DOSA ISRAEL DAN ULAR TEMBAGA (BILANGAN 21:4-9;YOHANES 3:14-15)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

DOSA ISRAEL DAN ULAR TEMBAGA. Bilangan 21:4-9 - “(Bilangan 21:4) Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. (5) Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’ (6) Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. (7) Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: ‘Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.’ Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. (8) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.’ (9) Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.”.
DOSA ISRAEL DAN ULAR TEMBAGA
gadget, otomotif, bisnis
Yohanes 3:14-15 - “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.”.

I) Dosa Israel (Bilangan 21:4-5).

1) Berkata-kata melawan Allah (Bilangan 21:5).

Bilangan 21: 5: “Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’”.

Pernahkah / seringkah saudara berkata-kata melawan Allah? Itu bisa saudara lakukan dengan berbicara kepada Allah dalam doa, tetapi dengan hati yang jengkel kepada Tuhan. Atau mungkin bahkan ada yang cukup berani untuk memaki-maki Tuhan.

2) Berkata-kata melawan Musa (Bilangan 21:5).

Ay 5: “Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’”.

Musa dipilih oleh Tuhan menjadi pemimpin bangsa Israel. Karena itu seharusnya mereka wajib untuk tunduk kepada Musa. Tetapi dalam kejengkelan mereka, mereka berkata-kata melawan / menentang Musa.

Mungkin saudara beranggapan bahwa dalam Bil 21 ini bangsa Israel dihukum berat bukan karena mereka berkata-kata menentang Musa tetapi karena mereka berkata-kata menentang Allah. Tetapi itu tidak benar. Lihatlah:

a) Bilangan 12:1-dst. dimana Miryam dan Harun menentang Musa.

b) Bilangan 14:1-dst. dimana umat Israel menentang Musa.

c) Bilangan 16:1-dst dimana Korah, Datan dan Abiram menentang Musa.

maka saudara akan melihat bahwa mereka semua dihukum berat karena menentang Musa / hamba Tuhan.

Penerapan: dalam hidup kita juga ada orang-orang yang oleh Tuhan diberi otoritas, misalnya:

1. Dalam keluarga: suami / orang tua mempunyai otoritas (bdk. Keluaran 20:12 Efesus 5:22).

2. Dalam sekolah: guru / dosen mempunyai otoritas.

3. Dalam negara: pemerintah mempunyai otoritas (bdk. Roma 13:1-dst).

4. Dalam pekerjaan: boss / atasan mempunyai otoritas (bdk. 1Petrus 2:18).

5. Dalam gereja: hamba Tuhan / majelis mempunyai otoritas.

Apakah saudara sering tidak tunduk / tidak menghormati orang-orang itu? Memang kalau mereka menyuruh sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan, tentu saudara tidak boleh mentaati mereka (bdk. Kis 5:29), tetapi saudara tetap harus menghormati mereka.

Calvin (tentang Bilangan 21: 5): “Either because they murmured against God in the person of Moses, or else because their impiety broke forth to such a furious extent, that they openly blasphemed against God; and this latter opinion is most in accordance with the words, because by their use of the plural number they accuse two parties together. But, inasmuch as Moses had nothing separate from God, no one could enter into a contest with him without warring also against God Himself. Here, however, as I have said, their insolence proceeded still further, so as not only to rail against the minister, but to vomit forth also their wicked blasphemy against God Himself, as if He had injured them most grossly by their deliverance.” [= Atau mereka bersungut-sungut terhadap / menentang Allah dalam diri Musa, atau karena kejahatan mereka meledak sampai pada suatu tingkat kemarahan seperti itu, sehingga mereka secara terbuka menghujat Allah; dan pandangan yang belakangan ini paling sesuai dengan kata-kata itu, karena dengan mereka menggunakan bentuk jamak, mereka menuduh kedua pihak bersama-sama. Tetapi, karena Musa tidak mempunyai apa pun terpisah dari Allah, tak seorang pun bisa menentang dia tanpa juga berperang melawan Allah sendiri. Tetapi di sini, seperti yang telah saya katakan, kekurang-ajaran mereka berjalan lebih jauh lagi, sehingga bukan hanya mencerca sang pelayan, tetapi memuntahkan juga hujatan jahat mereka terhadap Allah sendiri, seakan-akan Ia telah melukai mereka secara paling hebat dengan pembebasan mereka (dari Mesir).].

