DOKTRIN REFORMED

Oleh:Pdt.Budi Asali,M.Div.
DOKTRIN REFORMED
I) Doktrin.

1) Definisi dari kata ‘doktrin’.

Webster’s New World Dictionary mendefinisikan kata ‘doctrine’ sebagai berikut: ‘something taught as the principles or creed of a religion’ (= sesuatu yang diajarkan sebagai prinsip-prinsip atau pengakuan iman dari suatu agama).

Doktrin biasanya berurusan dengan kepercayaan kita, dan ini kontras dengan ajaran yang hanya bersifat moral / etika, yang berurusan dengan tingkah laku kita.

2) Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting.

Banyak orang kristen tidak senang pada ajaran yang bersifat doktrinal karena ajaran yang bersifat doktrinal dianggap bersifat teoritis dan tidak berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari.

Seorang Penginjil / Pendeta menulis surat kepada seseorang, dan dalam suratnya ada kata-kata sebagai berikut: “Kita bertengkar soal ‘sedikit’ domba yang suka berpindah pindah padahal ada ratusan juta tanpa kesaksian Injil, kita kedagingan ribut dengan ganas soal2 doktrin yang benar dan membiarkan orang kafir, bingung dan binasa”.

Kelihatannya, Pendeta ini tidak terlalu peduli soal doktrin, dan ia rupanya beranggapan bahwa satu-satunya yang penting adalah penginjilan (Catatan: rupanya ia tidak menyadari bahwa kepercayaannya bahwa doktrin tidak penting, dan yang penting hanyalah penginjilan, sebetulnya juga merupakan suatu kepercayaan doktrinal!).

Tetapi pandangan-pandangan seperti ini salah sama sekali. Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting. Mengapa?

a) Perlu diingat bahwa ‘Injil’ itu sendiri adalah sesuatu yang bersifat doktrinal, dan Injil merupakan fondasi yang paling dasari dari kekristenan, dan tanpa Injil tidak ada orang bisa percaya kepada Kristus.

Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting karena doktrin adalah seperti fondasi dan tiang-tiang beton dari suatu bangunan, dan tanpa itu bangunan itu tidak mungkin bisa kuat.

b) Ajaran doktrinal yang salah sangat mempengaruhi hidup kita.

1. Bisa membuat orang hidup dalam dosa.

Misalnya: kalau seseorang tidak percaya pada kebangkitan orang mati, ia akan hidup seenaknya sendiri.

1Korintus 15:32 - “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’”.

Matthew Henry (tentang Yakobus 5:19-20): “Errors in judgment and in life generally go together. There is some doctrinal mistake at the bottom of every practical miscarriage. There is no one habitually bad, but upon some bad principle” (= Kesalahan-kesalahan dalam penilaian dan dalam kehidupan biasanya berjalan bersama-sama. Ada kesalahan doktrinal yang mendasari setiap kegagalan dalam hal praktis. Tidak ada orang yang mempunyai kebiasaan buruk, kecuali didasari oleh prinsip-prinsip yang buruk).

Jamieson, Fausset & Brown (tentang 2Petrus 2:2): “‎False doctrine and immoral practice go together (2 Peter 2:18-19)” [= Doktrin / ajaran yang salah / palsu dan praktek yang tidak bermoral berjalan bersama-sama (2Pet 2:18-19)].

2Petrus 2:18-19 - “(18) Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan. (19) Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu”.

Catatan: 2Pet 2 membicarakan nabi-nabi palsu dengan ajaran-ajaran sesatnya (2Petrus 2:1), dan dalam ay 18-19 ini ditunjukkan bahwa kehidupan mereka juga brengsek.

Ada 2 hal yang perlu ditekankan dari kutipan-kutipan di atas ini:

1. Ajaran yang salah pasti membimbing pada kehidupan yang salah.

Memang kalau ajaran itu hanya salah sedikit-sedikit, mungkin tidak apa-apa (tidak akan menyebabkan kehidupan yang buruk). Tetapi kalau ajaran itu salahnya banyak / besar, apalagi kalau ajaran itu sesat, maka tidak mungkin itu tidak membimbing pada kehidupan yang salah. Karena itu, kalau ada orang yang berkata ‘Gereja / pendeta itu ajarannya sesat / buruk sekali, tetapi mereka hidup baik’, ini merupakan omong kosong terbesar! Kalau ajarannya sesat, mereka tidak mungkin percaya dengan benar, dan kalau mereka tidak percaya dengan benar, maka tidak akan mereka mempunyai Roh Kudus, dan kalau tidak ada Roh Kudus dalam diri mereka, maka tidak akan ada buah Roh dalam diri mereka. Hal ini bisa diberlakukan pada banyak kelompok, seperti:

a. Saksi Yehuwa (yang mengclaim punya kehidupan yang saleh).

b. Gerakan Pria Sejati (yang sekalipun dipenuhi dengan ajaran sesat tetapi juga mengclaim berhasil mengubahkan banyak kehidupan secara positif).

