Short Treatise on the Lord’s Supper: Perjamuan Kudus

I. Pendahuluan: Makanan Rohani yang Kudus
Perjamuan Kudus (atau Ekaristi) adalah salah satu dari dua sakramen utama dalam iman Reformed, bersama dengan Baptisan. Sakramen ini bukan hanya simbol kosong, melainkan tindakan kudus di mana Kristus secara rohani hadir untuk menyegarkan dan memperkuat iman umat-Nya. Pemahaman ini tertuang dengan jelas dalam karya klasik John Calvin, yaitu Short Treatise on the Lord’s Supper, yang ia tulis pada 1541.
Calvin menulis risalah ini sebagai tanggapan terhadap kontroversi yang terjadi seputar pemahaman kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus — terutama sebagai klarifikasi terhadap ajaran Katolik Roma dan Lutheran.
II. Dasar Alkitab untuk Perjamuan Kudus
1 Korintus 11:23–26 (AYT)
Sebab, aku telah menerima dari Tuhan apa yang juga aku sampaikan kepadamu, bahwa Tuhan Yesus, pada malam Ia diserahkan, mengambil roti. Setelah Ia mengucap syukur atasnya, Ia memecah-mecahkannya dan berkata, “Ini adalah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu. Lakukanlah ini untuk mengenang Aku.” Demikian juga, Ia mengambil cawan setelah makan, sambil berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru dalam darah-Ku. Lakukanlah ini, setiap kali kamu meminumnya, untuk mengenang Aku.” Karena setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
III. Tujuan Perjamuan Kudus menurut Calvin
Dalam Short Treatise on the Lord’s Supper, Calvin menyampaikan bahwa Perjamuan Kudus adalah:
-
Tindakan pengingat dan pewartaan kematian Kristus
-
Sarana anugerah untuk memperkuat iman
-
Kesatuan mistik dengan Kristus
-
Tindakan komunitas yang menyatukan umat Allah
Calvin dengan tegas menolak dua pandangan yang dominan saat itu:
-
Transubstansiasi (ajaran Katolik Roma) – bahwa roti dan anggur benar-benar berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.
-
Kehadiran tubuh jasmani Kristus secara harfiah (ajaran Lutheran) – bahwa tubuh Kristus secara jasmani hadir "dalam, dengan, dan di bawah" elemen.
Sebaliknya, Calvin menegaskan bahwa Kristus hadir secara rohani, dan bahwa umat percaya benar-benar memperoleh Kristus melalui iman, bukan secara fisik tetapi secara rohani.
IV. Empat Unsur Teologis dalam Pemahaman Reformed tentang Perjamuan Kudus
1. Sakramen Sebagai Sarana Anugerah (Means of Grace)
Louis Berkhof, dalam Systematic Theology, menjelaskan:
“Sakramen bukan hanya tanda, tetapi juga sarana yang digunakan Allah untuk menyampaikan anugerah-Nya kepada umat percaya, jika mereka menerimanya dengan iman.”
Dalam hal ini, Perjamuan Kudus bukan hanya simbol; Roh Kudus memakai roti dan anggur untuk menyampaikan manfaat rohani dari Kristus: penghiburan, kekuatan, dan persekutuan.
2. Kehadiran Kristus yang Nyata, Tetapi Rohani
Calvin menyatakan bahwa:
“Kristus memang hadir secara nyata dalam Perjamuan, namun kehadiran-Nya bukanlah secara fisik, melainkan secara rohani oleh kuasa Roh Kudus.”
R.C. Sproul menegaskan:
“Kita tidak menelan tubuh Kristus secara fisik, tetapi melalui iman, kita makan tubuh-Nya secara rohani dan menjadi satu dengan-Nya.”
Artinya, Kristus tidak turun ke dalam roti dan anggur, tetapi kita diangkat secara rohani kepada Kristus dalam persekutuan iman.
3. Persekutuan dengan Kristus dan Tubuh-Nya
1 Korintus 10:16–17:
“Bukankah cawan pengucapan syukur yang atasnya kita ucapkan syukur adalah persekutuan dalam darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dalam tubuh Kristus?”
