Matius 17:22–23 - Anak Manusia Akan Diserahkan

I. Pendahuluan
Dalam Matius 17:22–23, Yesus untuk kedua kalinya secara langsung memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia akan mati dan bangkit kembali. Namun, respons para murid adalah kesedihan yang mendalam. Bagian ini, walau singkat, mengandung dimensi kristologis, soteriologis, dan eskatologis yang kaya. Ayat ini adalah jantung dari Injil — kabar baik yang muncul dari kabar duka.
II. Teks: Matius 17:22–23 (AYT)
22 Ketika mereka sedang berkumpul di Galilea, Yesus berkata kepada mereka, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia,
23 dan mereka akan membunuh-Nya, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Dan, mereka sangat sedih.
III. Konteks Naratif
Perikop ini muncul setelah transfigurasi di gunung (Matius 17:1–13) dan mujizat penyembuhan anak yang kerasukan (17:14–21). Dalam perikop sebelumnya, Yesus telah menegaskan identitas-Nya sebagai Anak Allah, dan kuasa-Nya telah nyata melalui mujizat. Namun, di sini Yesus menunjukkan bahwa meskipun Ia Mesias, Ia akan menderita dan mati — sebuah gagasan yang bertentangan dengan harapan mesianis pada masa itu.
IV. Eksposisi Ayat-per-Ayat
Matius 17:22: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”
1. Gelar “Anak Manusia”
Gelar ini berasal dari Daniel 7:13–14, di mana "Anak Manusia" adalah figur ilahi yang menerima kuasa dan kemuliaan dari Allah. Namun Yesus menggunakan gelar ini untuk menggambarkan jalan penderitaan dan kerendahan, bukan kekuasaan instan.
John Calvin menyatakan:
“Yesus menyebut diri-Nya Anak Manusia untuk menunjukkan bahwa Dia bukan hanya Mesias yang berkuasa, tetapi juga yang harus menanggung penderitaan untuk menebus umat-Nya.”
Gelar ini mempersatukan kemuliaan dan penderitaan — esensi dari teologi salib.
2. “Akan diserahkan ke dalam tangan manusia”
Kata kerja "diserahkan" (Yunani: paradidōmi) menekankan bahwa penderitaan Yesus adalah rencana ilahi, bukan hasil kecelakaan politik. Ia diserahkan oleh Yudas, oleh para imam, oleh Pilatus, tetapi terutama oleh Allah Bapa sendiri.
“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita.” (2 Korintus 5:21)
Jonathan Edwards menekankan bahwa penyerahan ini bukanlah pemaksaan, melainkan ketaatan sukarela Yesus untuk menjalankan kehendak Bapa.
Matius 17:23: “Mereka akan membunuh-Nya, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”
1. Nubuat tentang Kematian Yesus
Yesus secara eksplisit memberitahu bahwa Ia akan dibunuh, bukan sekadar wafat. Ini menunjukkan bahwa kematian-Nya adalah tindakan kriminal manusia, tetapi sekaligus bagian dari kehendak penebusan Allah.
R.C. Sproul menjelaskan:
“Kematian Kristus bukan hanya tindakan kejam, tetapi juga tindakan puncak dari kasih karunia Allah.”
Kematian-Nya bukan tragedi sejarah, tetapi puncak dari rencana keselamatan ilahi.
2. “Pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan”
Ini adalah nubuat langsung tentang kebangkitan. Dalam pemikiran Reformed, kebangkitan Kristus adalah tanda bahwa korban-Nya diterima oleh Allah, dan jaminan kebangkitan umat percaya (lih. Roma 4:25; 1 Korintus 15:20).
John Owen menulis:
“Kebangkitan Kristus adalah meterai Allah atas seluruh karya penebusan.”
Namun, meskipun Yesus dengan jelas menyampaikan ini, murid-murid tidak memahami atau tidak dapat menerimanya, karena pikiran mereka masih terjebak dalam pola pikir Mesias politik.
V. Reaksi Para Murid: “Mereka sangat sedih”
Kesedihan ini mencerminkan ketidakpahaman mereka. Mereka melihat kematian sebagai akhir, bukan sebagai kemenangan. Ini menunjukkan bahwa tanpa pekerjaan Roh Kudus, bahkan kebenaran Injil bisa tampak menakutkan.
Calvin berkata:
“Kesedihan mereka muncul karena mereka tidak memahami bahwa kematian Kristus adalah sumber hidup mereka.”
Dalam kerangka Reformed, hal ini mengajarkan bahwa iman yang sejati hanya mungkin terjadi jika Roh Kudus menerangi hati manusia akan makna salib (lih. 1 Korintus 2:14).
VI. Teologi Reformed dalam Matius 17:22–23
1. Doktrin Penebusan Substitusioner
Yesus mati menggantikan umat-Nya. Ia tidak mati karena kesalahan-Nya, tetapi sebagai pengganti orang berdosa. Inilah jantung dari soteriologi Reformed: penebusan yang pasti dan efektif (definite atonement).
“Yesus tidak hanya mati untuk menyelamatkan siapa saja yang percaya, tetapi untuk benar-benar menyelamatkan orang-orang pilihan.” – Louis Berkhof
2. Kedaulatan Allah dalam Salib
Yesus “diserahkan” menurut rencana Allah (lih. Kis. 2:23). Dalam pandangan Reformed, ini menunjukkan bahwa salib bukan reaksi darurat, tetapi rencana kekal Allah sejak sebelum dunia dijadikan.
3. Kristus sebagai Penggenapan Nubuat Mesianik
Apa yang Yesus katakan adalah penggenapan dari banyak nubuat PL (Yesaya 53, Mazmur 22, Daniel 9:26). Reformed Theology melihat seluruh Alkitab sebagai satu kisah penebusan, dengan Kristus sebagai pusatnya.
VII. Aplikasi Teologis dan Pastoral
1. Mengikuti Kristus berarti memikul salib
Jika Yesus harus menderita sebelum dimuliakan, demikian pula kita. Hidup Kristen bukan jalan kemudahan, tetapi ziarah penderitaan menuju kemuliaan.
2. Kematian bukan akhir
Kebangkitan menjadi jaminan bahwa kematian telah dikalahkan. Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam pengharapan eskatologis, bukan dalam ketakutan duniawi.
3. Belajar Memahami Penderitaan dalam Terang Salib
Murid-murid sedih karena mereka gagal melihat bahwa salib adalah jalan keselamatan. Kita pun sering gagal melihat maksud Allah dalam penderitaan. Tapi salib mengajarkan bahwa kemuliaan Allah sering datang melalui jalan yang tampak gelap.
VIII. Penutup: Salib sebagai Jalan Kemuliaan
Matius 17:22–23, meskipun hanya terdiri dari dua ayat, membawa kita ke inti Injil: Kristus yang ilahi, menyerahkan diri-Nya ke dalam tangan manusia, untuk mati dan bangkit demi umat-Nya.
“Kematian-Nya adalah hidup kita. Penderitaan-Nya adalah penghiburan kita. Kebangkitan-Nya adalah jaminan kita.” – Jonathan Edwards