Paling-paling kebaikan yang dimaksudkan hanya bersifat lahiriah, atau, merupakan kemunafikan, sama seperti ‘kebaikan / kesalahan’ dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada jaman Yesus!

Contoh: ajaran keselamatan karena perbuatan baik (dalam semua agama lain dan sekte-sekte), bisa membuat kehidupan seseorang kelihatannya baik. Tetapi yang pasti salah adalah motivasinya dalam berbuat baik. Ia berbuat baik untuk menyelamatkan dirinya sendiri, bukan karena mengasihi Allah atau sesama manusianya!

2. Sebaliknya, kehidupan yang salah biasanya juga membimbing pada ajaran yang salah. Mengapa? Karena pengajar itu akan takut / malu mengajarkan hal-hal yang menyerang / mengecam kehidupan mereka sendiri. Karena itu mereka mengubah penafsiran dari ayat-ayat yang sebetulnya mengecam kehidupan mereka. Ini akhirnya menimbulkan ajaran salah / sesat!

The Bible Exposition Commentary: New Testament (tentang 2Petrus 2:13-14a): “False doctrine inevitably leads to false living, and false living then encourages false doctrine. The apostate must ‘adjust’ God’s Word or change his way of life, and he is not about to change his lifestyle! So, wherever he goes, he secretly defiles people and makes it easier for them to sin” (= Ajaran palsu / salah secara tak terhindarkan membimbing pada kehidupan yang palsu / salah, dan kehidupan yang palsu / salah mendorong / menganjurkan ajaran yang palsu / salah. Orang murtad itu harus ‘menyesuaikan’ Firman Allah atau mengubah gaya hidup mereka, dan ia tidak mau mengubah gaya hidupnya! Demikianlah, kemanapun ia pergi, ia dengan diam-diam mengotori orang-orang dan membuatnya lebih mudah bagi mereka untuk berbuat dosa).

Contoh: dalam Gereja Roma Katolik ada banyak patung-patung yang disembah. Ini jelas merupakan kehidupan / praktek yang salah. Itu menyebabkan mereka akhirnya mengubah 10 hukum Tuhan dalam ajaran mereka, dimana mereka menghapuskan hukum kedua, yang secara explicit melarang penyembahan terhadap patung!

Catatan: perubahan itu dilakukan bukan pada Alkitab mereka, tetapi pada ajaran mereka!

Matthew Henry (tentang Keluaran 20:4-5): “The use of images in the church of Rome, at this day, is so plainly contrary to the letter of this command, and so impossible to be reconciled to it, that in all their catechisms and books of devotion, which they put into the hands of the people, they leave out this commandment, joining the reason of it to the first; and so the third commandment they call the second, the fourth the third, &c.; only, to make up the number ten, they divide the tenth into two. Thus have they committed two great evils, in which they persist, and from which they hate to be reformed; they take away from God’s word, and add to his worship” (= Penggunaan patung-patung dalam gereja Roma, pada jaman ini, adalah dengan begitu jelas bertentangan dengan huruf dari hukum ini, dan begitu tidak mungkin / mustahil untuk diperdamaikan / diharmoniskan dengannya, sehingga dalam semua katekisasi dan buku-buku pembaktian / ibadah mereka, yang mereka letakkan di tangan dari umat / orang-orang, mereka menghapuskan hukum ini, menggabungkan artinya dengan hukum yang pertama; dan dengan demikian hukum ketiga mereka sebut kedua, keempat mereka sebut ketiga, dst.; hanya, untuk membuat / mengejar bilangan sepuluh, mereka membagi hukum kesepuluh menjadi dua. Dengan demikian mereka telah melakukan dua kejahatan besar, dalam mana mereka berkeras, dan dari mana mereka tidak senang untuk direformasi; mereka mengambil / membuang dari firman Allah, dan menambah pada ibadah / penyembahanNya).