Catatan: Bilangan 21: 5: “Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’”.

Kata-kata ‘kamu memimpin kami’ dalam bahasa Ibrani hanya terdiri dari satu kata, dan kata ‘kamu’ adalah kata bentuk jamak, sehingga menunjuk kepada ‘Allah dan Musa’.

3) Tidak mau berjalan pada jalan Tuhan, dan bahkan menghina jalan Tuhan (Bil 21:5b).

Bilangan 21: 5: “Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’”.

Pada saat itu mereka dipimpin oleh Tuhan menggunakan tiang awan dan tiang api, tetapi mereka lalu menghina pimpinan Tuhan itu. Sekarang kita dipimpin dengan Firman Tuhan. Kita menghina jalan Tuhan kalau kita tidak senang terhadap Firman Tuhan itu atau kalau kita menganggapnya tidak bijaksana, tidak benar, atau tidak masuk akal. Misalnya: mengapa Tuhan mengijinkan punya cuma satu istri? Mengapa dilarang berzinah? Mengapa hari Sabat harus istirahat dan pergi ke gereja? Mengapa harus memberikan persembahan persepuluhan? Mengapa harus mengasihi musuh? Mengapa istri yang harus tunduk kepada suami dan bukan sebaliknya? Ingat, kita tidak mempunyai hak untuk mempertanyakan Firman Tuhan! Tugas kita adalah mengertinya dan mentaatinya, bukan menilai benar tidaknya, menghakiminya, dan menghinanya.

4) Menghina pemberian Tuhan (Bilangan 21:5c).

Ay 5: “Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’”.

Di padang gurun mereka diberi makan manna, dan itu mereka sebut sebagai ‘makanan hambar’ terhadap mana mereka ‘telah muak’ (Bilangan 21:5c).

NIV: ‘And we detest this miserable food’ [= Dan kami benci / jijik terhadap makanan yang jelek ini].

NASB: ‘And we loathe this miserable food’ [= Dan kami benci / jijik terhadap makanan yang jelek ini].

Penerapan: Dalam masa krisis ekonomi / kenaikan harga BBM adalah sangat mudah untuk merasa tidak puas akan pemeliharaan Tuhan dan bahkan merendahkannya / menghinanya. Mungkin sekarang saudara harus makan beras kelas dua, memakai pakaian yang lebih jelek, naik kendaraan yang lebih rendah, dsb, tetapi pikirkanlah bahwa ada banyak orang di Indonesia saat ini yang akan senang mendapatkan hal itu, karena tingkat hidup mereka lebih rendah lagi dari saudara. Karena itu sebetulnya saudara harus bersyukur dan bukannya mengomel.

5) Tidak dapat lagi menahan hati (Bilangan 21:4).

Ay 4: “Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan.”.

NIV: ‘But the people grew impatient on the way’ [= Tetapi bangsa itu menjadi tidak sabar di jalan].

NASB: ‘and the people became impatient because of the journey’ [= dan bangsa itu menjadi tidak sabar karena perjalanan itu].

RSV: ‘and the people became impatient on the way’ [= dan bangsa itu menjadi tidak sabar di jalan].

KJV: ‘and the soul of the people was much discouraged because of the way’ [= dan jiwa bangsa ini menjadi kecil hati karena jalan itu].

Jadi sebetulnya sudah sejak lama mereka mau melakukan dosa-dosa yang sudah kita bahas di atas, tetapi mereka tahan-tahan. Mereka berusaha untuk sabar. Tetapi setelah beberapa lama, mereka tidak tahan lagi, mereka kehilangan kesabaran, dan mereka lalu melakukan dosa-dosa itu.

Penerapan: apakah saudara mengalami problem / penderitaan yang selama ini saudara tahan-tahan, tetapi sekarang saudara sudah mencapai titik di mana saudara saudara mulai / sudah kehilangan kesabaran? Baca Yakobus 5:7-11 - “(7) Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. (8) Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat! (9) Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu. (10) Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. (11) Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.”.

