Kematian Jasmani 2 (Dosa dan Hukuman dosa)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
B) Hubungan antara dosa dan kematian.
Ada orang-orang yang beranggapan bahwa Adam diciptakan dalam keadaan mortal / bisa mati, dan membawa dalam dirinya benih kematian. Jadi, seandainya ia tidak jatuh ke dalam dosa, ia tetap akan mati.
Ini jelas salah, karena Kitab Suci menyatakan bahwa:
1) Kematian merupakan hukuman atas dosa.
Kejadian 2:17 - tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati..
Kejadian 3:19 - dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu..
Ro 5:12,17 - (12) Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. ... (17) Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.
Roma 6:23 - Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
1Korintus 15:21 - Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
Yakobus 1:15 - Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut”.
2) Kematian tidak digambarkan sebagai sesuatu yang alamiah dalam kehidupan manusia, tetapi digambarkan sebagai sesuatu yang asing dan bersifat bermusuhan terhadap kehidupan manusia; kematian itu merupakan pernyataan dari kemurkaan ilahi, penghakiman / penghukuman, dan kutuk, dan ditakuti oleh manusia, karena bukan merupakan sesuatu yang alamiah.
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
Maz 90:7,11 - (7) Sungguh, kami habis lenyap karena murkaMu, dan karena kehangatan amarahMu kami terkejut. ... (11) Siapakah yang mengenal kekuatan murkaMu dan takut kepada gemasMu?.
Roma 5:16 - Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.
Galatia 3:13 - Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!.
Louis Berkhof: In strict justice God might have imposed death on man in the fullest sense of the word immediately after his transgression, Gen 2:17. But by His common grace He restrained the operation of sin and death, and by is special grace in Christ Jesus He conquered these hostile forces, Rom 5:17; 1Cor 15:45; 2Tim 1:10; Heb 2:14; Rev 1:18; 20:14. Death now accomplishes its work fully only in the lives of those who refuse the deliverance from it that is offered in Jesus Christ. Those who believe in Christ are freed from the power of death, are restored to communion with God, and are endowed with an endless life, John 3:36; 6:40; Rom 5:17,21; 8:23; 1Cor 15:26,51-57; Rev 20:14; 21:3,4. (= Dalam keadilan yang ketat, Allah bisa menjatuhkan kematian kepada manusia dalam arti yang paling penuh dari kata itu, segera setelah pelanggarannya, Kej 2:17. Tetapi oleh kasih karuniaNya yang bersifat umum, Ia mengekang / menahan pekerjaan dari dosa dan kematian, dan oleh kasih karuniaNya yang khusus dalam Kristus Yesus, Ia mengalahkan kekuatan-kekuatan yang bermusuhan ini, Ro 5:17; 1Kor 15:45; 2Tim 1:10; Ibr 2:14; Wah 1:18; 20:14. Sekarang kematian menyelesaikan / menyempurnakan pekerjaannya hanya dalam kehidupan dari mereka yang menolak pembebasan darinya yang ditawarkan dalam Kristus Yesus. Mereka yang percaya kepada Kristus dibebaskan dari kuasa kematian, dipulihkan pada persekutuan dengan Allah, dan diberkati dengan kehidupan kekal, Yoh 3:36; 6:40; Ro 5:17,21; 8:23; 1Kor 15:26,51-57; Wahyu 20:14; 21:3,4) - Systematic Theology, hal 670.
C) Arti kematian bagi orang percaya.
Kitab Suci menyatakan kematian / maut sebagai upah / hukuman dari dosa. Tetapi ini berlaku hanya bagi orang-orang yang tidak percaya. Orang yang percaya kepada Kristus telah dibenarkan, sehingga tak lagi bisa dihukum.
Roma 8:1 - Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
Jadi, jelas bahwa bagi orang-orang percaya, kematian (juga penderitaan) bukan lagi merupakan hukuman dosa.