Adam Clarke (tentang Keluaran 20:4): “To countenance its image worship, the Roman Catholic church has left the whole of this second commandment out of the decalogue, and thus lost one whole commandment out of the ten; but to keep up the number they have divided the tenth into two commandments. This is totally contrary to the faith of God’s elect and to the acknowledgment of that truth which is according to godliness. ... This corruption of the word of God by the Roman Catholic Church stamps it, as a false and heretical church, with the deepest brand of ever-enduring infamy!” (= Untuk merestui / mendukung penyembahan berhalanya, gereja Roma Katolik telah membuang seluruh hukum kedua dari 10 hukum Tuhan, dan dengan demikian kehilangan / menghilangkan satu hukum penuh dari sepuluh; tetapi untuk menjaga / mengejar bilangan 10 itu mereka telah membagi hukum ke 10 menjadi dua hukum. Ini bertentangan secara total dengan iman / ajaran dari orang-orang pilihan dan dengan pengakuan terhadap kebenaran itu yang sesuai dengan kesalehan. ... Perusakan firman Allah ini oleh Gereja Roma Katolik mencapnya sebagai gereja yang palsu / sesat dan bersifat bidat, yang merupakan cap / merk yang paling dalam dari keburukan yang bertahan selama-lamanya!).

10 Hukum Tuhan versi Katolik (ini saya ambil dari ‘Catechism of the Catholic Church’ tahun 1992):

1. I am the LORD your God: you shall not have strange Gods before me (= Akulah TUHAN Allahmu: jangan mempunyai Allah-allah asing di hadapanKu).

2. You shall not take the name of the LORD your God in vain (= Jangan menggunakan nama TUHAN Allahmu dengan sia-sia).

3. Remember to keep holy the LORD’S Day (= Ingatlah untuk menguduskan Hari TUHAN).

4. Honor your father and your mother (= Hormatilah bapa dan ibumu).

5. You shall not kill (= Jangan membunuh).

6. You shall not commit adultery (= Jangan berzinah).

7. You shall not steal (= Jangan mencuri).

8. You shall not bear false witness against your neighbor (= Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu).

9. You shall not covet your neighbor’s wife (= Jangan menginginkan istri sesamamu).

10. You shall not covet your neighbor’s goods (= Jangan menginginkan barang-barang / harta benda sesamamu).

Jadi, mereka menghapuskan hukum ke 2 lalu menjadikan hukum ke 3 sebagai hukum ke 2, hukum ke 4 sebagai hukum ke 3 dst. Lalu, untuk tetap mendapatkan bilangan 10, mereka memecah hukum ke 10 menjadi 2, yaitu hukum ke 9 (jangan mengingini istri orang lain) dan ke 10 (jangan mengingini barang-barang / harta orang lain).

Bandingkan hukum 9 dan 10 mereka dengan:

· Ulangan 5:21 - “Jangan mengingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya, atau ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu”.

· Keluaran 20:17 - “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.’”.

Kalau dilihat dari Ulangan 5:21 maka pemecahan seperti itu masih memungkinkan, tetapi kalau dilihat dari Kel 20:17, pemecahan seperti itu tidak memungkinkan, karena di sini ‘rumah’ mendahului ‘istri’!

2. Bisa membingungkan orang kristen, bahkan menggoncangkan imannya atau menyebabkan ia ragu-ragu apakah ia sudah beriman atau tidak.

Misalnya:

a. Ajaran Kharismatik yang mengatakan bahwa orang Kristen tidak boleh sakit, atau harus sembuh dari segala penyakit. Lalu saudara sebagai orang Kristen ternyata sakit dan tidak sembuh-sembuh. Ini bisa menyebabkan saudara lalu meragukan iman saudara, padahal sebetulnya ajaran itulah yang salah.

b. Ajaran Kharismatik yang mengatakan bahwa orang Kristen yang dipenuhi Roh Kudus harus bisa berbahasa Roh. Ini lagi-lagi bisa membuat orang Kristen yang sejati meragukan imannya, karena ia tidak bisa berbahasa Roh.

3. Bisa menyebabkan orang kristen menjadi gelisah, takut, kuatir.

Misalnya: ajaran Arminian yang mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang, jelas bisa menimbulkan kekuatiran dalam diri orang kristen yang mempercayai ajaran yang salah itu.

c) Perbedaan antara kekristenan dan agama-agama lain, pada umumnya / hampir selalu terletak pada perbedaan doktrinal. Dalam hal-hal yang bersifat etika / moral, sekalipun ada perbedaan tetapi tidaklah terlalu banyak. Karena itu, kalau saudara adalah orang kristen yang tidak senang pada doktrin, sebetulnya tidak ada bedanya bagi saudara kalau saudara pindah ke agama lain.

d) Perbedaan antara ajaran kristen yang alkitabiah dan injili dengan ajaran kristen yang sesat / salah / tidak alkitabiah, seperti Saksi Yehuwa, Mormon, Liberalisme, Unitarianisme, Roma Katolik, dsb, juga hampir seluruhnya terletak pada perbedaan doktrin.