II) Hukuman dosa (Bilangan 21:6).

Tuhan menghukum mereka dengan ‘ular tedung’ (Bilangan 21:6).

Bilangan 21: 6: “Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.”.

NIV: ‘venomenous snakes’ [= ular berbisa].

KJV/RSV/NASB: ‘fiery serpents’ [= ular berapi].

Ular itu disebut demikian karena kalau seseorang digigit ular ini ia akan merasa panas seperti terbakar.

Charles Haddon Spurgeon menceritakan tentang seseorang penjaga reptil di kebun binatang yang dalam keadaan mabuk lalu bermain-main dengan ular. Mula-mula ia mengambil seekor ular Maroko yang berbisa, dan bermain-main dengannya, tetapi ular itu tidak menggigit. Lalu ia mengambil seekor Kobra dan bermain-main dengannya, tetapi Kobra itu lalu menggigitnya di tengah-tengah kedua matanya. Lalu ia dibawa ke rumah sakit. Mula-mula suaranya hilang, lalu penglihatannya hilang, lalu pendengarannya hilang. Setelah itu denyut nadinya melemah, dan dalam waktu 1 jam setelah digigit, ia menjadi mayat (‘Christ in the Old Testament’, hal 257-258).

Hukuman seperti inilah yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel!

Pada jaman ini Tuhan tidak harus menghukum dengan ular tetapi Ia bisa menghukum dengan:

1) Penderitaan. Memang ada penderitaan yang diberikan kepada manusia bukan sebagai hukuman, tetapi sebagai ujian. Tetapi juga ada penderitaan yang bisa menimpa manusia karena dosa-dosa mereka.

2) Keadaan tidak damai, sumpek, gelisah, kosong.

Di luar jalan Tuhan tidak mungkin ada damai! Boleh saja saudara kaya, dan bisa menikmati banyak hal-hal duniawi yang menyenangkan, tetapi saudara tidak mungkin mempunyai damai / sukacita di hati!

3) Kematian. Ini tidak bisa dihindari!

Illustrasi: ada dongeng kuno tentang seorang pedagang di Bagdad. Suatu hari ia suruh pelayannya pergi ke pasar. Pelayan itu kembali dengan muka pucat ketakutan. Tuannya bertanya: ‘Ada apa?’. Pelayan itu menjawab: ‘Tuan, aku bertemu dengan maut. Maut itu melihat aku, lalu menggerak-gerakkan tangannya secara menakutkan. Tuan, aku takut sekali, tolong pinjami aku kuda, supaya aku bisa lari’. Tuan itu bertanya: ‘Kamu mau lari kemana?’. ‘Aku mau lari ke kota Samarra’. Tuan itu kasihan dan lalu meminjamkan kudanya dan pelayan itu lari ke kota Samarra. Tuan itu lalu merasa penasaran, dan ia lalu pergi ke pasar untuk mencari maut itu. Waktu bertemu dengan maut, ia lalu bertanya: ‘Hai maut, mengapa kamu menakut-nakuti pelayanku?’. Maut menjawab: ‘Aku tidak menakut-nakuti dia. Aku hanya heran melihat dia di pasar di kota Bagdad ini, karena aku mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan dia malam ini di kota Samarra’.

Penekanan cerita ini jelas, yaitu bahwa kematian tidak bisa dihindari. Bagi orang percaya, kematian bukan hukuman, tetapi pintu gerbang menuju surga. Tetapi bagi orang yang belum percaya kepada Yesus, kematian adalah hukuman / pintu gerbang neraka. Bisa datang lambat atau cepat, tetapi pasti datang! Siapa tahu ia mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan saudara malam ini di kota ini? Siapkah saudara kalau ia datang malam ini?

4) Neraka.