Herman Hoeksema: the death of believers is no longer to be considered a manifestation of the wrath of God, an execution of justice, a punishment for sin. It is changed into something else for them that are in Christ (= kematian orang-orang percaya bukan lagi dianggap sebagai perwujudan dari murka Allah, pelaksanaan keadilan, hukuman dari dosa. Itu diubah menjadi sesuatu yang lain bagi mereka yang ada di dalam Kristus) - Reformed Dogmatics, hal 752.
Herman Hoeksema: even though, judging from outward appearances, their death appears the same as that of unbelievers, even though they too pass through the same struggle and suffer the same agony in departing from this present world, their death is essentially different [= sekalipun, dinilai dari kelihatannya dari luar, kematian mereka (orang-orang percaya) kelihatannya sama seperti kematian orang-orang yang tidak percaya, sekalipun mereka juga melewati pergumulan yang sama, dan menderita penderitaan yang sama pada waktu meninggalkan dunia yang sekarang ini, kematian mereka berbeda secara hakiki] - Reformed Dogmatics, hal 754.
Tetapi mengapa orang percaya tetap harus mati?
1) Ini perlu untuk pengudusan dari orang-orang percaya itu.
Louis Berkhof: the death of the believers must be regarded as the culmination of the chastisements which God has ordained for the sanctification of His people. ... The very thought of death, bereavements through death, the feeling that sickness and sufferings are harbingers of death, and the consciousness of the approach of death, - all have a beneficial effects on the people of God. They serve to humble the proud, to mortify carnality, to check worldliness and to foster spiritual-mindedness. ... It completes the sanctification of the souls of believers, so that they become at once the spirits of just men made perfect, Heb 12:23; Rev 21:27. Death is not the end for believers, but the beginning of a perfect life. They enter death with the assurance that its sting has been removed, 1Cor 15:55, and that it is for them the gateway of heaven (= kematian dari orang-orang percaya harus dianggap sebagai puncak dari hajaran yang ditentukan Allah bagi pengudusan umatNya. ... Pemikiran tentang kematian, kehilangan melalui kematian, perasaan bahwa penyakit dan penderitaan merupakan pertanda dari kematian, dan kesadaran tentang mendekatnya kematian, - semua ini mempunyai akibat yang bermanfaat pada umat Allah. Hal-hal itu berguna untuk memberikan kerendahan hati kepada orang-orang yang sombong, mematikan kedagingan, mengurangi keduniawian, dan membantu perkembangan pemikiran yang rohani. ... Itu menyempurnakan pengudusan dari jiwa-jiwa orang percaya, sehingga mereka langsung menjadi roh-roh orang benar yang disempurnakan, Ibr 12:23; Wah 21:27. Kematian bukanlah merupakan suatu akhir bagi orang-orang percaya, tetapi permulaan dari suatu kehidupan yang sempurna. Mereka memasuki kematian dengan suatu kepastian / jaminan bahwa sengat dari kematian itu telah disingkirkan, 1Kor 15:55, dan bagi mereka itu merupakan pintu gerbang surga) - Systematic Theology, hal 670-671.
BACA JUGA: PARAKLETOS
Ibrani 12:22-23 - (22) Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, (23) dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna”.
Wahyu 21:27 - Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.
Ada 2 hal yang perlu ditambahkan berkenaan dengan kata-kata Louis Berkhof di atas:
a) Berbicara tentang hajaran, perlu dicamkan bahwa hukuman sangat berbeda dengan hajaran. Orang percaya tidak lagi bisa mendapatkan hukuman, baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang. Tetapi di dunia ini mereka masih selalu menerima hajaran.
Herman Hoeksema: there is a great difference between punishment and chastisement. The former is the expression of Gods just and condemning wrath. The latter is the operation of His paternal love (= ada perbedaan yang besar antara hukuman dan hajaran. Yang pertama merupakan perwujudan dari murka yang adil dan menghukum dari Allah. Yang terakhir merupakan pekerjaan dari kasih keBapaanNya) - Reformed Dogmatics, hal 753.
Ibrani 12:6-11 - (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak. (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
b) Sekalipun mengatakan bahwa kematian merupakan puncak hajaran untuk menguduskan orang percaya, tetapi Louis Berkhof menambahkan bahwa itu bukanlah sesuatu yang mutlak harus ada untuk menguduskan orang percaya.