Tanpa pengertian yang baik tentang doktrin yang benar, maka kita dengan mudah bisa disesatkan oleh berbagai macam ajaran sesat / salah tersebut. Tetapi kalau kita mengerti doktrin yang benar dengan baik, maka kita akan sukar sekali disesatkan oleh ajaran-ajaran sesat / salah itu. Karena itu doktrin adalah sesuatu yang sangat penting, baik bagi gereja maupun bagi setiap individu kristen.

Karena itu, pendeta-pendeta / pengkhotbah-pengkhotbah harus mau mengajarkan ajaran doktrinal, dan jemaat harus mau mendengar ajaran doktrinal!

Tetapi, sekalipun pelajaran doktrinal itu penting tetapi:

a. Pengertian doktrinal yang hanya bersifat intelektual tidak bisa menyelamatkan siapapun juga. Yang menyelamatkan hanyalah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat!

Dalam prakata dari buku ‘The Doctrine of God’ karya Herman Bavinck, penterjemahnya yaitu William Hendriksen, mengutip kata-kata Bavinck pada saat mau mati, yang berbunyi sebagai berikut:

“My learning does not help me now; neither does my Dogmatics; faith alone saves me” (= Pengetahuanku tidak menolongku sekarang; Dogmaku juga tidak; hanya iman yang menyelamatkan aku).

b. Jangan bersikap extrim dengan hanya mau ajaran yang bersifat doktrinal saja. Ajaran-ajaran yang praktis, yang bersifat moral / etika, tentu juga sangat penting!

Illustrasi: biarpun daging itu adalah makanan yang penting dan bergizi, tetapi kalau saudara hanya makan daging saja, tidak mau makan sayur, buah, nasi dsb, maka itu tentu tidak baik. Demikian juga, sekalipun doktrin itu penting, tetapi kalau saudara hanya belajar doktrin saja, maka akan terjadi ketidak-seimbangan dalam hidup kristen saudara. Saudara mungkin sekali akan menjadi seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada jaman Yesus, yang hanya otaknya hebat, tetapi hidupnya kacau balau.

Jadi, dalam mengajar / belajar Alkitab, kita harus mempunyai keseimbangan. Kita harus mau mengajar / belajar hal-hal yang doktrinal, tetapi juga harus mau mengajar / belajar hal-hal yang bersifat moral / etika. Kita harus mau mengajar / belajar hal-hal yang bersifat topik, tetapi kita juga harus mau mengajar / belajar pelajaran exposisi dari ayat-ayat Alkitab.

3) Doktrin bisa merupakan pelajaran yang sangat sukar.

Memang ada doktrin yang mudah (seperti Injil), tetapi juga banyak doktrin yang sukar (seperti doktrin Allah Tritunggal, Kristologi, Eschatologi dsb). Ini menyebabkan pelajaran doktrinal dalam gereja menjadi semakin jarang. Banyak hamba Tuhan yang malas menyiapkan pelajaran doktrinal karena sukarnya pelajaran itu. Dan ada juga hamba-hamba Tuhan yang sebetulnya mau berjerih payah untuk me­nyiapkan dan mengajarkan pelajaran-pelajaran doktrinal, tetapi karena jemaat tidak bisa menerimanya (karena tak terbiasa?), maka hamba-hamba Tuhan itu akhirnya menuruti keinginan jemaat dengan mengajarkan hal-hal yang sederhana / praktis saja. Tetapi ini adalah sikap yang salah! Seorang hamba Tuhan harus mengajarkan hal-hal yang dibutuhkan jemaatnya, bukan apa yang diinginkan oleh jemaatnya.

Illustrasi: kalau saudara adalah orang tua yang baik, tentu saudara tidak akan selalu menuruti keinginan anak saudara pada waktu mau makan. Saudara akan memberikan (bahkan memaksakan, kalau perlu) apa yang dibutuhkan oleh anak saudara. Mungkin mengharuskannya makan sayur, atau minum susu, atau minum vitamin dan bahkan obat, yang baginya tentu saja tidak enak.

Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa Tuhan tidak menghendaki orang kristen mendapat pelajaran yang sederhana terus menerus. Ini terlihat misalnya dari:

a) Matius 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

Kata ‘murid’ dan ‘ajar’ secara implicit menunjukkan bahwa harus ada peningkatan dalam pengajaran.

b) Ibrani 5:11-6:1 Yohanes 16:12-13a 1Korintus 3:1-2 juga menunjukkan bahwa harus ada peningkatan pengajaran.