Ada banyak orang senang membuat neraka sebagai bahan guyonan. Misalnya dengan berkata: ‘Enak kalau masuk neraka bisa ketemu bintang-bintang film, sex bom, Marlyn Monroe, dsb’. Terhadap orang seperti ini saya cuma mau mengatakan bahwa saudara tidak akan menikmati pertemuan dengan Marlyn Monroe dengan sebuah kompor yang menyala diletakkan di bawah pantat saudara, lebih-lebih kalau saudara sedang berada dalam lautan yang menyala-nyala dengan api dan belerang (bdk. Wahyu 21:8), atau kalau saudara sedang dikerumuni dan digerogoti oleh milyaran ulat bangkai (zet) yang tidak bisa mati (bdk. Markus 9:44-48)!

III) Obat.

Karena hukuman Tuhan itu, Israel datang kepada Musa untuk minta ampun, dan Musa lalu berdoa untuk mereka.

Bilangan 21: 7: “Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: ‘Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.’ Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu.”.

Dan Tuhan lalu memerintahkan Musa membuat patung ulang tedung dan memasangnya pada sebuah tiang.

Bilangan 21: 8: “Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.’”.

Dan Tuhan berkata bahwa “setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.’” (Bilangan 21:8b). Musa mentaati perintah Tuhan itu, dan ia membuat patung ular dari tembaga dan meletakkannya pada sebuah tiang, sehingga orang yang digigit ular bisa memandangnya dan menjadi sembuh.

Mengapa ‘ular tembaga’?

Keil & Delitzsch: “The serpent was to be made of brass or copper, because the colour of this metal, when the sun was shining upon it, was most like the appearance of the fiery serpents; and thus the symbol would be more like the thing itself.” [= Ular itu harus dibuat dari kuningan / perunggu atau tembaga, karena warna dari logam ini, pada waktu matahari menyinarinya, adalah paling menyerupai penampilan dari ular-ular berapi; dan dengan demikian simbolnya akan lebih mirip dengan ular itu sendiri.].

Perlu dicamkan bahwa penekanan Bilangan 21:4-9 ini bukanlah dosa / hukuman dosa, tetapi ‘obat’ yang Tuhan berikan ini.

Ular tembaga ini merupakan TYPE dari Kristus, karena dalam Yoh 3:14-15 dikatakan sebagai berikut: “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.”.

Jadi, pada jaman itu Israel berdosa, Tuhan menghukum dengan ular. Untuk menyelamatkan dari hukuman, Tuhan memberi ular tembaga sebagai obat.

Pada jaman ini, kita berdosa, hukuman kekal menanti kita. Untuk menyelamatkan kita dari hukuman, Tuhan memberi Kristus sebagai obat!

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang obat yang Tuhan berikan ini:

1) Obat itu menggelikan / tidak masuk akal.

Coba pikirkan: kalau saudara jadi orang Israel yang kena gigit ular berbisa, dan saudara merasakan rasa sakit dan panas pada daerah sekitar gigitan itu, apakah saudara percaya bahwa hanya dengan memandang kepada patung ular tembaga itu saudara bisa sembuh? Bukankah itu tidak masuk akal? Bukankah ada banyak obat lain yang lebih masuk akal, seperti pergi ke dokter / tabib, mengikat bagian yang tergigit dsb?

Bandingkan ini dengan cerita tentang Naaman dalam 2Raja 5, yang juga diberi obat yang menggelikan, yaitu mandi 7 x di sungai Yordan, tetapi yang ternyata menyembuhkannya.

Menyembuhkan orang buta dengan ludah yang diaduk dengan tanah (Yohanes 9:6).

Analoginya: Jaman sekarang Kristus juga adalah obat yang menggelikan.

1Korintus 1:22-24 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah.”.

Allah menjadi manusia, mati menebus dosa yang saat itu belum terjadi, kebangkitan, kenaikan ke surga, dsb, bagi banyak orang adalah hal-hal yang menggelikan dan tidak masuk akal. Karena itu mereka lalu mencari obat lain yang lebih masuk akal, misalnya dengan berusaha berbuat baik, beragama dsb.

Tetapi ingat! Obat yang menggelikan itu, baik patung ular tembaga maupun Kristus, diberikan oleh Allah! Orang yang bersandar kepada akal / perasaannya sendiri dan menolak obat ini, pasti akan binasa. Tetapi sebaliknya, orang yang mau menerima obat ini akan selamat.