Louis Berkhof: It cannot be said that the destruction of the body is absolutely essential to a perfect sanctification, since that is contradicted by the examples of Enoch and Elijah (= Tidak bisa dikatakan bahwa penghancuran tubuh merupakan sesuatu yang perlu secara mutlak untuk pengudusan, karena hal itu bertentangan dengan contoh Henokh dan Elia) - Systematic Theology, hal 670.
2) Kristus sendiri mengalami kematian, dan karena itu pengikut Kristus juga mengalaminya.
Roma 6:5 - Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya.
3) Kitab Suci mengatakan bahwa tubuh kita yang sekarang ini tidak bisa masuk surga.
1Korintus 15:50 - Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang (bisa) binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak (bisa) binasa”.
Herman Hoeksema: the death of believers is a passage into eternal life (= kematian orang-orang percaya merupakan suatu jalan ke dalam hidup yang kekal) - Reformed Dogmatics, hal 755.
D) Setiap orang ditentukan untuk mati hanya 1 x.
Ibrani 9:27 - Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,.
1) Ini bertentangan dengan reinkarnasi.
Ayat ini bukan hanya mengatakan bahwa manusia ditentukan untuk mati hanya satu kali saja, tetapi juga menambahkan bahwa setelah itu manusia itu akan dihakimi.
Karena itu, ayat ini jelas bertentangan dengan ajaran tentang reinkarnasi (Hindu / Buddha), yang mengatakan bahwa manusia bisa mati dan lalu menitis kembali / dilahirkan kembali, dan semua itu bisa terjadi ratusan kali.
2) Ada perkecualian terhadap Ibrani 9:27 tersebut, yaitu:
a) Elia dan Henokh, yang tidak mengalami kematian.
b) Orang-orang percaya yang masih hidup pada saat Kristus datang kedua-kalinya. Mereka ini juga tidak akan mengalami kematian.
1Tesalonika 4:16-17 - (16) Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; (17) sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.
Jadi, dalam text ini dikontraskan 2 golongan orang percaya pada saat Yesus datang kedua-kalinya. Yang sudah mati, akan dibangkitkan dulu. Tetapi yang masih hidup, langsung diangkat dan akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Tetapi berdasarkan 1Kor 15:50, yang mengatakan bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah, maka harus disimpulkan bahwa orang-orang golongan ke 2 ini, sekalipun tidak mengalami kematian, tetapi diubahkan tubuhnya menjadi tubuh kebangkitan.
Ini juga didukung secara kuat / meyakinkan oleh 1Korintus 15:51-53 - (51) Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, (52) dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. (53) Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.
c) Orang-orang yang pernah mengalami kematian tetapi lalu dibangkitkan lagi.
Dalam Kitab Suci ada banyak peristiwa kebangkitan, yaitu:
1. 1Raja-raja 17:17-24 - anak janda di Sarfat yang dibangkitkan oleh Elia.
2. 2Raja-raja 4:18-37 - anak perempuan Sunem yang dibangkitkan oleh Elisa.
3. 2Raja-raja 13:21 - mayat yang bangkit setelah terkena tulang Elisa.
4. Markus 5:21-43 - Anak Yairus yang dibangkitkan oleh Yesus.
5. Luk 7:11-17 - anak janda di Nain yang dibangkitkan oleh Yesus.
6. Yohanes 11:1-44 - Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus.
7. Matius 27:52-53 - orang-orang kudus yang bangkit pada saat kematian Yesus.
8. Kis 9:36-42 - Dorkas / Tabita yang dibangkitkan oleh Petrus.
9. Kis 20:8-12 - Eutikhus yang dibangkitkan oleh Paulus.
Kebangkitan orang-orang ini berbeda dengan kebangkitan Yesus. Dalam peristiwa kebangkitan Yesus, tubuh lamaNya dibangkitkan, tetapi langsung diubahkan menjadi tubuh kebangkitan. Karena itu sekalipun ada banyak orang bangkit sebelum Yesus, tetapi Yesus tetap disebut sebagai yang pertama / sulung yang bangkit dari antara orang mati.
