Yohanes 15:18 Kebencian Dunia terhadap Orang Percaya

Pendahuluan
Dalam dunia yang semakin menolak kebenaran, kita sering menemukan diri kita hidup di tengah ketegangan yang nyata antara iman dan dunia. Banyak orang Kristen berpikir bahwa jika mereka hidup dengan kasih, kebaikan, dan kejujuran, dunia akan menyambut mereka dengan tangan terbuka. Namun, Yesus sendiri telah memperingatkan kita bahwa realitasnya berbeda.
Yohanes 15:18 berkata:
“Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku.”
Perkataan Yesus ini disampaikan kepada para murid pada malam sebelum penyaliban-Nya, dalam konteks Upper Room Discourse (Yohanes 13–17). Ini adalah saat-saat yang sangat intim, di mana Kristus menyiapkan murid-murid-Nya untuk menghadapi realitas pelayanan setelah Ia naik ke surga. Salah satu kenyataan pahit yang harus mereka terima adalah: dunia akan membenci mereka, sama seperti dunia telah membenci Sang Guru.
Dalam artikel ekspositori ini, kita akan menelusuri makna mendalam dari ayat ini berdasarkan konteksnya, serta menggali pandangan beberapa teolog Reformed mengenai kebencian dunia terhadap umat Allah. Tujuannya adalah agar kita memiliki pengertian yang benar tentang penderitaan dan penolakan yang kita alami karena Kristus, serta menemukan penghiburan dan kekuatan di dalam kasih dan pemilihan Allah.
I. Konteks dan Makna Ayat
1. Konteks historis dan teologis
Yohanes 15 adalah bagian dari pengajaran Yesus tentang persekutuan dengan Dia, digambarkan melalui perumpamaan pokok anggur dan ranting-ranting. Dalam ayat 1–17, Yesus berbicara tentang pentingnya tinggal di dalam Dia, menghasilkan buah, dan mengasihi satu sama lain. Namun, mulai ayat 18, Yesus mengubah fokus pembicaraan kepada dunia (kosmos) yang membenci para pengikut-Nya.
Kata “dunia” (kosmos) di sini tidak menunjuk pada ciptaan secara umum, melainkan pada sistem dunia yang berdosa dan memberontak terhadap Allah — dunia yang dikendalikan oleh nilai-nilai yang menolak kebenaran Allah dan mengagungkan diri sendiri.
John Calvin dalam komentarnya menulis:
“Dunia di sini berarti semua orang yang tidak diperbarui oleh Roh Allah. Mereka yang hidup dalam natur lamanya akan selalu menentang Kristus dan Gereja-Nya.”
Dengan demikian, Yesus sedang mempersiapkan murid-murid-Nya untuk realitas pelayanan yang tidak mudah: penolakan, penganiayaan, dan kebencian dari sistem dunia yang menolak otoritas-Nya.
2. Arti kata “membenci”
Kata “membenci” dalam teks Yunani adalah miseo, yang berarti “menolak dengan permusuhan mendalam.” Ini bukan sekadar tidak menyukai, tetapi penolakan aktif yang berasal dari kebencian terhadap kebenaran dan terang Allah.
Dunia membenci murid-murid Kristus bukan karena mereka jahat, tetapi justru karena mereka mencerminkan karakter Kristus. Kebencian dunia terhadap Yesus adalah kebencian terhadap Allah sendiri yang menyatakan diri-Nya dalam kebenaran, kekudusan, dan kasih karunia.
Seperti dikatakan oleh R.C. Sproul:
“Dunia membenci Kristus bukan karena Ia jahat, tetapi karena Ia kudus. Dunia mencintai kegelapan, dan terang Kristus membongkar kebusukan yang ada di dalamnya.”
Dengan demikian, ketika Yesus berkata, “ingatlah bahwa dunia telah lebih dahulu membenci Aku,” Ia sedang memberikan penghiburan dan pengertian teologis: kebencian dunia terhadap orang percaya bukanlah hal yang baru, tetapi kelanjutan dari kebencian dunia terhadap Kristus.
II. Dunia yang Membenci Kristus (Yohanes 15:18)
1. Dunia membenci karena dosa
Yesus adalah terang dunia (Yohanes 8:12), tetapi dunia lebih mencintai kegelapan daripada terang (Yohanes 3:19–20). Inilah akar dari kebencian dunia. Kebenaran Yesus mengekspos dosa manusia. Setiap kali terang bersinar, kegelapan bereaksi dengan penolakan. Dunia tidak mau diubah; dunia ingin tetap nyaman dalam dosa.
John Stott dalam bukunya The Cross of Christ menulis:
“Manusia tidak menolak Yesus karena Ia gagal mengasihi mereka, tetapi karena kasih-Nya menyingkapkan kebusukan hati mereka.”
Kebencian dunia terhadap Yesus bukanlah reaksi logis, melainkan spiritual — lahir dari hati yang dikuasai oleh dosa dan kebutaan rohani. Iblis, “penguasa dunia ini,” bekerja di balik sistem dunia untuk menentang segala yang berasal dari Allah (Efesus 2:2).