1Korintus 1:21b - “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.”.

Calvin: “It was a foolish thing to turn the eyes to a serpent of brass, to prevent the ill effects of a poisonous bite; for what, according to man’s judgment, could a lifeless statue, lifted up on high, profit? But it is the peculiar virtue of faith, that we should willingly be fools, in order that we may learn to be wise only from the mouth of God. This afterwards more clearly appeared in the substance of this type: for, when Christ compares Himself to this serpent which Moses lifted up in the wilderness, (John 3:14,) it was not a mere common similitude which He employs, but He teaches us, that what had been shewn forth in this dark shadow, was completed in Himself. ... He was manifested in the foolishness of the cross. (1 Corinthians 1:21.) If, then, we desire to obtain salvation, let us not be ashamed to seek it from the curse of Christ, which was typified in the image of the serpent.” [= Merupakan suatu kebodohan untuk mengarahkan mata kepada seekor ular tembaga, untuk mencegah efek menyakitkan dari suatu gigitan yang berbisa; karena menurut penilaian manusia, manfaat apa yang bisa diberikan oleh suatu patung tak bernyawa yang ditinggikan? Tetapi merupakan suatu kebaikan khusus dari iman, bahwa kita mau menjadi orang-orang tolol, supaya kita bisa belajar untuk menjadi bijaksana hanya dari mulut Allah. Belakangan ini dengan lebih jelas terlihat dari zat dari TYPE ini: karena, pada saat Kristus membandingkan diriNya sendiri dengan ular yang Musa tinggikan di padang gurun (Yoh 3:14), itu bukan semata-mata suatu kemiripan yang Ia gunakan, tetapi Ia mengajar kita, bahwa apa yang telah ditunjukkan dalam bayangan yang gelap ini, dilengkapi / digenapi dalam diriNya sendiri. ... Ia dinyatakan dalam kebodohan dari salib (1Korintus 1:21). Maka, jika kita ingin untuk mendapatkan keselamatan, hendaklah kita tidak malu untuk mencarinya dari kutuk Kristus, yang di-TYPE-kan / dibayangkan dalam patung dari seekor ular.].

2) Peninggian ular dan peninggian Kristus.

Bilangan 21: 8-9: “(8) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.’ (9) Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.”.

Yohanes 3:14-15 - “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.”.

Kebanyakan penafsir (Adam Clarke, Keil & Delitzsch, The Bible Exposition Commentary, Willmington Bible Handbook, dsb) menganggap peninggian Kristus sebagai peninggianNya di atas kayu salib, dan ini bukan tanpa dasar.

Yohanes 12:32-33 - “(32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’ (33) Ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.”.

Jelas dari text ini bahwa peninggian Kristus diartikan cara kematianNya (melalui peninggianNya pada kayu salib).

Tetapi Calvin menafsirkannya secara berbeda. Ia menganggap bahwa peninggian Kristus menunjuk pada pemberitaan Injil. Mengapa? Ia memberikan 2 alasan:

a) Ular ditinggikan tujuannya supaya bisa terlihat oleh semua orang. Jadi, Kristus ditinggikan juga supaya terlihat / diketahui oleh semua orang, dan karena itu ini harus menunjuk pada pemberitaan Injil.

b) Kata bahasa Ibrani yang diterjemahkan ‘tiang’ dalam Bilangan 21:8-9, adalah NES, dan kata Ibrani yang persis sama juga digunakan dalam Yesaya 11:10.

Yesaya 11:10 - “Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.”.

KJV/RSV: ‘an ensign’ [= suatu bendera].

NIV: ‘a banner’ [= suatu bendera / panji].

NASB: ‘a signal’ [= suatu tanda].

Kata bahasa Ibraninya adalah NES.

