Zakharia 1:9–11: Allah yang Mengawasi Bumi dan Menyertai Umat-Nya

Zakharia 1:9–11: Allah yang Mengawasi Bumi dan Menyertai Umat-Nya

Pendahuluan: Penglihatan di Antara Pohon-Pohon Murad

Kitab Zakharia merupakan salah satu kitab kenabian yang paling sarat simbolisme dalam Perjanjian Lama. Nabi Zakharia diutus Allah untuk menguatkan umat Israel yang baru kembali dari pembuangan di Babel. Mereka telah mulai membangun kembali Bait Allah (sekitar tahun 520 SM), tetapi semangat mereka melemah karena tekanan, kemiskinan, dan rasa tidak pasti.

Pasal pertama kitab ini membuka dengan seruan untuk bertobat (Zakharia 1:1–6), lalu berlanjut kepada serangkaian penglihatan malam yang diberikan kepada Zakharia (Zakharia 1:7–6:15). Penglihatan pertama—yang berpusat pada pasal 1:8–17—menjadi dasar bagi seluruh pesan nubuat kitab ini: Allah tetap memerintah, meskipun umat-Nya sedang berada dalam masa pemulihan yang sulit.

Dalam Zakharia 1:9–11, Zakharia melihat malaikat-malaikat yang menjelajahi bumi, dan mereka melaporkan bahwa bumi “aman dan tenang.” Namun, kondisi “tenang” ini bukan berarti damai bagi umat Allah; justru sebaliknya, dunia tampak damai sementara Israel masih menderita. Di sinilah muncul ketegangan teologis antara kedaulatan Allah dan penderitaan umat pilihan-Nya.

Struktur dan Analisis Eksegetis

Zakharia 1:9 — Pertanyaan Nabi dan Peran Malaikat Penafsir

“Kemudian, aku bertanya, ‘Apakah arti semua ini, ya Tuanku?’ Lalu, malaikat yang berbicara denganku menjawab, ‘Aku akan memperlihatkan kepadamu apa arti semua ini.’”

Zakharia berperan sebagai saksi penglihatan yang rendah hati. Ia tidak segera mengerti apa yang dilihatnya dan mengajukan pertanyaan kepada malaikat. Hal ini menunjukkan bahwa pewahyuan ilahi memerlukan penafsiran ilahi.

John Calvin menafsirkan bahwa pertanyaan Zakharia adalah contoh bagaimana Allah menyingkapkan rahasia-Nya sedikit demi sedikit kepada para nabi:

“Tuhan tidak memberikan pengertian penuh sekaligus, tetapi melalui malaikat-Nya Ia menuntun nabi untuk mengerti dengan sabar dan rendah hati. Dengan demikian, pengertian sejati datang bukan dari kemampuan manusia, melainkan dari penjelasan Allah sendiri.” (Commentaries on the Twelve Minor Prophets, 1559).

Dalam tradisi Reformed, hal ini menegaskan prinsip “sola Scriptura dengan iluminasi Roh Kudus”—bahwa manusia membutuhkan Roh Allah untuk memahami makna sejati Firman-Nya.

Zakharia 1:10 — Para Penjelajah Ilahi

“Kemudian, orang yang berdiri di antara pohon-pohon murad itu berkata, ‘Inilah mereka yang TUHAN utus untuk menjelajahi bumi.’”

Di sini, “orang yang berdiri di antara pohon-pohon murad” digambarkan sebagai pemimpin para penjelajah, yang dalam ayat 11 disebut sebagai malaikat TUHAN. Dalam banyak bagian Alkitab, “malaikat TUHAN” sering dipahami sebagai penampakan Kristus sebelum inkarnasi (Theophany atau Christophany).

Charles H. Spurgeon berpendapat:

“Malaikat TUHAN di sini bukan sekadar makhluk surgawi, melainkan Sang Penebus yang selalu hadir di tengah umat-Nya bahkan dalam masa kesunyian dan kehancuran.” (Metropolitan Tabernacle Pulpit, 1883).