Ibrani 5:11-6:1 - “(5:11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (5:12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (5:13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (5:14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. (6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah”.

Yoh 16:12-13a - “(12) Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. (13a) Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran”.

1Korintus 3:1-2 - “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya”.

II) Reformed.

1) Apakah ‘Reformed’ itu?

Jangan menyamakan / mengacau-balaukan istilah ‘Reformed’ dengan istilah ‘Reformer(s)’. Istilah ‘Reformer(s)’ menunjuk kepada tokoh-tokoh Reformasi, seperti Martin Luther, John Knox, Zwingli, John Cal­vin. Sedangkan istilah ‘Reformed’ menunjuk pada aliran yang mengikuti ajaran / theologia dari John Calvin. Karena itu ‘Reformed’ sebe­tulnya sama dengan ‘Calvinisme’, dan ini merupakan salah satu aliran dalam kekristenan.

2) Apakah salah kalau seseorang mempunyai aliran?

a) Banyak orang kristen yang ‘alergi’ terhadap aliran, dimana mereka beranggapan bahwa orang kristen / gereja tidak boleh mempunyai aliran, dan bahkan banyak yang berpendapat bahwa kalau kita mempunyai aliran, kita adalah pengi­kut manusia. Karena itu kalau ditanya alirannya, mereka akan menjawab ‘aliran Yesus Kristus’, atau ‘aliran Kitab Suci’.

Jawaban seperti ini sekalipun kelihatannya saleh, tetapi ini adalah jawaban dari orang yang tidak / kurang mengerti Kitab Suci / Theologia.

b) Ada juga yang berpendapat bahwa aliran menyebabkan gereja terpecah-pecah.

Tetapi semua ini salah! Mengapa?

a. Harus diakui bahwa ada orang yang memegang alirannya sedemikian rupa sehingga ia memang mengikut manusia. Misalnya orang Calvinist yang secara membuta menganggap bahwa Calvin benar dalam segala hal.

Tetapi hal semacam ini tidak harus terjadi. Orang yang mempunyai aliran tidak harus menjadi pengikut manusia. Saya mengikuti theologia Calvin, karena saya beranggapan bahwa theologia Calvin itu sesuai dengan ajaran Kristus / Kitab Suci.

Bandingkan dengan 1Korintus 11:1 dimana saudara akan meli­hat bahwa Paulus menyuruh orang Korintus mengikuti dia, karena dia sendiri mengikuti Kristus.

1Kor 11:1 - “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus”.

Disamping itu, menjadi seorang Calvinist tidak berarti menerima segala sesuatu yang dipercayai / diajarkan oleh Calvin. Tentu saja, kalau hal-hal besar dalam theologia Calvin ia tolak (misalnya tentang Predestinasi atau Providence of God), maka ia tidak bisa disebut sebagai seorang Calvinist). Tetapi bisa saja seorang Calvinist menerima ajaran-ajaran pokok Calvinisme, tetapi dalam persoalan yang kecil-kecil ia tidak setuju dengan ajaran Calvin.

Misalnya: saya tidak setuju dengan penafsiran Calvin tentang mengapa Yunus marah dalam Yunus 4.

b. Harus diakui bahwa aliran memang bisa memecah gereja; tetapi lagi-lagi hal itu sebetulnya tidak perlu terjadi.

Kita bisa berbeda aliran, dan menyadari perbedaan itu, tetapi tetap bersatu karena kita menya­dari bahwa semua orang kristen yang sejati, dari aliran apapun ia berasal (asal bukan aliran sesat), adalah anak Allah, sama seperti kita.

Catatan: saya tekankan bagian yang saya garis bawahi itu! Saya tidak mau bersatu / dianggap satu dengan orang-orang dari sekte yang memang sesat, seperti Saksi Yehuwa, Mormon, Unitarian, dsb. Ini juga berlaku untuk sekte-sekte yang besar, seperti Katolik, Liberalisme, dsb.

Ingat bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa hanya orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang adalah anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Yang tidak percaya adalah anak-anak Setan. Dan yang dianggap percaya kepada Yesus Kristus hanyalah orang-orang yang percaya kepadaNya dengan iman yang benar!


Bertentangan dengan pandangan umum jaman sekarang yang anti aliran, saya berpendapat bahwa orang kristen, apalagi hamba Tuhan, sebaiknya mempunyai aliran. Mengapa? Karena kalau kita tidak mempunyai aliran, atau kita mempunyai aliran ‘gado-gado’, maka biasanya terjadi pertentangan dalam pandangan kita sendiri. Misalnya kalau dari 5 pokok Calvinisme, saudara hanya menerima 3, sedangkan yang 2 saudara menerima pandangan Arminian, maka saya yakin akan terjadi kontradiksi / ketidak-konsistenan antara 3 pokok yang saudara terima dan 2 pokok yang saudara tolak itu.