Calvin: “And the word NES, is used both for a standard, and the mast of a ship, or any other high pole: which is in accordance with the prophecy of Isaiah, where he says that Christ should be ‘for an ensign’ to all nations, (Isaiah 11:10) which we know to have been the case, by the spreading of the doctrine of the Gospel through the whole world, with which the look of faith corresponds.” [= Dan kata NES, digunakan baik sebagai suatu standard, dan tiang dari sebuah kapal, atau tiang tinggi lain manapun: yang sesuai dengan nubuat Yesaya, dimana ia mengatakan bahwa Kristus harus menjadi ‘sebagai suatu bendera’ bagi semua bangsa-bangsa, (Yesaya 11:10) yang kita tahu merupakan kasusnya, oleh penyebaran dari ajaran Injil ke seluruh dunia, dengan mana pandangan iman cocok.].

3) Obat itu adalah satu-satunya jalan untuk bebas dari hukuman, atau satu-satunya jalan keselamatan.

Tuhan tidak memberikan banyak patung binatang, atau memberikan satu patung ular tembaga, satu ular perak, satu ular emas dsb. Tuhan hanya memberikan satu ular dari tembaga, tidak ada yang lain. Kalau mereka menolak jalan itu dan mencari jalan yang lain, apakah dengan berobat kepada tabib / dukun, atau dengan mengikat bagian yang digigit, atau dengan mencari obat lain manapun juga, mereka pasti mati. Hanya kalau mereka mau memandang kepada ular tembaga yang dibuat Musa barulah mereka bisa sembuh.

Sebetulnya pemberian satu jalan keselamatan sudah pernah terjadi sebelum peristiwa ular tembaga ini, yaitu:

a) Bahtera Nuh (Kejadian 6-8).

Pada jaman Nuh itu, kalau orang tidak mau masuk ke dalam bahtera, maka tidak ada jalan lain baginya melalui mana ia bisa selamat. Pada waktu banjir itu mulai meninggi, ia mungkin akan mencoba naik pohon, naik atap rumah, naik gunung yang tinggi, dsb, tetapi ia akan tetap mati, karena air bah itu merendam seluruh dunia bahkan gunung yang tertinggi sekalipun (bdk. Kejadian 7:19-20). Jadi jelas bahwa bahtera itu adalah satu-satunya jalan keselamatan.

b) Darah pada ambang pintu (Keluaran 12:3-7,12-13,21-23,25-30 1Korintus 5:7).

Pada waktu Allah mau menghukum orang Mesir dengan membunuh semua anak sulung, Allah memberikan jalan melalui mana bangsa Israel bisa lolos dari hukuman itu. Caranya adalah menyapukan darah domba Paskah pada ambang pintu. Dan ini adalah satu-satunya jalan melalui mana mereka bisa lolos dari hukuman Allah itu.

Selanjutnya, 1Kor 5:7b berbunyi: “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.”. Jadi, jelaslah bahwa anak domba Paskah yang darahnya merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, juga merupakan TYPE / gambaran dari Kristus.

Analoginya: Jaman ini, Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan. Ini terlihat dari banyak ayat di bawah ini:

1. Yohanes 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”.

2. Kisah Para Rasul 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.

3. 1Yohanes 5:11-12 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.”.

4. 1Timotius 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”.

5. Yohanes 8:24b - “Jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.’”.

Catatan: dasar Kitab Suci untuk doktrin Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga adalah begitu kuat sehingga saya beranggapan bahwa pendeta / penginjil / pengkhotbah Kristen manapun yang tidak percaya pada doktrin ini adalah nabi-nabi palsu!

Kalau saudara menolak satu-satunya jalan keselamatan ini, tidak peduli jalan lain apa yang saudara tempuh, saudara pasti akan binasa / masuk neraka. Tetapi kalau saudara mau menerima Yesus yang adalah satu-satunya jalan keselamatan, saudara akan selamat! Dan satu hal yang harus saudara camkan: yang adalah satu-satunya jalan keselamatan itu bukanlah gereja, tetapi Yesus. Saudara mungkin sudah datang ke gereja, tetapi kalau saudara belum datang kepada Yesus, saudara tidak akan selamat!

4) Obat itu dibutuhkan oleh semua orang.

Tidak ada orang yang setelah digigit tidak membutuhkan obat itu.