Para “penjelajah” yang diutus TUHAN menggambarkan pengawasan Allah atas bumi. Dalam teologi Reformed, ini berkaitan dengan doktrin providensia Allah — bahwa tidak ada satu bagian pun dari dunia yang luput dari perhatian-Nya (Mazmur 33:13–15).

John Gill, teolog Baptis Reformed, menjelaskan:

“Mereka yang menjelajahi bumi menunjukkan bagaimana Allah memiliki pengetahuan sempurna tentang keadaan dunia, bukan karena Ia perlu informasi, tetapi untuk menyatakan bahwa pemerintahan-Nya aktif dan penuh perhatian.” (Exposition of the Old Testament, 1763).

Zakharia 1:11 — Laporan: “Seluruh bumi aman dan tenang”

“Lalu, mereka berkata kepada malaikat TUHAN yang berdiri di antara pohon-pohon murad itu, katanya, ‘Kami sudah menjelajahi bumi dan tampaklah seluruh bumi tetap aman dan tenang.’”

Laporan ini terdengar positif di permukaan, tetapi mengandung nada ironi. Dunia “tenang” karena kekaisaran Persia berkuasa dengan damai, namun bagi umat Allah, kondisi itu berarti penundaan pemulihan Yerusalem.

Matthew Henry menulis:

“Dunia dapat merasa damai sementara Sion tetap berduka. Namun, Allah tidak buta terhadap penderitaan umat-Nya. Ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk bertindak.”

Ayat ini menunjukkan perbedaan perspektif antara manusia dan Allah. Dalam pandangan dunia, ketenangan politik adalah damai; tetapi dalam pandangan Allah, damai sejati hanya terjadi ketika umat-Nya hidup dalam persekutuan dengan-Nya.

John Calvin kembali menekankan bahwa:

“Ketika dunia tampak tenang, Allah sedang menyiapkan kebangkitan rohani bagi umat-Nya. Ketenangan dunia bukan berarti Allah absen; justru di saat itulah Ia menilai dan mempersiapkan pemulihan.”

Simbolisme Pohon Murad (Myrtle Trees)

Zakharia melihat malaikat berdiri di antara pohon-pohon murad (bahasa Ibrani: hadasim). Pohon murad dikenal dalam Alkitab sebagai tanaman yang tumbuh di lembah-lembah yang lembap dan sering digunakan sebagai simbol kerendahan dan pemulihan (Yesaya 41:19; 55:13).

Herman Bavinck menghubungkan simbol ini dengan konsep “kerendahan dalam kemuliaan”:

“Umat Allah sering ditemukan di lembah—bukan di gunung kekuasaan—tetapi di sanalah Allah hadir. Pohon murad adalah lambang kasih karunia yang bertumbuh dalam kerendahan.” (Reformed Dogmatics, Vol. 4).

Dalam konteks penglihatan Zakharia, pohon murad melambangkan Israel yang sedang terpuruk namun tetap dijaga Allah. Malaikat TUHAN berdiri “di antara” mereka—simbol kehadiran Kristus di tengah umat-Nya yang menderita.

Makna Teologis dalam Tradisi Reformed

1. Allah Berdaulat dan Aktif di Tengah Keheningan

Laporan para malaikat bahwa “seluruh bumi tenang” menggambarkan masa sejarah di mana tidak ada konflik besar (masa awal pemerintahan Darius). Namun, secara rohani, umat Allah masih “tertekan.”

R.C. Sproul menulis bahwa:

“Kedaulatan Allah tidak diukur dari hiruk-pikuk peristiwa dunia, tetapi dari fakta bahwa Ia tetap memerintah bahkan dalam keheningan sejarah.” (The Holiness of God, 1985).

Dengan kata lain, sekalipun tampak tidak ada yang terjadi, Allah sedang bekerja diam-diam. Gereja sering berada dalam masa “sunyi” seperti ini—tidak spektakuler, tetapi dijaga oleh Allah yang setia.