2. Dunia membenci karena kebenaran Kristus
Yesus tidak hanya mengasihi, tetapi juga menyatakan kebenaran dengan otoritas ilahi. Ia mengecam kemunafikan, menegur dosa, dan menuntut pertobatan. Dunia tidak tahan terhadap kebenaran seperti itu.
George Whitefield, pengkhotbah besar Reformasi Injili, berkata:
“Kebenaran Injil selalu menyinggung hati manusia yang berdosa. Jika Injil yang engkau khotbahkan tidak membuat dunia marah, mungkin itu bukan Injil yang sejati.”
Kebencian dunia terhadap Kristus bukanlah bukti kelemahan Injil, tetapi bukti keampuhannya. Kebenaran Allah selalu menimbulkan reaksi: bagi sebagian orang, keselamatan; bagi sebagian lainnya, penolakan.
3. Dunia membenci karena Yesus adalah Allah yang berdaulat
Dalam Yohanes 15:18, Yesus menyatakan identitas-Nya secara implisit: “Aku” — pribadi yang dibenci dunia — adalah sumber keselamatan. Dunia tidak hanya menolak ajaran-Nya, tetapi juga otoritas-Nya sebagai Tuhan.
John Calvin menegaskan:
“Kebencian dunia terhadap Kristus bukan hanya terhadap ajaran-Nya, tetapi terhadap pemerintahan-Nya atas hati manusia. Dunia ingin menjadi tuan atas dirinya sendiri.”
Ini adalah inti dari dosa manusia sejak Taman Eden: keinginan untuk menjadi seperti Allah, menentukan kebenaran sendiri, dan hidup tanpa tunduk kepada otoritas ilahi.
III. Dunia Membenci Murid-Murid Kristus
1. Karena mereka milik Kristus
Yesus berkata dalam ayat 19:
“Sekiranya kamu dari dunia, tentu dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia... sebab itu dunia membenci kamu.”
Kebencian dunia terhadap orang percaya bukan karena kesalahan mereka, tetapi karena identitas mereka. Kita dibenci karena kita milik Kristus. Dunia mengenali sesuatu yang berbeda dari kita — bukan keangkuhan, melainkan tanda kepemilikan ilahi.
R.C. Sproul menjelaskan:
“Ketika dunia melihat orang percaya, ia melihat refleksi Kristus, dan karena itu kebenciannya terhadap Kristus berpindah kepada kita.”
Dengan kata lain, kebencian dunia adalah “transfer kebencian” dari Kristus kepada umat-Nya. Ini adalah tanda bahwa kita sungguh menjadi milik-Nya.
2. Karena mereka menolak nilai-nilai dunia
Orang percaya hidup dengan nilai yang berlawanan dengan dunia: kebenaran, kekudusan, kasih, dan kerendahan hati. Dunia menganggap semua itu kebodohan. Dalam sistem dunia yang mengagungkan kekuasaan, kenikmatan, dan kebebasan tanpa batas, kehidupan Kristen yang taat tampak seperti ancaman terhadap otonomi manusia.
John Piper berkata:
“Kekudusan sejati akan selalu tampak ofensif bagi dunia yang mencintai dosa. Kita tidak bisa bersahabat dengan dunia tanpa berkompromi dengan kebenaran.”
Oleh sebab itu, ketika orang percaya menolak mengikuti arus dunia, mereka dianggap aneh, fanatik, bahkan intoleran. Tetapi itulah harga dari kesetiaan kepada Kristus.
3. Karena kesaksian mereka terhadap kebenaran
Dalam Yohanes 15:27, Yesus berkata bahwa murid-murid akan bersaksi tentang Dia. Kesaksian ini yang membuat dunia membenci mereka. Injil selalu menimbulkan konflik, karena ia menuntut keputusan: menerima atau menolak Kristus.
Martin Lloyd-Jones pernah berkata:
“Jika dunia mencintai gereja, maka gereja sedang melakukan sesuatu yang salah.”
Gereja yang sejati akan selalu menjadi batu sandungan bagi dunia, bukan karena kebencian, tetapi karena terang yang memancar dari Kristus di dalamnya.
IV. Penghiburan bagi Orang Percaya
1. Yesus lebih dahulu dibenci
Perkataan Yesus “ingatlah bahwa dunia telah lebih dahulu membenci Aku” memberikan penghiburan besar bagi umat-Nya. Ia tidak hanya memperingatkan, tetapi juga mengidentifikasi diri dengan penderitaan mereka.
Kristus tidak meminta kita menanggung sesuatu yang belum Ia tanggung. Ia telah berjalan lebih dahulu di jalan penderitaan itu. Ia dibenci, difitnah, dan disalibkan — semuanya untuk menebus kita.
John Calvin menulis:
“Ketika dunia menyerang kita karena iman, hendaklah kita mengingat bahwa luka-luka yang kita derita hanyalah kelanjutan dari luka-luka yang lebih dahulu dialami Sang Kepala.”