Analoginya: Jaman sekarang semua orang membutuhkan Kristus sebagai obat. Mengapa? Karena Kitab Suci mengatakan ‘semua orang telah berbuat dosa’ (Roma 3:23). Banyak orang mengira mereka tidak membutuhkan Yesus. Mereka mengira bahwa dengan berbuat baik, membuang dosa dsb mereka bisa selamat / masuk surga. Tetapi ini salah dan bodoh! Semua manusia adalah orang berdosa, dan itu juga mencakup diri saudara, sehingga kalau tidak mempunyai Penebus dosa / Juruselamat dosa, maka mereka / saudara harus menanggung sendiri hukuman dosa itu dengan masuk ke neraka selama-lamanya.

5) Obat itu belakangan disalah-gunakan.

2Raja-raja 18:4 - “Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan.”.

Calvin: “The brazen serpent is, furthermore, a proof to us how inclined to superstition the human race is, since posterity worshipped it as an idol, until it was reduced to powder by the holy king Hezekiah. (1 Kings 18:4.)” [= Selanjutnya, ular tembaga itu merupakan suatu bukti bagi kita betapa condong pada takhyul umat manusia itu, karena keturunan mereka menyembahnya sebagai suatu patung berhala, sampai itu dihancurkan menjadi debu oleh raja Hizkia yang kudus (1Raja-Raja 18:4).].

Catatan: ‘1Raja 18:4’ seharusnya adalah ‘2Raja 18:4’.

Penerapan: apakah salib Kristus sekarang tidak juga disalah-gunakan? Disembah, dijadikan alat untuk mengusir setan, dan dipercayai dalam bermacam-macam hal yang tak pernah diajarkan oleh Alkitab!

IV) Kesembuhan / keselamatan.

Apa yang harus dilakukan dengan obat itu supaya sembuh / selamat? Dalam Bil 21:9 orang Israel yang digigit ular itu harus memandang kepada patung ular tembaga itu, maka mereka akan sembuh.

Bilangan 21: 8-9: “(8) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.’ (9) Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.”.


Bagaimana dengan jaman sekarang? Bagaimana analoginya? Yohanes 3:14-15 berkata: “(14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.”.

Jadi, kalau dahulu orang Israel hanya perlu memandang kepada patung ular tembaga, maka sekarang kita hanya perlu percaya kepada Yesus.

Dahulu tidak ada orang yang memandang ular tembaga tetapi tetap mati; sekarang tidak ada orang yang percaya kepada Yesus tetapi binasa / masuk neraka.

Calvin: “just as no healing was conveyed from the serpent to any who did not turn their eyes towards it, when set up on high, so the look of faith only causes the death of Christ to bring salvation to us.” [= sama seperti tidak ada kesembuhan diberikan dari ular kepada siapapun yang tidak mengarahkan mata mereka kepadanya, pada waktu diletakkan di tempat tinggi, begitu juga pandangan iman saja menyebabkan kematian Kristus membawa keselamatan kepada kita.].

Pada saat itu, sudah ada orang-orang Israel yang mati. Untuk mereka ini tentu tidak ada obat. Tetapi untuk mereka yang masih hidup, apakah mereka baru digigit atau sudah hampir mati, belum terlambat untuk memandang kepada ular tembaga itu. Kalau mereka melakukan hal itu mereka pasti sembuh. Demikian juga dengan jaman sekarang. Untuk orang yang sudah mati tanpa Kristus, tidak ada obat lagi. Tetapi untuk orang yang masih hidup, apakah dia masih muda atau sudah tua dan hampir mati, tetap belum terlambat.

Pada saat itu, kalau orang menunda untuk memandang kepada ular tembaga itu, maka ia bisa terlambat. Sekarang juga demikian. Kalau saudara menunda-nunda untuk percaya kepada Yesus, saudara bisa terlambat. Karena itu cepatlah datang kepada Yesus, besok mungkin sudah terlambat! 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
DOSA ISRAEL DAN ULAR TEMBAGA (BILANGAN 21:4-9;YOHANES 3:14-15)
-AMIN-
Next Post Previous Post