2. Kristus Sebagai Malaikat TUHAN yang Menyertai Umat-Nya

Banyak teolog Reformed, termasuk Calvin, Spurgeon, dan Vos, memahami “malaikat TUHAN” sebagai prefigurasi Kristus. Ia berdiri di antara pohon murad—simbol bahwa Kristus hadir di tengah umat yang rendah hati dan tertindas.

Geerhardus Vos menulis:

“Malaikat TUHAN dalam Perjanjian Lama sering kali adalah manifestasi dari Firman Allah sebelum Ia menjadi daging. Ia adalah perantara wahyu dan keselamatan, sama seperti Kristus di dalam Injil.” (Biblical Theology, 1948).

Dengan demikian, penglihatan ini bukan sekadar adegan malaikat, tetapi pewahyuan tentang Imanuel—Allah yang beserta dengan umat-Nya.

3. Dunia “Aman” Tetapi Sion “Belum Dipulihkan”

Ayat 11 mengungkapkan ketimpangan moral: dunia tampak damai, tetapi umat Allah masih menderita. Ini menggambarkan realitas zaman ini—dunia yang berjalan dengan damainya sendiri sementara kerajaan Allah belum dinyatakan sepenuhnya.

Cornelius Van Til menjelaskan:

“Ketika dunia mengaku damai tanpa Allah, itu adalah damai palsu. Kedamaian sejati hanya ditemukan di bawah pemerintahan Kristus.”

Hal ini sejalan dengan prinsip Reformed bahwa seluruh sejarah manusia mengarah kepada penyataan penuh kerajaan Allah, bukan sekadar ketenangan politik atau ekonomi.

4. Pengawasan Ilahi atas Sejarah

Para penjelajah surgawi menunjukkan bahwa Allah tidak pasif terhadap dunia. Ia “menjelajahi bumi”—suatu tindakan simbolik yang menandakan pengawasan aktif.

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menulis:

“Providensia Allah mencakup semua ciptaan, dari pergerakan bintang hingga keputusan raja. Tidak ada satu atom pun yang bergerak di luar kehendak-Nya.”

Dengan demikian, laporan para malaikat kepada Malaikat TUHAN menunjukkan sistem pemerintahan ilahi yang sempurna: segala sesuatu ada di bawah pengawasan Allah.

Keterkaitan dengan Penglihatan Berikutnya (Zakharia 1:12–17)

Penglihatan pertama tidak berhenti di ayat 11. Setelah laporan bahwa bumi “tenang,” malaikat TUHAN bersyafaat bagi Yerusalem (ay. 12). Ia memohon agar Allah menunjukkan belas kasihan kepada umat-Nya.

Artinya, walaupun dunia tampak tenang, Allah sedang mendengarkan seruan umat-Nya.

Matthew Henry menegaskan:

“Allah tidak lupa kepada Sion, walaupun Sion tampak dilupakan dunia. Dalam waktu-Nya sendiri, Ia akan mengguncangkan ‘ketenangan’ dunia untuk memulihkan umat-Nya.”

Ayat 12–17 memperlihatkan respons Allah yang penuh belas kasihan: Ia berjanji akan membangun kembali rumah-Nya dan menghibur Sion. Ini menegaskan bahwa ketenangan dunia bukan akhir cerita—tindakan Allah akan segera datang.

Refleksi Kristologis dan Eskatologis

Kristus: Pengantara yang Berdoa untuk Gereja

Malaikat TUHAN yang bersyafaat bagi Yerusalem adalah bayangan dari Kristus yang menjadi Pengantara kekal bagi umat-Nya (Ibrani 7:25).

John Owen menulis:

“Sebagaimana malaikat TUHAN berdiri di antara murad dan memohon bagi Israel, demikian pula Kristus berdiri di antara umat yang hina, memohon agar belas kasihan Allah dinyatakan.” (Communion with God, 1657).

Dengan demikian, penglihatan Zakharia bukan hanya sejarah, tetapi gambaran rohani tentang Kristus yang setia menyertai dan mendoakan gereja-Nya.