POINTS CALVINISME

Hal-hal yang perlu diketahui tentang 5 points Calvinisme:

1) 5 points Calvinisme ini disingkat dengan acrostic TULIP.

Total Depravity ( = Kebejatan total).

Unconditional Election ( = Pemilihan yang tidak bersyarat).

Limited Atonement ( = Penebusan terbatas).

Irresistible Grace ( = Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

Perseverance of the Saints ( = Ketekunan orang-orang kudus).

2) Penjelasan singkat tentang point-point dari 5 points Calvinisme ini.

Pada pelajaran-pelajaran yang akan datang saya akan membahas point-point ini satu per satu secara mendetail, beserta dasar-dasar Kitab Sucinya. Dan jangan saudara menolak atau menerima yang manapun dari 5 points Calvinisme ini sebelum saudara diyakinkan oleh dasar-dasar Kitab Sucinya!

Penjelasan di bawah ini hanyalah penjelasan singkat, untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang 5 points Calvinisme ini.

a) Total Depravity ( = kebejatan total).

Ini mengajarkan bahwa seluruh manusia sudah dipengaruhi secara negatif oleh dosa, dan ini menyebabkan manusia itu sendiri sama sekali tidak bisa melakukan hal-hal yang betul-betul baik di mata Allah dan tidak bisa percaya kepada Yesus dengan kekuatan dan kemauannya sendiri.

b) Unconditional Election ( = pemilihan yang tidak bersyarat).

Ini mengajarkan bahwa dari permulaan segala jaman, sebelum segala sesuatu ada, Allah sudah menetapkan / memilih orang-orang tertentu untuk selamat / masuk surga, dan orang-orang yang lain untuk binasa / masuk neraka. Penentuan / pemilihan ini dilakukan semata-mata berdasarkan kehendak Allah, bukan karena apa yang ada, atau yang akan ada, dalam diri manusia.

Doktrin ini merupakan wujud dari penekanan yang sangat kuat dari Calvinisme tentang kedaulatan Allah.

Jangan terlalu cepat menolak doktrin ini dengan mengatakan bahwa doktrin ini menunjukkan bahwa Allah tidak adil! Saya sendiri dulu tidak mempercayai doktrin ini karena seolah-olah menunjukkan bahwa Allah itu tidak adil. Tetapi setelah saya mempelajari dasar-dasar Kitab Sucinya, saya yakin bahwa doktrin ini memang merupakan ajaran Kitab Suci.

c) Limited Atonement ( = Penebusan terbatas).

Ini mengajarkan bahwa pada waktu Yesus mati di salib untuk menebus dosa manusia, sebetulnya Ia tidak melakukan hal itu untuk menebus dosa setiap manusia di dunia ini. Design ( = rencana / tujuan) dari penebusan ini adalah untuk menebus orang-orang pilihan (elects) saja.

Kalau doktrin tentang pemilihan (predestinasi) sudah sukar diterima, maka doktrin tentang Penebusan Terbatas ini lebih sukar lagi untuk diterima. Mengapa? Karena konsep Arminian bahwa Yesus mati untuk setiap manusia, sudah begitu tersebar dan mendarah daging dalam diri banyak orang kristen, sehingga konsep Penebusan Terbatas ini kelihatannya salah, bahkan sesat.

Bagi diri saya sendiri, pada waktu saya mendengar ajaran ini untuk pertama kalinya, saya merasa kaget dan tidak bisa menerima. Tetapi lagi-lagi setelah mempelajari argumentasi-argumentasi dan dasar-dasar Kitab Suci yang diajukan, saya akhirnya menerima. Ini adalah point yang terakhir yang saya terima dari ke 5 point Calvinisme ini.

d) Irresistible Grace ( = kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

Ini mengajarkan bahwa pada waktu Allah mau menyelamatkan seseorang dan memberikan kasih karuniaNya kepada orang itu, maka orang itu tidak mungkin bisa menolak kasih karunia Allah itu. Dengan demikian orang itu akan bertobat, diselamatkan, dan rencana Allah tergenapi.

e) Perseverance of the Saints ( = Ketekunan orang-orang kudus).

Ini mengajarkan bahwa sekali seseorang menjadi orang kristen yang sejati dan diselamatkan, ia tidak akan berhenti menjadi orang kristen / murtad, dan ia tidak mungkin kehilangan keselamatannya.