Kisah Para Rasul 26:23 - yaitu, bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain..
1Korintus 15:20-23 - (20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. (21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya.
Kolose 1:18 - Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
Wah 1:5a - dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.
Tetapi semua orang di atas, hanya bangkit dengan tubuh lamanya, tanpa mengalami perubahan menjadi tubuh kebangkitan. Karena itu tidak bisa tidak, mereka akan mengalami kematian lagi. Jadi, orang-orang ini mengalami kematian dua kali, dan ini merupakan perkecualian terhadap Ibrani 9:27.
Tetapi perlu juga dicatat, bahwa selama ribuan tahun dalam sejarah Kitab Suci, hanya ada 9 peristiwa kebangkitan orang mati (10 peristiwa, kalau kebangkitan Yesus diperhitungkan). Jadi, ini merupakan peristiwa yang sangat jarang terjadi!
3) Adanya Ibrani 9:27 ini menyebabkan kita harus mempunyai sikap yang berbeda pada waktu menghadapi penyakit yang tidak bisa disembuhkan, dan pada waktu menghadapi kematian orang yang kita cintai.
Pada waktu kita atau orang yang kita cintai sakit berat, dan secara medis tidak bisa disembuhkan, kita boleh meminta (tetapi bukan memaksa / menuntut) Tuhan supaya melakukan mujijat, dan memberikan kesembuhan. Meminta seperti ini tidak bertentangan dengan firman Tuhan yang manapun, dan kalau Tuhan menuruti permintaan seperti ini, Ia juga tidak bertentangan dengan firman yang manapun dalam Kitab Suci.
BACA JUGA: KEMATIAN JASMANI 3 (KEKEKALAN JIWA)
Tetapi pada waktu kita menghadapi kematian orang yang kita cintai, kita harus berserah pada kehendak Tuhan. Meminta Tuhan membangkitkan orang yang kita cintai itu, sama dengan meminta Tuhan menabrak firmanNya dalam Ibrani 9:27 itu. Sekalipun Tuhan memang membuat perkecualian, seperti dalam point c) di atas, tetapi kalau Tuhan terus menerus membuat perkecualian, itu akan membuat Ibr 9:27 itu salah.
4) Selain perkecualian dalam point no 2) di atas, yang boleh dikatakan tidak terlalu bisa diharapkan terjadi pada diri kita, maka semua kita, lambat atau cepat pasti akan mengalami kematian. Apakah saudara tua atau muda, laki-laki atau perempuan, sehat atau sakit-sakitan, menjaga kesehatan atau sembrono dengan kesehatan saudara, saudara pasti akan mati! Kematian ini bisa datang setiap saat, dan kalau sudah waktunya bagi saudara untuk mati, saudara tidak akan bisa menghindari kematian.
Illustrasi: ada dongeng kuno tentang seorang pedagang di Bagdad. Suatu hari ia suruh pelayannya pergi ke pasar. Pelayan itu kembali dengan muka pucat ketakutan. Tuannya bertanya: Ada apa?. Pelayan itu menjawab: Tuan, aku bertemu dengan maut. Maut itu melihat aku, lalu menggerak-gerakkan tangannya secara menakutkan. Tuan, aku takut sekali, tolong pinjami aku kuda, supaya aku bisa lari. Tuan itu bertanya: Kamu mau lari kemana?. Aku mau lari ke kota Samarra. Tuan itu kasihan dan lalu meminjamkan kudanya dan pelayan itu lari ke kota Samarra. Tuan itu lalu merasa penasaran, dan ia lalu pergi ke kota untuk mencari maut itu. Waktu bertemu dengan maut, ia lalu bertanya: Hai maut, mengapa kamu menakut-nakuti pelayanku?. Maut menjawab: O, itu pelayanmu. Aku tidak menakut-nakuti dia. Aku hanya heran melihat dia di pasar di kota Bagdad ini, karena aku mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan dia malam ini di kota Samarra.
Kalau kematian datang pada saudara malam ini, siapkah saudara?