Herman Bavinck menekankan:
“Perjamuan adalah tanda objektif dari persekutuan antara Kristus dan umat-Nya. Namun lebih dari itu, ia adalah sarana nyata dari persekutuan tersebut.”
Ini menunjukkan bahwa Perjamuan Kudus bukan hanya mengenang, tetapi mengalirkan kuasa Injil ke dalam hidup orang percaya.
4. Kesatuan Tubuh Kristus (Gereja)
Perjamuan Kudus adalah tindakan komunitas. Oleh karena itu, pengakuan dosa dan rekonsiliasi dengan sesama menjadi sangat penting.
John Calvin menulis:
“Kita tidak dapat berpartisipasi dalam tubuh Kristus, tanpa dipersatukan dengan anggota-anggota lainnya.”
V. Makna Rohani Perjamuan Kudus
1. Memperkuat Iman
Melalui roti dan anggur, kita diyakinkan kembali bahwa:
-
Kristus benar-benar mati bagi kita
-
Dosa-dosa kita benar-benar diampuni
-
Kita sungguh-sungguh milik Kristus
2. Mendorong Pertobatan dan Kekudusan
Perjamuan bukan untuk orang yang sempurna, tetapi untuk orang yang menyadari dosanya dan percaya kepada Kristus.
“Barangsiapa makan dan minum dengan cara yang tidak layak, ia mendatangkan hukuman atas dirinya sendiri.” (1 Korintus 11:27–29)
Oleh karena itu, teologi Reformed menekankan persiapan rohani yang serius sebelum mengambil bagian dalam sakramen.
3. Menjadi Antisipasi Akan Pesta Kawin Anak Domba
Ibrani 9:28 menyatakan bahwa Kristus akan datang kembali, dan Perjamuan Kudus menjadi tindakan menantikan kedatangan-Nya.
“Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” (1 Korintus 11:26)
Dalam bahasa Calvin, Perjamuan adalah “pranata ziarah” — sesuatu yang menopang kita sampai hari kita bertemu Kristus secara langsung.
VI. Perbandingan dengan Pandangan Lain
Pandangan | Kehadiran Kristus | Fungsi Perjamuan | Pandangan Reformed |
---|---|---|---|
Katolik Roma | Tubuh & darah hadir secara fisik (transubstansiasi) | Pengulangan korban | Ditolak |
Lutheran | Hadir secara jasmani “dalam dan bersama” | Penyampaian anugerah | Ditolak |
Zwinglian (simbolis) | Tidak hadir sama sekali | Pengingat simbolik | Kurang cukup |
Reformed | Hadir secara rohani oleh iman dan Roh Kudus | Persekutuan rohani & sarana anugerah | Diterima |
VII. Aplikasi Praktis Bagi Gereja Masa Kini
1. Jangan Menganggap Perjamuan Kudus Rutin dan Biasa
Karena sakramen adalah perjumpaan rohani nyata dengan Kristus, gereja harus mengajarkan makna sakramen dengan serius, tidak sekadar ritual kosong.
2. Pastikan Ada Pendidikan dan Persiapan Sebelum Perjamuan
Gereja Reformed tradisional memiliki praktik katekisasi atau pengakuan iman sebelum seseorang menerima Perjamuan Kudus, karena mereka percaya bahwa iman aktif dibutuhkan untuk menerima manfaatnya.
3. Tegaskan Kesatuan Tubuh Kristus
Perjamuan harus membawa kita pada rekonsiliasi, kerendahan hati, dan kasih satu terhadap yang lain. Kita tidak dapat makan roti yang satu tetapi tetap hidup dalam kebencian terhadap saudara kita.
VIII. Kesimpulan: Kudus, Dalam, dan Menghidupkan
Perjamuan Kudus bukanlah ritus yang mati, melainkan jamuan hidup rohani di mana kita dijamu oleh Tuhan sendiri. Melalui roti dan anggur, Kristus mengundang kita untuk mengalami penguatan iman, persekutuan dengan-Nya, dan kesatuan dengan tubuh-Nya.
Seperti ditulis oleh Calvin di akhir Short Treatise on the Lord’s Supper:
“Kita harus begitu yakin bahwa ketika kita menerima tanda-tanda tubuh dan darah-Nya, Kristus benar-benar memberi kepada kita segala berkat dari penebusan-Nya.”