Dengan kata lain, penderitaan karena Kristus adalah bukti kesatuan kita dengan Dia.
2. Kebencian dunia meneguhkan identitas kita
Kebencian dunia bukan tanda kegagalan iman, tetapi tanda keaslian iman. Ketika dunia membenci kita karena kebenaran, itu berarti kita berada di pihak yang benar.
Yesus berkata dalam Matius 5:11–12:
“Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga.”
R.C. Sproul menambahkan:
“Ketika gereja dicemooh karena kebenaran, itu bukan kehinaan, tetapi mahkota.”
Penderitaan karena Kristus bukanlah kutuk, melainkan kehormatan rohani. Dunia mungkin menolak kita, tetapi Allah menerima kita sebagai anak-anak-Nya.
3. Kasih Kristus memampukan kita bertahan
Bagaimana kita dapat menghadapi kebencian dunia tanpa membalas dengan kebencian? Jawabannya: hanya dengan tinggal di dalam kasih Kristus. Dalam Yohanes 15:9, Yesus berkata, “Tinggallah di dalam kasih-Ku.” Kasih Kristuslah yang menjaga hati kita tetap lembut di tengah penolakan.
Seperti dikatakan oleh Jonathan Edwards:
“Kasih Kristus yang sejati membuat orang percaya mampu mengasihi bahkan musuh-musuhnya, sebab mereka telah mengenal kasih yang lebih besar dari segala kebencian dunia.”
Ketika kita mengingat bahwa kita dahulu juga bagian dari dunia yang membenci Allah, kita akan lebih mampu berbelas kasihan kepada mereka yang masih hidup dalam kegelapan.
V. Implikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini
1. Gereja harus siap ditolak
Kita tidak boleh mengharapkan dunia akan menerima kita dengan mudah. Gereja sejati akan selalu menjadi minoritas yang tidak populer, karena Injil bertentangan dengan arus zaman.
R.C. Sproul berkata:
“Tugas gereja bukanlah mencari penerimaan dunia, melainkan kesetiaan kepada Kristus.”
Kita harus lebih takut kepada ketidaksetiaan daripada ketidaksenangan dunia.
2. Gereja harus tetap mengasihi musuh
Meski dunia membenci kita, panggilan kita tetap sama: mengasihi. Yesus berkata, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44). Kasih yang demikian hanya mungkin jika kita dipenuhi oleh Roh Kudus.
John Owen menulis:
“Kasih kepada musuh adalah tanda bahwa hati kita telah diperbarui oleh kasih Allah yang sejati.”
Ketika gereja menanggapi kebencian dengan kasih, dunia melihat refleksi Kristus yang hidup di tengah mereka.
3. Gereja harus berpegang pada kebenaran
Kita hidup di masa ketika banyak orang Kristen lebih takut ditolak daripada takut berkompromi. Tetapi Yohanes 15:18 mengingatkan kita bahwa kesetiaan kepada kebenaran akan selalu berbiaya.
John MacArthur berkata:
“Lebih baik dibenci dunia karena kebenaran, daripada dicintai dunia karena kebohongan.”
Oleh karena itu, gereja harus berdiri teguh pada firman Allah, tidak mencari popularitas, melainkan kesetiaan.
VI. Kristus, Teladan dan Penghiburan Terbesar
Yesus adalah teladan utama dalam menghadapi kebencian dunia. Ia tidak membalas dengan dendam, tetapi menyerahkan diri kepada Bapa yang adil. Ia tetap mengasihi mereka yang menyalibkan-Nya.
1 Petrus 2:23 berkata:
“Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia yang menghakimi dengan adil.”
Ini adalah pola hidup orang percaya: menanggung kebencian dunia dengan iman dan kasih. Karena kita tahu, di balik semua itu, Allah sedang mempersiapkan kemuliaan kekal bagi kita.
John Calvin menutup komentarnya dengan kalimat indah:
“Ketika dunia membenci kita, biarlah itu menjadi cermin yang memantulkan kemuliaan Kristus yang ada di dalam diri kita.”
Penutup
Yohanes 15:18 bukan sekadar peringatan, tetapi juga penghiburan. Dunia mungkin membenci kita, tetapi Kristus telah lebih dahulu mengalami hal yang sama. Ia tahu bagaimana rasanya ditolak, difitnah, dan dianiaya — dan Ia tidak meninggalkan kita sendirian.
Kebencian dunia hanyalah bukti bahwa kita tidak lagi menjadi bagian dari dunia ini. Kita telah dipisahkan bagi Kristus, dan kita hidup untuk kemuliaan-Nya.
Seperti dikatakan oleh R.C. Sproul:
“Jika dunia membenci Anda karena Anda seperti Kristus, bersukacitalah — karena itu berarti Anda sedang berada di jalan yang sama dengan Juruselamat Anda.”
Kiranya kita tetap setia, tetap mengasihi, dan tetap berpegang pada kebenaran, sampai hari ketika dunia yang membenci kita ini akan menyaksikan kemuliaan Kristus yang kekal.
Amin.