Kedamaian Dunia vs. Kedamaian Allah

Ketika para malaikat melaporkan bahwa “bumi tenang,” hal itu mencerminkan damai yang lahir dari kekuasaan manusia (kekaisaran Persia). Namun, Kristus datang untuk membawa damai yang berbeda—damai antara Allah dan manusia (Yohanes 14:27).

Martyn Lloyd-Jones menjelaskan:

“Tidak ada yang lebih berbahaya daripada ketenangan tanpa Kristus. Dunia yang tenang tanpa Injil adalah dunia yang tidur menuju kebinasaan.” (Spiritual Depression, 1965).

Zakharia 1:9–11 menegur umat Allah agar tidak iri pada kedamaian dunia, melainkan menantikan damai sejati yang datang dari kerajaan Mesias.

Harapan Eskatologis: Allah Sedang Menyusun Sejarah

Dalam konteks nubuat Zakharia, penglihatan ini menyiapkan panggung bagi kedatangan Mesias. Allah sedang mengatur sejarah dunia (Persia, Yunani, Roma) agar pada waktu yang tepat, Kristus datang.

Anthony Hoekema dalam The Bible and the Future menyimpulkan:

“Zakharia melihat sekelibat dari rencana besar Allah—bahwa di balik keheningan dunia, Allah sedang menyiapkan panggung bagi penyelamatan universal.”

Dengan demikian, penglihatan Zakharia adalah jendela profetis yang menunjukkan bahwa sejarah bukan kebetulan, melainkan proses menuju penggenapan kerajaan Kristus.

Aplikasi Praktis Bagi Gereja Masa Kini

  1. Tinggallah dalam iman ketika dunia tampak “tenang.”
    Ketika kejahatan tidak tampak dihukum, orang benar harus percaya bahwa Allah tetap memerintah dan memperhatikan.

  2. Percayalah bahwa Kristus hadir di tengah lembah kehidupan.
    Seperti Malaikat TUHAN berdiri di antara murad, Kristus hadir di tengah penderitaan umat-Nya, bukan hanya di puncak kejayaan.

  3. Jadilah umat yang berdoa dan bersyafaat.
    Malaikat TUHAN bersyafaat bagi Yerusalem. Demikian pula, gereja dipanggil untuk berdoa bagi pemulihan dunia dan keselamatan banyak orang.

  4. Nilailah damai dunia dengan bijak.
    Kedamaian tanpa kebenaran adalah palsu. Gereja harus menilai “ketenangan” zaman ini berdasarkan Firman Allah, bukan kondisi politik atau ekonomi.

  5. Pegang teguh pengharapan eskatologis.
    Ketika tampak tidak ada perubahan, Allah sedang mempersiapkan pemulihan besar. Sejarah berada di bawah tangan-Nya.

Kesimpulan: Allah yang Mengawasi dan Menyertai

Zakharia 1:9–11 menyingkapkan Allah yang tidak pernah meninggalkan bumi. Ia mengutus utusan-Nya untuk menjelajahi dunia, mengetahui setiap keadaan, dan berdiri di tengah umat yang rendah hati.

Bagi umat Reformed, bagian ini memperlihatkan tiga kebenaran utama:

  1. Providensia Allah aktif dan menyeluruh.
    Dunia tetap “tenang” hanya karena Allah mengizinkannya, bukan karena Ia tidak peduli.

  2. Kristus hadir di tengah kerendahan umat-Nya.
    Pohon-pohon murad menjadi tempat kehadiran Sang Penebus, bukan istana megah.

  3. Harapan sejati datang dari belas kasihan Allah.
    Ketika dunia tampak tenang, Allah sedang menyiapkan kebangkitan rohani bagi umat-Nya.

Dengan demikian, penglihatan ini bukan sekadar laporan tentang malaikat, melainkan wahyu tentang Kristus—Sang Pengantara dan Raja yang mengawasi dunia dengan penuh belas kasihan.

Previous Post