetap Mendekat
Yang luar biasa dari ayat ini bukan hanya manusia bersembunyi, tetapi Tuhan datang mencari.
R.C. Sproul menekankan:
“Walau Allah tahu bahwa Adam telah berdosa, Ia tetap datang. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah Allah anugerah.”
Dalam teologi Reformed, inilah dasar dari doktrin anugerah khusus: manusia yang telah jatuh tidak mampu mencari Allah, tetapi Allah datang mencari manusia (bandingkan dengan Lukas 19:10).
3. Pakaian Daun Ara: Simbol Kebenaran Buatan Sendiri
Ayat sebelumnya (Kejadian 3:7) menyebut bahwa mereka membuat penutup dari daun ara. Ini adalah lambang dari usaha manusia untuk menutupi rasa bersalah dengan cara sendiri—entah moralitas, agama, atau perbuatan baik.
Martin Luther—yang meskipun bukan Reformed, sangat berpengaruh dalam Reformasi—menyebut ini sebagai bentuk “kebenaran legalistik” yang tidak menyelamatkan.
Teologi Reformed menjelaskan bahwa hanya Allah yang bisa menutupi dosa—dan ini akhirnya digenapi dalam Kristus, Anak Domba Allah (Kejadian 3:21, Yohanes 1:29).
IV. Aplikasi Eksistensial
1. Dosa Selalu Menjauhkan Kita dari Allah
Setiap kali kita berdosa, naluri alami kita adalah menyembunyikan diri, menyangkal, atau mencari pembenaran diri. Tapi Allah tetap datang, bertanya, “Di manakah engkau?” (Kejadian 3:9)
2. Allah Tidak Pernah Berubah
Walaupun manusia berdosa, karakter Allah tidak berubah. Ia tetap datang, tetap mencari, dan tetap mengundang. Ini adalah dasar Injil—bahwa Allah yang kudus juga penuh kasih.
3. Kehadiran Allah: Penghiburan atau Ancaman?
Bagi orang benar, kehadiran Allah adalah penghiburan (Mazmur 16:11), tetapi bagi orang berdosa, Ia menjadi ancaman. Ini menunjukkan pentingnya pertobatan dan pembaruan hati.
V. Penggenapan dalam Kristus
Kejadian 3:8 adalah awal dari kisah pemulihan. Dalam Kristus, Allah tidak hanya datang ke taman, tetapi turun ke dunia yang berdosa.
“Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita…” (Yohanes 1:14)
Di dalam Kristus, manusia tidak lagi harus bersembunyi, melainkan dapat datang dengan keberanian ke hadapan Allah (Ibrani 4:16).
Kesimpulan
Kejadian 3:8 bukan hanya sebuah narasi sejarah, tetapi gambaran universal tentang kondisi manusia setelah kejatuhan. Kita semua seperti Adam—bersembunyi dari Allah, mencari perlindungan semu, dan berusaha menutupi rasa bersalah dengan cara kita sendiri.
Namun, Allah tetap datang. Dalam kasih-Nya, Ia mencari, memanggil, dan pada akhirnya, memberi Kristus sebagai penutup yang sejati.
Sebagaimana John Calvin simpulkan:
“Kita tidak dapat bersembunyi dari Allah, dan oleh karena itu keselamatan kita hanya ditemukan ketika kita berhenti bersembunyi dan datang kepada-Nya dengan iman.”