Menurut saya, ini adalah point yang paling jelas dari ke 5 point Calvinisme ini, dan saya betul-betul tidak mengerti bagaimana ada orang kristen yang tidak mau percaya pada point ke 5 ini, dan menganggap bahwa orang kristen sejati bisa kehilangan keselamatannya.

3) 5 points Calvinisme ini bukanlah keseluruhan dari doktrin Calvinisme.

Loraine Boettner: “Let the reader, then, guard against a too close identification of the Five Points and the Calvinistic system. While these are essential elements, the system really includes much more” ( = Jadi, baiklah pembaca menjaga diri untuk tidak menyamakan / terlalu dekat mengidentifikasikan Lima Point Calvinisme dengan Sistim Calvinisme. Sekalipun 5 point ini adalah elemen-elemen yang hakiki, tetapi sistim Calvinisme mencakup jauh lebih banyak hal) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 59-60.

Calvinisme mempercayai banyak doktrin-doktrin penting yang lain (bahkan yang lebih penting / mendasar), seperti:

a) Kitab Suci adalah Firman Allah yang dijunjung tinggi otoritasnya dan harus diajarkan habis-habisan.

b) Doktrin Allah Tritunggal.

c) Doktrin tentang keilahian dan kemanusiaan Kristus.

d) Doktrin tentang penebusan Kristus, yang menjadikan Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

e) Doktrin bahwa manusia bisa selamat hanya karena iman, bukan karena perbuatan baik.

f) Keharusan memberitakan Injil.

g) Kekudusan dalam hidup orang kristen.

Bahwa Calvinisme menekankan kedaulatan Allah, dan mengajarkan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, sama sekali tidak berarti bahwa Calvinisme mengajarkan bahwa orang kristen boleh hidup sembarangan. Sebaliknya Calvinisme sangat menekankan kekudusan!

h) dsb.

Hal ini perlu ditekankan karena ada banyak orang yang menganggap bahwa asal seseorang mempercayai 5 points Calvinisme ini, maka ia adalah seorang Calvinist / Reformed. Bahkan ada yang hanya menekankan pada point ke 2 dan ke 5 saja, dan menganggap bahwa orang yang mempercayai 2 point itu sudahlah seorang Calvinist / Reformed. Ini jelas salah!

Sekalipun seseorang mempercayai ke 5 points Calvinisme ini, tetapi:

1. Kalau ia tidak percaya pada doktrin Allah Tritunggal, atau kalau ia tidak menekankan pengajaran Kitab Suci, atau kalau ia tidak memberitakan Injil, atau kalau ia tidak menekankan kekudusan, maka ia tidak bisa disebut sebagai seorang Calvinist / Reformed.

2. Kalau ia tidak mempercayai bahwa Allah menentukan segala sesuatu, dan mengatur terjadinya segala sesuatu, dengan ProvidensiaNya, maka ia juga tidak bisa disebut sebagai Calvinist / Reformed.

Tetapi sebaliknya, orang yang Alkitabiah / Injili tetapi menolak salah satu saja dari ke 5 points Calvinisme ini, juga tidak bisa disebut sebagai orang Calvinist / Reformed.


5 points Calvinisme ini hanya merupakan lima hal terpenting yang membedakan Calvinisme dengan Arminianisme.

3) 5 points Calvinisme ini bukanlah keseluruhan dari doktrin Calvinisme.

Loraine Boettner: “Let the reader, then, guard against a too close identification of the Five Points and the Calvinistic system. While these are essential elements, the system really includes much more” ( = Jadi, baiklah pembaca menjaga diri untuk tidak menyamakan / terlalu dekat mengidentifikasikan Lima Point Calvinisme dengan Sistim Calvinisme. Sekalipun 5 point ini adalah elemen-elemen yang hakiki, tetapi sistim Calvinisme mencakup jauh lebih banyak hal) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 59-60.

Calvinisme mempercayai banyak doktrin-doktrin penting yang lain (bahkan yang lebih penting / mendasar), seperti:

a) Kitab Suci adalah Firman Allah yang dijunjung tinggi otoritasnya dan harus diajarkan habis-habisan.

b) Doktrin Allah Tritunggal.

c) Doktrin tentang keilahian dan kemanusiaan Kristus.

d) Doktrin tentang penebusan Kristus, yang menjadikan Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

e) Doktrin bahwa manusia bisa selamat hanya karena iman, bukan karena perbuatan baik.

f) Keharusan memberitakan Injil.

g) Kekudusan dalam hidup orang kristen.

Bahwa Calvinisme menekankan kedaulatan Allah, dan mengajarkan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, sama sekali tidak berarti bahwa Calvinisme mengajarkan bahwa orang kristen boleh hidup sembarangan. Sebaliknya Calvinisme sangat menekankan kekudusan!

h) dsb.

Hal ini perlu ditekankan karena ada banyak orang yang menganggap bahwa asal seseorang mempercayai 5 points Calvinisme ini, maka ia adalah seorang Calvinist / Reformed. Bahkan ada yang hanya menekankan pada point ke 2 dan ke 5 saja, dan menganggap bahwa orang yang mempercayai 2 point itu sudahlah seorang Calvinist / Reformed. Ini jelas salah!

Sekalipun seseorang mempercayai ke 5 points Calvinisme ini, tetapi:

1. Kalau ia tidak percaya pada doktrin Allah Tritunggal, atau kalau ia tidak menekankan pengajaran Kitab Suci, atau kalau ia tidak memberitakan Injil, atau kalau ia tidak menekankan kekudusan, maka ia tidak bisa disebut sebagai seorang Calvinist / Reformed.

2. Kalau ia tidak mempercayai bahwa Allah menentukan segala sesuatu, dan mengatur terjadinya segala sesuatu, dengan ProvidensiaNya, maka ia juga tidak bisa disebut sebagai Calvinist / Reformed.

Tetapi sebaliknya, orang yang Alkitabiah / Injili tetapi menolak salah satu saja dari ke 5 points Calvinisme ini, juga tidak bisa disebut sebagai orang Calvinist / Reformed.

5 points Calvinisme ini hanya merupakan lima hal terpenting yang membedakan Calvinisme dengan Arminianisme.

4) 5 points Calvinisme ini sebetulnya merupakan suatu kesatuan, karena 5 points ini sangat berhubungan satu dengan yang lainnya. Karena itu, sebetulnya seseorang tidak bisa menerima hanya sebagian dari 5 points Calvinisme ini, karena ini akan menimbulkan pertentangan / ketidak-konsekwenan. Kita harus menerima semuanya atau menolak semuanya.

Loraine Boettner: “... these are not isolated and independent doctrines but are so inter-related that they form a simple, harmonious, self-consistent system; and the way in which they fit together as component parts of a well-ordered whole has won the admiration of thinking men of all creeds. Prove any one of them true and all the others will follow as logical and necessary parts of the system. Prove any one of them false and the whole system must be abandoned” ( = ... mereka ini bukanlah doktrin-doktrin yang terisolir dan berdiri sendiri tetapi begitu berhubungan satu sama lain sehingga mereka membentuk sistim yang tunggal, harmonis, dan konsisten; dan cara dengan mana mereka mencocokkan diri sebagai bagian-bagian komponen dari suatu kesatuan telah memenangkan kekaguman dari pemikir-pemikir dari semua aliran. Buktikan yang manapun dari mereka benar dan semua yang lain akan mengikuti sebagai bagian-bagian yang logis dan harus ada dari sistim. Buktikan yang manapun dari mereka salah dan seluruh sistim harus ditinggalkan) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 59.

III) Cara mengajar / belajar doktrin.

Dalam mengajar / belajar doktrin, kita tidak harus belajar / mengajar doktrin-doktrin yang ‘utuh’ seperti Kristologi, Soteriologi dsb. Kita bisa mengajar sedikit-sedikit, khususnya kalau kita mengajar orang-orang Kristen baru, yang belum terbiasa belajar doktrin. Ini bisa dilakukan dengan memberikan pelajaran exposisi. Kalau ayatnya membahas hal-hal yang sifatnya moral / etika, maka kita mengajarkan moral / etika, tetapi kalau ayatnya memang merupakan ayat doktrinal, kita mengajar doktrin.

Kalau kita mau mengajar doktrin-doktrin yang ‘utuh’, maka urut-urutan belajar doktrin adalah sebagai berikut:

1) Theology - doktrin tentang Allah.

2) Anthropology - doktrin tentang manusia.

3) Christology - doktrin tentang Kristus.

4) Soteriology - doktrin tentang keselamatan.

5) Ecclesiology - doktrin tentang gereja.

6) Eschatology - doktrin tentang akhir jaman.

Catatan:

a) Urut-urutan ini tidak mutlak, tetapi ada baiknya kalau dituruti.

b) Doktrin Alkitab (Bibliology) boleh diletakkan dimana saja, lebih baik di bagian awal.

c) Doktrin tentang Roh Kudus (Pneumatology) bisa dimasukkan dalam doktrin tentang Allah (Theology).

BACA JUGA: DOKTRIN ALLAH 

DOKTRIN REFORMED

-AMIN-
Next Post Previous Post